"Non Sasya, ini ada paket!" Bik Atun mengetuk pintu kamar Sasya seraya membawa sebuah kardus kecil dengan logo salon kecantikan, paket itu baru saja datang diantar oleh ojek online dan atas nama Larasya Hariyono.
Selang beberapa detik pintu kamar gadis itu terbuka, Sasya segera meraihnya dengan senyuman mengembang. Dari logo kardusnya saja ia bisa memastikan bahwa benda penting yang ia beli pagi tadi sudah sampai di pelukannya sore ini, sangat cepat padahal dari kota tetangga, Sasya cukup terkesan dengan pengiriman yang serba cepat. "Terima kasih bik." ucap Sasya.
"Iya, sama-sama non. Memangnya itu isinya apa non? Tumben banget belanja online, biasanya nona pergi ke mall langsung."
"Ini?" Sasya,menggoyangkan kardus yang ringan itu. "Emm... ini isinya benda penting."
Bik Atun mengerutkan keningnya, "Benda penting apa?"
"Rahasia!" jawab si gadis cantik.
"Eh, Non Sasya kok rapi banget?" Bik Atun baru tersadar dengan penampilan sang nona yang jauh lebih rapi dari biasanya. Sore ini, Sasya mengenakan rok dibawah lutut dengan sweater rajut yang tepat. "Mau kemana non?"
"Mau... kencan."
"Kencan? Yang benar non, sama siapa?!" tanya Bik Atun antusias.
"Ah, bibi mau tahu aja, rahasia dong bik! Nanti juga tahu sendiri." ujar si gadis dengan jenaka, setelahnya ia menutup kembali pintu kamar dan membuka kardus itu dengan antusias.
Kemarin malam, ia bertukar pesan dengan Andra dan pemuda itu mengajaknya berjalan-jalan di taman dekat rumahnya sore ini. Sasya merasa sangat senang dan antusias, ia sudah meminta izin kepada kedua orang tuanya dan dengan ajaib mereka mengizinkan. Ini akan jadi kencan pertama untuk mereka, semoga saja pertemuan kali ini tidak akan berjalan dengan canggung karena mereka sudah sering bertukar pesan atau mengobrol lewat panggilan telepon.
Sasya ingin tampil dengan baik, meskipun hanya sekedar jalan-jalan di taman, tapi ia ingin kencan pertamanya jadi sangat berkesan untuknya. Oleh karena itu, si gadis jelita membeli benda penting yang terbungkus kardus itu, awalnya ia sudah pesimis benda itu akan datang cepat, tapi ternyata sungguh diluar dugaannya.
Sasya mengeluarkan sebuah wig yang sangat cantik terbuat dari seratus persen rambut asli, Sasya segera bangkit dan berdiri di depan cermin. Ia mencopot topi rajut yang selalu menutup kepalanya. Ia memakai wig itu dan merapikannya, memastikan agar tidak terlepas ketika digunakan.
"Cantiknya!" puji Sasya.
Tidak sia-sia ia mengeluarkan banyak uang untuk satu buah wig yang sangat indah ini, wig berwarna hitam itu panjang sampai di atas pinggang dengan ujungnya yang bergelombang. Terasa sangat halus saat Sasya membelainya. Dulu, sebelum ia sakit parah, rambutnya juga sepanjang dan seindah ini. Sebelum akhirnya rusak dan rontok karena efek obat-obatan.
Ponselnya berdering, menampilkan pesan dari Andra yang memberinya kabar bahwa pemuda itu akan segera menjemputnya. Sasya segera bersiap, ia merapikan lagi wignya agar tidak copot dan memakai topi agar terlihat lebih natural. Gadis itu memoles wajahnya dengan make up, bahkan setelah dua tahun ditinggalkan make upnya masih baik seperti dulu.
Andra menuruti kata ketiga bujangan itu untuk mengajak Sasya jalan-jalan dalam rangka pendekatan, agar nantinya tidak kaku jika harus langsung berpacaran. Sore ini, di taman dekat rumah Sasya, ia akan mengajak gadis itu untuk menghirup udara segar. Setelah Sasya pulang dari rumah sakit, Andra memang belum menemuinya lagi. Ini akan jadi kencan pertama mereka, Andra tampil casual dengan celana jeans panjang dan hoodie berwarna biru.
Terima kasih kepada Marko, sebagai sponsor utama kencan kali ini, pemuda itu kaya raya itu rela meminjamkan mobilnya untuk kencan perdana Andra. Mungkin juga seterusnya ia akan lebih sering meminjam kepada Marko, maklum saja karena satu-satunya kendaraan yang Andra punya di perantauan ini adalah Si B, sepeda gunung berwarna hitam dengan sentuhan kuning keemasan.
"Hai, kak!"
Andra berbalik ketika mendengar sapaan dari seseorang yang tak asing lagi, lama menunggu di pinggir jalan. Akhirnya gerbang rumah besar itu terbuka sedikit, dan gadis cantik keluar dari sana. "Kamu?"
"Aku?" Sasya mengerjap bingung, "Aku kenapa?"
"Kamu Sasya?"
Gadis itu tertawa melihat ekspresi wajah Andra yang tidak biasa, "Ya iyalah kak, aku Sasya, siapa lagi." jawabnya.
