Part 2 Libur Pertama
Pada hari minggu Tyas mengirim makanan berupa jajanan dan buah, yang di titipkan pada penjaga pintu hotel, dan pegawai hotel yang mengantar sampai depan pintu kamar. Selama di karantina selalu dalam pantauan dari departemen kesehatan. Setiap orang memakai gelang khusus. Bila berani keluar dari kamar maka akan berurusan dengan hukum, juga kena denda.
Demi sebuah tujuan, yaitu ingin mencari keberadaan sang ibu, Manika sudah siap menghadapi. Berbagai kemungkinan, yang akan terjadi nanti. 21 hari karantina di hotel. Dianggapnya sebagai liburan. Sedang dimanjakan, sebelum mulai bekerja.
Manika selalu menelepon bapaknya, karena tak ingin membuatnya khawatir. Betapa bahagianya ketika ibu sambungnya mengabarkan kalau saat ini sedang hamil. Ia berjanji pada diri sendiri untuk membahagiakan keluarganya.
Kini Manika mulai bekerja di sebuah apartmen Belair Garden di daerah Shatin New Territories. Daerah yang cukup nyaman, tidak bising, juga tidak sepi. Akses transportasi pun mudah.
Bekarja pada sepasang suami istri dengan dua orang anak usia tujuh dan sembilan tahun. Sedikit demi sedikit Manika belajar bahasa daerah Hongkong, beruntung karena ada anak-anak membuatnya cepat bisa berkomunikasi.
Baru lima hari kerja di suruh libur. Peraturan di Hongkong, setiap pekerja dapat libur tiap hari minggu dan tanggal merah. Karena belum dapat gaji sang majikan memberi pinjaman uang untuk berlibur.
Manika di jemput sahabatnya Tyas, yang sudah bersama Ayuni. Bertiga jalan-jalan menikmati hari libur. Manika belum mulai pencarian ibunya, ia ingin lebih dulu mengetahui seluk beluk, dari daerah satu ke daerah lainnya.
Banyak rencana yang sudah Manika susun dan ia bertekad akan mewujudkan semuanya dengan berusaha sungguh-sungguh. Namun ia tetap melibatkan yang mahakuasa, di setiap langkah dengan doa.
Manika, Tyas dan Ayuni baru saja keluar dari Masjid Jami kowloon, setelah melaksanakan sholat dhuhur. Tyas mengajak mereka, jalan-jalan ke taman belakang Masjid.
Namun baru saja mereka hendak memasuki taman. Terlihat kerumunan orang, dan juga banyak polisi. Karena penasaran, Tyas bertanya pada orang yang kebetulan lewat.
"Maaf Mbak, itu ada apa yah kok banyak polisi?" tanya Tyas.
"Ada orang berantem, terus ada korban di tusuk perutnya ngeri, Mbak, mending jangan kesana!" jawab orang tersebut.
"Mbak, tahu korbannya orang mana?" tanya Tyas penasaran.
"Katanya sih orang indonesia perempuan. Denger-senger karena selingkuh, cemburu gitu. Kurang paham juga saya, nggak kenal soalnya," ucap orang itu lagi.
"Ya udah makasih ya, Mbak." Ucap Tyas, orang itu pun melangkah pergi.
Tyas mengajak Manika dan Ayuni pergi dari tempat itu. Mereka menuju Stasiun Tsim Sha Tsui. Ketika baru mau masuk, seseorang yang sedang bicara di telepon melewati mereka.
"Pokoknya kamu kesini! Aku tunggu di pintu keluar A, Laras sudah di bawa ke rumah sakit. Iya Larasati." Ucap seorang perempuan cantik. yang langsung menutup panggilan teleponnya.
Manika, Tyas, dan Ayuni saling berpandangan. Untuk beberapa saat, mereka memikirkan hal yang sama. Gegas Tyas mendekati perempuan cantik itu. Yang masih berdiri di tempatnya.
"Maaf, Mbak, boleh tanya, Larasati, itu orang mana yah?" tanya Tyas penasaran. Ia yakin orang itu sedang membicarakan, si korban penusukan.
"Maksud Mbak, Larasati yang di bawa ke rumah sakit," jawab perempuan itu.
"Iya, orang mana ya dia? Apa dia yang korban penusukan di taman belakang masjid?" ucap Tyas kembali bertanya.
"Iya, dia yang tadi berantem dan di tusuk. Kalau nggak salah dari Jawa Tengah, tapi kurang tahu daerah mana. Soalnya aku juga baru kenal dua minggu yang lalu," ucap perempuan itu. "Memangnya Mbak, kenal dengannya?" Perempuan itu balik bertanya.
