PART 11 Ketemu Jodoh
Thoriq yang seorang muslim, pamit hendak berwudlu. Mendengar hal itu. Tyas juga Ayuni melakukan hal yang sama. Sementara Manika tetap di tempat, membantu mereka, mulai membakar makanan untuk makan siang.
Andrew memerhatikan Manika, secara diam-diam sering mencuri pandang. Gadis itu menyadari nya, bahkan tak jarang pandangan mereka bertemu, menghadirkan getaran di hati Andrew.
"Nik, kamu, nggak shalat?" tanya Andrew.
"Lagi libur," jawab Manika.
"Emang ada liburnya?" kembali Andrew bertanya.
"Untuk perempuan iya, tapi tidak untuk laki-laki," tutur Manika.
"Kenapa bisa beda? ya nggak adil namanya," protes Andrew.
"Yang boleh libur itu, perempuan yang habis melahirkan dan yang sedang menstruasi." Manika tersenyum malu sambil menundukkan kepala. Lalu melanjutkan menata makanan juga minuman. Andrew pun memakluminya.
Patrick dan Shane juga Lee asyik membakar daging, dan aneka bakso. Mark masih asyik bermain gitar, masih menyanyi berganti lagi entah sudah berapa kali.
"Biar, aku, yang cuci sini!" Manika mengambil buah dan sayur dari Upuli dan mencucinya. Upuli sendiri menyiapkan tempat, untuk wadah makanan yang sudah matang.
Thoriq yang baru kembali dari kamar kecil, segera melaksanakan shalat di sebelah tenda. Mark pun menghentikan permainan gitarnya. Karena tak mau mengganggu Thoriq. Tak lama kemudian. Tyas dan Ayuni pun bergantian shalat.
Kini mereka sedang menikmati makan siang bersama. Nampak Thoriq begitu sibuk mengambilkan makanan untuk Tyas. Diam-diam Manika dan Ayuni memerhatikan tingkah Tyas dan Thoriq. Yang sepertinya saling menyukai, mungkinkah cinta pada pandangan pertama? Begitulah pertanyaan yang ada dalam benak kedua gadis itu.
Kurang lebih dua jam mereka menikmati barbeque. saling bercanda, bertukar cerita dan pengalaman masing-masing. Ayuni yang suka menyanyi, akhirnya mau juga bernyanyi diiringi gitar yang dimainkan oleh Mark.
Patrick dan Lee asyik bermain catur. Sementara Thoriq dan Tyas nampak sedang ngobrol berdua. Mereka duduk di atas bebatuan. Beberapa menit sekali terlihat pesawat lewat di atas mereka, yang nampak terbang rendah. Karena tempat itu tak terlalu jauh dari, bandara international Hongkong, juga Disneyland.
Lagu. I miss you like crazy, terdengar sedang dinyanyikan secara duet oleh Mark dan Ayuni. Mereka nampak menikmati duet perdananya, sesama hobi menyanyi membuat keduanya mudah menyesuaikan nada.
Matthew mengajak Manika untuk membeli, ice cream. yang biasa mangkal dengan mobil di dekat tempat sewa sepeda.
"Nik, nggak pengin naik sepeda muter-muter?" tanya Andrew.
"Pengin sih, tapi saat ini lagi kurang fit," jawab Manika.
"Karena lagi datang bulan yah?" Andrew menebak.
Manika pun mengangguk. Mereka membeli ice cream. Andrew mengajak Manika duduk sebentar diatas bebatuan tak jauh dari tempat itu, sambil menikmati, ice cream.
"Kamu, sudah berapa lama di Hongkong?" Andrew bertanya di sela menikmati ice cream.
"Belum ada setahun," jawab Manika.
"Kalau boleh tahu, seperti apa, cowok yang, kamu, sukai?"
Sejenak Manika terdiam, kemudian gadis itu berkata. "Yang jujur, baik hati, setia, dan yang paling penting seagama."
"Berarti kalau tidak seagama, tak di terima yah?"
Manika mengangguk tanpa ragu. Baginya agama itu penting, sebagai pedoman hidup. Walau ia belum benar-benar menjadi seorang muslimah seutuhnya. Namun rencana menutup aurat sudah ada dalam benaknya.
Andrew terdiam, entah apa yang ada dalam pikiran lelaki tampan itu. Namun yang tak bisa dipungkiri. Hatinya semakin terpaut pada gadis yang kini duduk di sebelahnya.
Tiba-tiba saja, datang serombongan orang. Yang juga sedang menikmati hari libur. Mereka sesama pekerja dari Indonesia. Lima orang gadis muda. Berpenampilan modis ala artis, memakai pakaian minim bahan.
