Chereads / FINDING MOM / Chapter 10 - JANJI TEMU

Chapter 10 - JANJI TEMU

Part 9 Janji Temu

Tangis Manika akhirnya pecah diatas sajadah, setelah bermunajat pada sang Khalik. Entah berapa lama. Berhenti karena merasa lelah.

Setelah merasa lega. Dilipatnya sajadah juga mukena dan menyimpannya kembali. Kemudian ia mencuci wajah di kamar mandi.

"Kakak, belum tidur?" Seru Crystal yang baru pulang, sambil mengetuk pintu.

Manika membuka pintu kamar mandi, dan berkata pada gadis kecil itu yang berdiri menunggunya.

"Aku, mau tidur cepat. kepalaku pusing," ucap Manika, bermain, seperti biasanya.

"Oh, Kakak, sakit kepala yah?" ucap gadis kecil itu sedih.

"Iya nih, jangan sedih paling besok sembuh kok, tadi sudah minum obat."

"Okelah, Kalak tidur sana, selamat tidur." Selesai berkata, Crystal pergi bergabung dengan keluarganya, di ruang keluarga.

Manika merasa lega. Segera masuk ke kamar, dan memadamkan lampu. Agar anak-anak tak lagi memanggilnya.

Dengan penerangan lampu meja, Manika mencari ponselnya yang sedari tadi terbiarkan. Dibukanya satu persatu pesan yang masuk. Ia membalas pesan dari Andrew.

[Okay, see you tomorrow, good night]

Kemudian, Manika mengirim pesan kepada kedua sahabatnya. Memberitahu besok jadi bertemu dengan Andrew.

Selesai mengirim pesan. Ponselnya di nonaktif kan. Manika sedang tak ingin bicara dengan siapa pun. Ia ingin segera mengistirahatkan badan juga otaknya yang lelah. Karena kerasnya berpikir.

*****

Keesokan paginya, Manika yang baru keluar dari kamar, di kagetkan oleh crystal dan Bryan yang tahu-tahu sudah ada di depan pintu.

"Hah kalian ngapain?" tanya Manika.

"Kami, mengkhawatirkanmu, Kak!" jawab kedua bocah itu kompak.

"Maafkan, kami membuat Kakak kaget." Sambil memegang tangan Manika kedua bocah itu, memasang wajah bersalah.

"Oke, aku sudah baikan, nih sehatkan," Manika berkata sambil tersenyum. Hatinya tersentuh oleh perhatian kedua anak itu. Yang mengkhawatirkan dirinya, karena semalam bilang sakit kepala.

Anak-anak baik. Hasil didikan orang tua yang baik, Manika benar-benar merasa bersyukur dipertemukan dengan keluarga luar biasa. Seperti keluarga majikannya.

Tiba-tiba ia menjadi sedih, orang lain saja begitu perhatian, dan khawatir padanya, sementara ibu kandungnya malah melupakannya.

Yang dikatakan oleh teman bapaknya, ternyata memang benar adanya. Ibunya terlihat menikmati hidupnya, dari penampilannya. Terlihat awet muda juga lebih cantik dengan polesan make-up nya.

Namun yang lebih membuat Manika kecewa juga sedih sang ibu bersama laki-laki. Tak ingatkah dia dengan suaminya. Meskipun saat ini sang suami sudah menalaknya. Setidaknya ingat dengan anak yang pernah dilahirkannya.

Tak ingin airmata terbuang sia-sia, Manika bertekat akan membuat ibunya menyesal.

Gadis itu bersiap ganti baju. Setelah lebih dulu membuatkan sarapan roti panggang dan susu untuk crystal dan Bryan.

Meski sang majikan yang masih tidur, selalu berpesan, kalau mau pergi libur, tidak usah mengurusi kedua anak itu. Namun Manika tak sampai hati. dan tetap melakukannya. Mengingat betapa baiknya mereka, kepada dirinya.

Sebelum pergi Manika memeriksa tasnya. Untuk mengecek dompet, ponsel, tas kecil tempat make-up, tisu hand sanitizer, masker juga buku catatan dan pena semua sudah ada.

Satu lagi, senjata, berupa cairan bubuk lada dalam botol kecil. Untuk jaga-jaga kalau ada orang jahat tinggal semprotkan ke matanya, Manika selalu menyimpan dalam saku celananya. Agar mudah diambil ketika dibutuhkan.

Setelah selesai Manika pun pamit pada kedua anak itu, yang sedang asik nonton film kartun, sambil sarapan.

"Kalian jangan bertengkar ya, Mommy sama Daddy kan masih tidur," ucap Manika.

Keduanya menjawab kompak, "Oke, Kak, hati-hati yah?"

"Oke, sampai jumpa nanti malam." Manika melambaikan tangan pada keduanya sebelum menutup pintu.

*****

Menikmati udara pagi yang dingin, Manika sengaja berjalan kaki menuju Stasiun Kereta Sha Tin. Sepanjang jalan di tepi sungai sudah banyak pejalan kaki mengenakan pakaian olah raga, ada yang lari cepat mau pun jalan biasa.

