Part 6 Perhatian Andrew
"Nik, bisa kita ngobrol, sambil ngopi?" tanya Andrew.
Awalnya, Manika mau menolak. Namun tak enak hati. Untuk menghormati, Manika menerima ajakkan lelaki itu. Mereka pun memasuki sebuah kedai kopi, Setelah memesan minuman dan camilan. Kedua orang itu pun berbincang-bincang,
Mereka masih memakai masker. Ketika pesanan datang, barulah melepasnya. Seketika Andrew terpesona melihat wajah Manika, yang menurutnya cantik. Dengan warna kulit sawo matangnya.
Keduanya langsung akrab, walau baru saling mengenal. Andrew sangat menyukai Manika. Yang menurutnya berbeda, dari perempuan-perempuan yang pernah, ia kenal selama di Hongkong.
Tak terasa cukup lama mereka berada di kedai kopi. Sementara pengunjung semakin banyak. Mereka pun keluar. Hari telah sore, Andrew yang masih ingin ngobrol dengan Manika. mengajak gadis itu untuk jalan-jalan. Namun tiba-tiba ponsel Andrew berdering. Setelah menjawab panggilan masuk, ia meminta maaf pada Manika, dan berjanji lain kali akan menghubunginya. Mereka pun berpisah.
Manika memandangi kepergian Andrew, sesaat melihat paper bag berisi cardigan pemberian lelaki itu. Untuk pertama kalinya, ia menerima hadiah dari seorang laki-laki. Apa lagi yang baru di kenalnya. Namun Manika berusaha untuk berbaik sangka.
*****
Hari berganti, Manika masih menjalani rutinitasnya seperti biasa. Ia pun masih selalu berkomunikasi dengan keluarga di kampung halamannya. Hatinya begitu bahagia karena telah memiliki seorang adik laki-laki yang lucu.
[Hai,Nik, apa yang sedang kamu lakukan?] sebuah pesan masuk di ponselnya dari Andrew. Baru saja mau membalas, pesan kedua sudah muncul.
[Boleh aku telpon kamu?] tanyanya.
Manika pun membalas.
[Boleh] saat itu juga Andrew langsung menelepon.
"Kamu belum tidur?" tanya Andrew.
"Sudah," jawab Manika asal.
"Ha ha ha kamu lucu, orang tidur bisa jawab telepon."
Akhirnya mereka pun tertawa, dan mengobrol cukup lama. Andrew semakin tertarik pada Manika, karena merasa nyaman setiap berbincang dengannya. Menyadari waktu sudah larut malam mereka menyudahi obrolan.
"Good night, semoga mimpi indah," ucap Andrew sebelum menutup telepon.
Manika tersenyum sendiri, hampir tiap malam lelaki itu menghubungi dirinya. Menurutnya Andrew adalah sosok teman yang baik. Walau baru pertama kali bertemu.
*****
Suatu hari, ketika Manika sedang menunggui anak les musik. Karena bosan hanya duduk saja. Ia berjalan-jalan di pertokoan, dekat area les, sekadar untuk membuang rasa jenuh. Tiba-tiba seorang menyapanya.
"Hai, Nona sepertinya kita pernah bertemu!" orang itu berkata. terlihat sedang mengingat sesuatu, sambil membuka masker dan berkata lagi. "Ingat aku?"
"Erick?" ucap Manika.
"Iya, ini aku, kamu, sedang apa di sini?" Erick bertanya sambil menatap Manika.
"Antar anak les, kamu masih ingat aku. Padahal aku pakai masker," ucap Manika heran.
"Aku ingat sepatu yang kamu pakai, meski pakai masker aku tetap ingat alis dan bulu matamu, cantik sih," Erick tersenyum dan kembali berkata.
"Maaf, waktu itu ponselku hilang, makanya aku tak pernah menghubungimu. Boleh minta nomormu lagi?" tanyanya.
"Oh ya boleh," Manika pun menyebutkan nomor ponselnya.
"Terima kasih, Nik," ucap Erick.
"Oke." Manika menautkan ibu jari dan jari telunjuknya membentuk hurup o. Yang berarti oke.
Setelah berbincang beberapa saat, Manika pamit pada Erick mau menjemput anak les. Ia pun bergegas meninggalkan lelaki itu.
Erick yang tahu pekerjaan Manika. hanya memandangi kepergian gadis itu. Dalam hati ia bersyukur bisa bertemu kembali dengannya.
Gadis yang pertama kali ia temui di tepi sungai Shing Mun, ketika ia bersepeda dan jatuh tepat di depannya. Ternyata masih mengingatnya. Membuat hati Erick berbunga.
Andai saja ponsel Erick tak hilang. mungkin saat ini, ia sudah akrab dengan gadis itu. Ia kembali tersenyum, mengingat semua kejadian awal bertemu dengannya.