Kadang Manika heran, melihat orang-orang begitu kuat memakai baju minim, saat musim dingin. Sedangkan dirinya yang memakai baju tebal dan tertutup saja masih kedinginan.
Andrew sama sekali tak melirik. Manika hanya melihat sekilas, kearah lima orang itu. yang kini sedang berphoto berbagai gaya. Melihat mereka ingin photo bersama, dan mencari orang untuk dimintai tolong. Dengan sikap Manika menawarkan bantuan.
"Sini, Mbak saya bantu!" ucap Manika ramah.
"Eh ya ampun, Kak terima kasih loh," ucap salah satu di antara mereka.
"Kak, itu cowoknya yah? barang kali ada temennya cowok itu. kenalin dong!" ungkap gadis berbaju merah, rok mini jean dan stocking jaring merah motif bunga, plus sepatu boot tinggi.
"Jangan di tanggapapi, Kak, orang gila, dia," ucap teman gadis itu.
Manika hanya tersenyum. Tetap fokus mengambil gambar untuk mereka. Setelah cukup Ia pun menyerahkan ponsel, kepada salah satu dari mereka.
"Kak,, boleh kita photo bareng cowoknya, Kakak?" gadis berbaju merah itu bertanya. sepertinya gadis itu terobsesi dengan cowok bule.
Manika tak menjawab, hanya mengangguk dan tersenyum. Ia berjalan ke arah Andrew. "The girl, in the red blouse, want to take picture with, you," Manika tersenyum menggoda.
Nampak Andrew kurang suka. Entah sudah berapa kali, bertemu dengan perempuan model seperti itu. Yang membuatnya merasa jengah. "Aku, tidak suka berphoto," bisik Andrew berdalih.
"I know," ucap Manika
"Then?"
" Up to you." Manika mengedik kan bahunya.
"Oh, you!" Andrew nampak merajuk, membuat Manika tertawa. "Kenapa malah menertawakan, aku!" sambungnya kesal.
"Sudahlah, menyenangkan hati orang itu, suatu kebaikan loh," tutur Manika.
"Iya, tapi ini karena, kamu, aku mau."
Manika mengacungkan dua jempolnya, sambil tersenyum. Andrew senang melihat senyum gadis itu, yang telah memesona hatinya. Mengalirkan rasa, mendatangkan getaran semakin nyata. Duhai hati yang telah tertancap busur cinta, sabarlah hingga tiba masanya. Bisikan di hatinya, melahirkan rona bahagia.
"Hello!" seru Manika, sambil melambaikan tangan di depan wajah Andrew.
Sontak Andrew tersadar dari lamunannya. Baru saja hendak bersuara.
"Boleh kan, Kak!" seru gadis yang ingin berphoto dengan Andrew, pada Manika.
"Tuh, dia tanya lagi!" Manika berkata lirih
"Aku, mau tapi, sama, kamu, juga!" pinta Andrew.
"Cepetan Dek, kita mau pergi!" seru Manika, ke arah mereka.
Keempat gadis muda centil itu pun. Nampak girang. Sementara yang satunya siap memotret.
Ketika mulai di photo, Andrew sengaja. Meletakkan tangannya di bahu manika. gadis itu pun paham. karena Andrew tak nyaman diajak berphoto oleh mereka.
Andrew segera menarik tangan Manika untuk pergi dari tempat itu. Setelah selesai berphoto. Mereka berjalan tanpa sadar masih bergandengan tangan, hingga sampai di tempat para temannya berkumpul.
"Mau nyebrang lampu merah, Nik?" sindir Tyas, begitu melihat Manika dan Andrew berpegangan tangan.
Manika yang sadar langsung menarik tangannya. Andrew nampak tersipu. Sementara Manika merutuki dirinya, mengapa bisa sampai tak menyadari tangannya masih digandeng oleh Andrew.
"Hm, kayak ada apa-apa nih!" goda Ayuni.
"Jangan mikir yang macam-macam deh," balas Manika.
"Cuma satu macam kok," ledek Tyas.
Manika pun malas menanggapi ledekan sahabatnya, memilih duduk. Mereka kembali bersama. Berbincang sambil makan camilan.
Waktu beranjak sore, pengunjung bertambah ramai. Bersiap menanti senja, bersamaan saat-saat matahari terbenam. Orang-orang telah menyiapkan kamera. Ada juga dengan Smartphone. Untuk mengabadikan moment yang indah dalam cuaca yang sangat cerah.
Andrew mengajak Manika untuk berphoto berdua. Bergantian bersama Thoriq dan Tyas. Mereka semua berphoto bersama. Mengabadikan lukisan nyata, yang keindahanya tak terlawan kata. Kehangatan cerita di balik indahnya panorama Senja.