Sementara jalan sebelahnya, yang dibatasi pagar, juga telah ramai di lalui para pengendara sepeda.

Mendengar ponselnya berbunyi, Manika mengambilnya dari dalam tas. Panggilan masuk dari Ayuni langsung dijawabnya.

"Hallo assalamu'alaikum, Nik, udah keluar?" suara Ayuni langsung terdengar.

"Walaikum salam, udah nih lagi jalan ke Sha Tin,"

"Oh oke, aku tunggu di Stasiun Kowloon tong yah, biar bareng," ucap Ayuni.

"Oke," Manika mempercepat langkahnya, tak ingin sahabatnya menunggu terlalu lama.

Sesampainya di Stasiun, Manika bergegas masuk, dan menunggu kereta datang. Satu pesan masuk di ponselnya, dari Andrew yang memberitahu mereka akan bertemu di stasiun Tsing Yi.

Dua menit menunggu kereta jurusan Hung Hom pun datang, Manika segera masuk, ia memilih berdiri walau masih ada tempat duduk yang kosong.

Kereta berjalan hanya beberapa menit, sampai di Stasiun Tai Wai, selanjutnya akan melewati terowongan Lion Rock Tunnel, sebelum menuju Stasiun berikutnya yaitu Kowloon tong.

Sampai di Kowloon tong, Manika keluar dari kereta mencari sosok sahabatnya. Tak berapa lama kemudian mereka bertemu.

"Gimana Nik, jadi mau ketemu si bule itu?" tanya Ayuni ingin tahu.

"Jadilah kan udah janji,"

"Terus ketemu di mana?" Ayuni tambah penasaran.

"Stasiun Tsing Yi,"

Saat Ayuni hendak bertanya lagi, Ponsel dalam genggamannya berdering. Ia pun menjawab panggilan itu.

"Iya, aku udah sama, Manika di Kowloon tong, nih ngomong sendiri," Ayuni memberikan ponselnya kepada Manika,

"Hallo, Nik, gimana ketemu di mana jadinya?" tanya Tyas, di telepon.

"Andrew bilang, ketemu di stasiun Tsing Yi," jawab Manika.

"Ya udah, kita langsung ketemu di sana aja. kamu udah tau kan jalur keretanya?"

"Ya belumlah, belum lihat peta," ucap Manika.

"Sekarang kalian ke Hung Hom, dari sana, ganti jalur coklat jurusan Tuen Mun, atau Tuen Ma line. turun di Nam Cheong. Ganti lagi jalur orange jurusan Tung Chung. cuma dua Stasiun dari Nam Cheong," tutur Tyas.

"Oke, Yas, siap bye," Manika menyudahi panggilan telepon dari Tyas, dan mengajak Ayuni masuk ke dalam kereta.

Sampai di Stasiun Hung Hom, mereka melihat peta. Meskipun sudah dikasih tahu petunjuk arah dari Tyas, namun mereka hanya ingin melihat saja.

Akhirnya mereka sampai di stasiun Tsing Yi, baru saja keluar dari kereta Andrew menelepon Manika.

"Hello Nik, aku sekarang sudah di Tsing Yi, kamu di mana?" sapa Andrew.

"Sebentar yah, aku nunggu teman," ucap Manika.

"Okay," Andrew pun menutup telepon nya.

"Ayo kita keluar, Tyas sudah di Exit A!" Ayuni menarik tangan Manika, mereka berjalan mencari pintu keluar A, dari jauh Tyas melambaikan tangannya.

"Mana si bule?" tanya Tyas.

"Bentar aku telpon dia." Manika langsung menghubungi Andrew.

"Hello, Andrew, aku sudah di Exit A," ucap Manika.

"Okay I will be there.'

Tak lama kemudian Andrew melihat Manika dan kedua sahabatnya.

"Hi, girls!" sapa Andrew kepada ketiga gadis itu.

"Hi, Andrew, kenalin ini teman-temanku," ucap Manika.

"Hi, iam, Andrew, nama kalian siapa?" Tanyanya pada Tyas dan Ayuni.

"Namaku Tyas,"

"Aku Ayuni,"

Mereka memperkenalkan diri bergantian,

"Kok, kamu sendirian, katanya mau ajak temanmu, mana?" tanya Manika pada Andrew.

"Oh, nanti teman-temanku datang, kalian sudah sarapan?"

"Belum," Manika, Tyas, dan Ayuni menjawab hampir bersamaan.

"Aku juga, ayo kita sarapan dulu!"

Mereka berempat berjalan masuk kedalam pusat perbelanjaan. Maritime Square. Manika berjalan di sebelah Andrew, sementara Tyas dan Ayuni mengikuti dari belakang.

Entah rencana apa, yang akan dilakukan lelaki asal Canada, dan teman-temannya mengajak, Manika beserta kedua sahabatnya.

BERSAMBUNG