"Aku, lagi nyari temenku. Kebetulan namanya, Larasati. Soalnya udah lama hilang kontrak sama dia," tutur Tyas.
"Oh gitu, gini aja, nanti tanya temenku aja. Dia yang udah kenal lama. Orangnya lagi menuju kesini, tunggu aja." Selesai bicara pada Tyas perempuan itu mengambil ponselnya yang berdering. dan berjalan menjauh.
Tyas dan Ayuni, saling berpandangan, dan secara bersamaan melihat kearah Manika yang sedang terdiam. Mereka tahu apa yang sedang dirasakan sahabatnya.
"Nik, kita berdoa saja. Semoga itu bukan ibumu. Nama Larasati kan banyak," hibur Ayuni.
"Iya, Nik, nanti kita tanya temennya orang itu. Cari tahu dulu, berpikir yang baik-baik saja, ok!" Tyas menimpali.
Manika hanya terdiam tidak menanggapi ucapan dari kedua sahabatnya. Berbagai rasa berkecamuk dalam dada. Tak mampu ia luapkan. Entah mengapa tak ada khawatir di hatinya, jika orang itu adalah ibunya.
Tyas yang melihat perempuan tadi sudah bertemu temannya. Bergegas mengajak kedua sahabatnya untuk mengikutinya. Orang itu pun melihat kearah mereka, yang sedang berjalan mendekat.
"Hai, Mbak, kenalin aku Tyas, dan ini kedua sahabatku Ayu dan Ika," ucap Tyas ramah.
"Oh iya tadi kita belum kenalan yah, aku Mirah, dan temenku ini Dewi," ucap perempuan cantik tadi. Ternyata bernama Mirah.
"Ini loh, Mbak Dewi, mereka yang aku bilang tadi," tutur Mirah.
"Larasati temenku itu, orang Semarang," tutur perempuan bernama Dewi yang tak kalah cantik dari Mirah. Penampilan mereka bak artis sinetron.
"Oh Semarang, kira'in, Banjarnegara, ok Mbak terima kasih infonya. Kalau gitu kami pamit yah." Selesai bicara Tyas mengajak Manika dan Ayuni keluar dari stasiun. Tidak jadi naik kereta bawah tanah. Tapi membawa kedua sahabatnya menuju dermaga kapal.
"Kalian berdua merasa nggak sih, kalau perempuan yang namanya Dewi itu, sepertinya nggak jujur?" ucap Ayuni yang sedari tadi diam.
"Ya taulah, makanya aku pun bohong. Kalau Larasati yang kita cari dari Banjarnegara," tutur Tyas.
"Apakah mungkin, itu beneran Ibuku," gumam Manika lirih.
"Ya belum tentu, Nik, nanti kita juga akan tahu. Kalau bener mereka bohong, akan terkuak identitas, Larasati, itu dari mana. Inget pemilik nama itu bukan cuma ibumu. Pihak KJRI kantor perwakilan kita. Pasti akan dihubungi oleh kepolisian, sudah jangan berpikir yang nggak baik," tutur Tyas panjang lebar.
Manika kembali terdiam. Ia mencoba melupakan sejenak tentang ibunya. Mengikuti langkah Tyas dan Ayuni, sambil melihat pemandangan, agar hatinya yang sedang galau, sedikit tenang. Sepanjang jalan menuju dermaga, yang terlihat bangunan gedung megah nan indah. Benar-benar kota yang sangat moderen. Jauh berbeda dengan kota kelahirannya.
Mereka berjalan sambil sesekali mengambil gambar, photo bersama, di harbour city. Pusat perbelanjaan besar dan elit. Tak lupa singgah di tempat tugu jam berada dekat dermaga. Yang menjadi salah satu ikon daerah Tsim Sha Tsui - Kowloon.
Puas berphoto, mereka menaiki kapal menuju Kota Central. Sesampanya di dermaga Central, mereka berjalan menyeberangi jembatan layang. Ayuni dan Manika benar-benar kagum, melihat pemandangan perkotaan super moderen gedung-gedung tinggi menjulang ada di mana-mana. Sangat indah membuat takjub.
Tyas memberitahu pada kedua sahabatnya. Kalau Kota Central adalah tempatnya warga negara Philippina berkumpul menikmati hari libur. Sementara tempat kumpulnya warga Indonesia, berada di Causeway bay. Walau sekarang sudah menyebar hampir seluruh wilayah Hongkong. Karena saking banyaknya.
Ikuti perjalanan Manika mencari ibunya yah. Jangan lupa tinggalkan komen, kritik dan saran. Terima kasih.
Bersambung.