Tak terasa Senja berlalu, malam pun tiba. Saatnya Manika dan kedua sahabatnya pamit. Andrew menawarkan diri untuk mengantar. Namun Manika menolak. Dengan alasan teman-teman Andrew yang lain masih belum beranjak.
Ketiga gadis itu berpamitan, mereka semua berharap, di lain waktu bisa bertemu dan berkumpul kembali. Andrew dan Thoriq mengantar sampai stasiun. Nampak Thoriq sedang berbicara serius dengan Tyas, sebelum akhirnya ketiga gadis itu masuk ke dalam stasiun.
Di dalam stasiun, saat sedang menunggu kereta datang. Ayuni menggoda Tyas. "Hmm kayaknya, ada yang lagi jatuh cinta nih!" gumam Ayuni.
"Apaan, sih," sahut Tyas.
"Yeh, merasa dia!" seru Manika.
Tyas pun tertawa. Manika dan Ayuni melakukan Tos. "Gimana? beneran suka sama si Thoriq?" tanya Manika.
"Gitu deh," jawab Tyas.
"Cepet, bener, inikah yang namanya jodoh?" tanya Ayuni. "Eh, emang, si Thoriq, langsung ngungkapin gitu?" imbuhnya.
"Dia cuma tanya, udah punya tunangan belum? kalau belum dia mau ngajak aku langsung nikah." Tyas nampak berseri. Kedua sahabatnya pun langsung memeluknya.
"So sweet, banget sih, si Thoriq," ucap Manika.
"Iya, bikin aku nganan, eh ngiri, berarti cuma, aku, yang belum laku dong!" desis Ayuni.
"Kamu, pikir, aku, sudah laku hah!" seru Manika.
"Tapi, Andrew, terlihat banget suka, kamu, Nik!" ujar Ayuni yang diamini Tyas.
"Tapi dia, nggak ngomong, apa-apa, andaikan benar, aku, juga pikir-pikirlah, Kalau, Thoriq, jelas seorang muslim," ucap Manika tegas.
"Siapa tahu, si Andrew, nanti belajar dari Thoriq," celetuk Ayuni.
"Lihat saja nanti, tapi, aku, yakin Andrew cinta sama, kamu, Nik!" tutur Tyas.
"Iya, kelihatan kok," imbuh Ayuni.
Manika bukan tidak tahu, kalau Andrew menyukainya. Tapi ia berpura-pura tidak tahu. Yang diharapkan adalah lelaki seiman. dari mana pun asalnya. Andaikan ia jatuh cinta pada laki-laki non Muslim, maka lebih memilih mundur dan mengubur perasaan itu. Prinsip itulah yang akan selalu Manika tanamkan dalam hati terdalam.
Ponsel Tyas berbunyi. Ia pun mengambil dan membukanya. Sebuah pesan bergambar dari Thoriq. Tiba-tiba saja airmata Tyas menetes. Ayuni dan Manika sontak bertanya. "Ada apa?"
Tyas tak menjawab. Malah menyodorkan ponselnya pada kedua sahabatnya. Keduannya pun membaca pesan itu.
[Whatever I feel now. Hopes the one who received this message, feel it too]
"So sweet!" seru Manika dan Ayuni kompak.
"Aku meleleh bacanya," ucap Manika.
"Yang janji temu siapa, yang jadian siapa." ucap Ayuni.
"Namanya jodoh nggak ada yang tahu." ujar Manika tersenyum.
"Aku, pun tak menyangka, bisa punya rasa dengannya, aneh, padahal baru pertama ketemu. Apa ini nggak terlalu cepat yah? Jujur ada rasa khawatir juga," tutur Tyas.
"Jodoh, rejeki, ajak, semua sudah diatur sama, Allah, jadi minta petunjuk saja dengan berdoa. Nanti juga ada jawaban. Dan, kamu, sendiri yang memutuskan." Manika memberi masukan pada Tyas. Gadis itu mengangguk.
Kereta telah tiba, ketiga gadis itu pun masuk. Manika dan Ayuni pindah kereta, di stasiun Nam Cheong. Sementara Tyas tetap melanjutkan sendiri, di dalam kereta jurusan Kota Hongkong.
Manika mengambil ponselnya yang berbunyi, pertanda ada pesan masuk. Dibukanya pesan dari Andrew, sebuah photo dirinya dan lelaki itu, pemandangan yang indah tertangkap ponsel canggih milik Andrew. Dengan pose tangan Andrew memberi bola matahari pada dirinya, sementara ia sedang memandang takjub kearah bola matahari, yang seolah berada dalam telapak tangan Andrew.
Manika membalas pesan Andrew singkat. [Thanks]
[See you next time, take care.] Balasan dari Andrew. Manika tak lagi membalasnya.
Bersambung.