*****
Manika merasa lega, karena pekerjaannya sudah beres. Waktu menunjukan jam sembilan lebih. Bergegas ke kamar, melihat sekilas ponselnya di atas meja. Banyak sekali pesan yang masuk.
Namun ia mengabaikan.
Cepat-cepat masuk ke kamar mandi, untuk membersihkan diri, di Hongkong sudah menjadi kebiasaan, mandi satu kali. Malam hari menjelang tidur. Entah itu hanya kebiasaan mayoritas warga sana, atau memang tradisi. Tapi begitulah adanya. Awalnya Manika heran, lama-lama terbiasa.
Ternyata memang seperti itulah kehidupan, mayoritas di Hongkong. Mandinya menjelang tidur. Menurut dari cerita teman-teman, sesama pekerja, baik dari Indonesia, mau pun negara lainnya.
Selesai mandi dan sholat, Manika bersiap naik ke tempat tidur. Sambil meraih ponselnya, dibukanya satu persatu pesan yang masuk, dan membalasnya.
Ada pesan dari nomor tak di kenal, Manika segera membukanya.
[Hai, Nik, aku Erick, kamu masih sibuk?]
Manika pun membalasnya.
[Baru selesai.]
[Aku pengin bicara sama kamu, boleh?]
[Ya boleh,]
Tak lama kemudian, Erick pun menelepon.
"Hello, maaf kalau aku mengganggu waktu istirahatmu," sapa Erick.
"Oh nggak apa, aku belum tidur kok," jawab Manika.
"Kamu baik-baik saja kan?" tanya Erick.
"Iya aku, baik, kamu sendiri bagaimana?" Manika balik bertanya.
"Aku, juga baik, hari minggu nanti apa kamu ada acara?" tanya Erick kembali.
Untuk sesaat Manika bingung harus menjawab apa, karena pertanyaan yang sama dari Andrew pun belum ia jawab. Rencana malam ini mau menjawabnya.
"Hello Nik, kamu dengar!" Seru Erick.
"Oh maaf, aku belum tahu hari minggu nanti ada acara atau tidak, lagi nunggu kabar dari teman-temanku," tutur Manika akhirnya.
"Oh gitu, aku pengin ajak kamu jalan-jalan, bersama teman-temanmu juga tak apa," ucap Erick.
"Gini aja besok aku kabari kamu yah, sekarang aku mau tanya temanku dulu," ucap Manika.
"Oke besok aku tunggu jawabanya yah, selamat istirahat," Erick pun menutup panggilan teleponnya.
Manika buru-buru menelepon kedua sahabatnya, sebelum keduluan Andrew yang meneleponnya, bersyukur langsung tersambung.
"Hallo Nik, panjang umur kamu, tuh di dalam ada Ayuni," tutur Tyas.
"Wah kebetulan dong, aku mau ngomong sama kalian," ucap Manika.
"Tentang cowok bule itu?" tanya Ayuni.
Manika memang sudah menceritakan. Tentang perkenalkannya dengan Andrew, kepada kedua sahabatnya.
"Bukan cuma Andrew, tapi juga Erick" ucap Manika.
"Wha!?" Seru Tyas dan Ayuni serempak.
"Biasa aja kali," ujar Manika.
"Lah siapa lagi, Nik, hati-hati loh ini di Negeri orang, jangan mudah percaya sama laki-laki yang baru kenal." Tyas berkata dengan khawatir. Karena takut sahabatnya salah pergaulan.
"Iya, Nik, takutnya mereka orang jahat. Masih ingetkan berita bulan lalu! orang bule menyekap beberapa orang, dari Negara Philippine juga Indonesia. Ternyata dijadikan budak seks!" tutur Ayuni tak kalah panik.
"Tenang, aku tau kok, Insya Allah aku bisa jaga diri. Makanya aku mau minta pendapat kalian. Ceritanya sebelum aku ketemu si Andrew, lebih dulu ketemu Erick. Karena Erick nggak pernah ngubungi aku padahal dia minta nomerku, kupikir lupa. Itulah kenapa aku gak cerita ke kalian. Tadi siang gak sengaja ketemu dia lagi, ternyata handphone dia ilang, gitu," tutur Manika panjang lebar.
"Lah terus masalahnya apa?"tanya Ayuni.
"Si Erick mau ngajak aku jalan-jalan, dia bilang nggak apa bareng teman-temanku. Menurut kalian gimana?" tanya Manika.
"Okelah kalau jalan bareng-bareng," ucap Ayuni.
"Lah terus bagaimana dengan Andrew?" tanya Tyas.
"Nah itu dia, aku belum tau, padahal rencana malam ini aku mau kasih jawaban. Gimana dong?" tanya Manika bingung.
Bersambung.