Andra mengangguk-angguk seperti orang linglung, ia yakin masih bernyawa untuk melihat bidadari saat ini. Pemuda itu dibuat terpaku dengan betapa cantiknya wajah yang selalu pucat itu, riasan make up tipis yang ia kenakan terlihat sangat menawan. "Tunggu! Rambutmu?"
"Oh ini?" Sasya memainkan rambut indah bergelombang itu, "Aku... pakai wig! Jelek ya?"
"Hah?"
"Jelek banget ya kak?" tanya Sasya lagi.
"Eh, enggak, gak kok." Andra menggeleng cepat, "Bagus banget, cantik maksudnya! Beneran cantik banget." pujinya.
Si gadis tersenyum, "Terima kasih, kak."
"Aku gak tahu kamu bisa cantik banget." guman Andra. "Kamu gak kayak Sasya yang biasanya ya."
"Emang biasanya aku jelek apa?"
"Enggaklah, tetep cantik kok!" Andra segera membukakan pintu mobil untuk gadis itu, ia menuntunya untuk masuk. "Calon pacar kakak mana pernah jelek sih."
Andra berlari kecil memutari mobil untuk masuk ke kursi kemudi, ia menyalakan mobil Marko dan segera melajukannya. Tujuan mereka adalah taman, tapi sebelum itu, Andra ingin mengajak Sasya untuk memutari kota terlebih dahulu. Matahari masih cukup terik karena waktu baru menunjuk pukul tiga, nanti kalau sinarnya mulai meredup, Andra akan mengajak Sasya mampir kesana.
"Ini mobil Marko ya, kak?" tanya Sasya, merasa familiar dengan mobil kecil berwarna putih itu.
Andra menggaruk kepalanya, "Iya, Sya. Harap maklum ya, kakak kan di Jakarta merantau, jadi gak punya mobil."
"Iya, gak apa-apa." jawab gadis itu. "Oh iya, uang untuk jalan udah ku transfer ya."
Andra seketika menoleh, ia mengerutkan keningnya dengan tatapan kebingungan. "Uang apa?"
"Uang jalan." jawab Sasya dengan ringan, "Kata kakak kita harus pendekatan dulu, jadi aku transfer uang jalan buat kakak. Sesuai perjanjian, all bills on me, jadi ya aku transfer uang itu biar kakak gak harus minta ke aku untuk bayar sesuatu. Bukannya kalau jalan, cowok selalu yang bayarin kan?"
Serangkaian kalimat itu terasa menohok hati Andra, tapi yang bisa ia lakukan hanya tersenyum dan mengangguk. Tidak ada yang salah, malah Sasya berniat baik dengan menyelamatkan pride Andra sebagai seorang laki-laki. Andra memeriksa ponselnya, dan benar saja ada notifikasi dari bank ternama.
"Sepuluh juta lagi?!"
"Sya, ini yang bener?!" tanya Andra tidak percaya.
Gadis cantik itu mengangguk, "Ya beneran lah. Seperti yang aku bilang, itu uang jalan tapi bukan untuk sekali jalan kak. Kita akan lebih sering jalan kan setelah ini, jadi nanti kalau kurang aku transfer lagi."
"Tapi ini banyak banget, Sya."
"Tenang aja, uang jalan bukan termasuk gaji kakak kok."
Andra diam-diam menghela napas lega, untung saja ia sedang menjalin simbiosis dengan anak orang kaya. Jadi tidak perlu mempermasalahkan tentang uang. "Jadi kita mau kemana?" tanya Andra bersemangat.
Si gadis mengendikkan bahunya, sejujurnya ia pun tidak tahu harus pergi kemana untuk kencan pertama mereka. Andra bilang akan mengajaknya ke taman, tapi pemuda itu justru mengajaknya berkeliling kota. "A-aku gak tahu, terserah kakak aja deh, biasanya orang PDKT ngapain aja?"
"Biasanya ya jalan-jalan, makan, nongkrong, nonton bioskop, gitu sih." jawab Andra sambil tetap fokus pada jalanan di depannya.
"Kalau lagi di mobil gini biasanya ngapain aja?"
"Banyak sih Sya, kadang pegangan tangan, pelukan, ciuma--- eh!" Andra menepuk mulutnya sendiri, ah, sepertinya ia harus belajar bicara dengan lebih sopan mulai saat ini.
"Ciuman?" tanya Sasya, gadis itu menoleh sepenuhnya kepada pemuda yang tengah merasa ketar-ketir itu. "Di mobil gini ciuman? Memangnya orang PDKT udah boleh ciuman?"
"Emm... ya enggak! Gak boleh lah."
"Tapi, tadi kakak bilang ciuman."
"Itu keceplosan, Sya." jawab Andra dengan senyuman canggung, "Gak semua orang ciuman di dalam mobil kok, itu cuma segelintir orang aja."
Sasya mengangguk-anggukkan kepalanya, tidak banyak yang ia tahu soal gaya berpacaran. Dari artikel yang ia baca, beberapa mengatakan pasangan-pasangan muda itu kadang kala melakukan ciuman atau hal yang lebih dari itu. Tapi, semua itu selalu berujung dengan kehamilan di luar nikah dan pernikahan dini. Sehingga akan berdampak sangat buruk bagi kehidupan para remaja itu.
"Memangnya ciuman itu gimana kak?" tanya Sasya iseng.
"Kamu mau ciu--- eh! Maksudnya pegangan tangan?!"