Chereads / Liebe Wand / Chapter 27 - CINTA SALAH SANGKA

Chapter 27 - CINTA SALAH SANGKA

"Maria. Kamu gitu sih sama Indah. Sudah Ndah, hentikan!" sergah Leo. Ia sengaja masuk ke ruang makan lagi karena tak tega melihat Indah. Membuat Indah menghentikannya.

"Eh Leo. Kamu ngapain sih belain dia terus?" sergah Maria. Ia berkacak pinggang.

"Dia tuh cewek aku. Nggak pantas dia membersihkan sepatu kamu," ujar Leo emosi.

"Aduh Leo. Ngapain juga kamu pacaran sama dia. Nggak ada guna tahu nggak," desis Jeny. Ia mendekati Leo yang masih emosi.

"Kamu juga. Ayo Ndah, jangan duduk di sini."

"Indah, kamu milih Leo, atau aku," tegas Jeny.

Deg!

Indah mengatur nafas. Ia tak bisa memilih apa yang seharusnya dilakukan. Bingung, tak tahu harus berbuat apa.

"Maaf Le, aku di sini dulu ya," lirih Indah.

"Ngapain. Nggak ada guna kamu sama mereka."

"Udah, kita lanjut makan ya. Mumpung waktunya masih ada."

"Tapi Ndah ...."

"Udah nggak apa-apa. Nggak ada tapi-tapian."

"Kamu yakin?"

Indah mengangguk, "Yakinlah."

"Tapi kan mereka benci sam kamu."

"Nggak apa-apa."

Leo menggelengkan kepala. Ia tahu ini seperti mimpi buruk yang menjadi kenyataan. Tapi ia tak bisa berbuat banyak. Maka apa yang bisa dilakukannya. Ia kembali duduk di tempatnya, dan mulai mengambil makanannya. Ia sangat malas untuk menghabiskan makanannya ini. Tapi, bisa kena hukum Pak Galak jika ia tak menghabiskan makanan, atau meninggalkannya begitu saja. Ia mengunyah makanannya lagi dengan malas.

Evrin dan Gina saling berpandangan. Heran dengan sikap Indah yang berubah seperti itu. Kenapa Indah jadi begitu? Pikir Gina dalam hati.

*****

"Indah, kamu jangan lakukan hal seperti itu lagi ya." Kata Xinan saat Indah baru saja memasuki ruang kelas. Jam pelajaran belum dimulai. Masih menunggu guru yang biasanya datang terlambat.

"Tapi Xinan ...," mendadak Indah gemetar. Takut jika Maria marah.

"Xinan." Seru Maria saat tahu Xinan datang.

"Jangan lakukan seperti itu lagi Mar. Itu nggak bagus tahu nggak."

"Memangnya kenapa sih. Oh ya, dan aku nggak suka kalau kamu perhatian sama Indah kayak gini."

"Mar, aku suka sama Indah, bukan sama kamu."

Deg!

"Apa kamu bilang?"

"Dan aku nggak suka sama kamu Xinan," sergah Indah.

Sementara Jeny dan teman-temannya bingung dengan apa yang mereka lihat.

"Kalau kamu membocorkan soal di gudang kemarin, dan itu berakibat buruk pada Indah, maka aku nggak akan segan-segan untuk mengajak Indah keluar dari sekolah ini."

Deg!

Maria menggeleng, "Tidak Xinan. Kamu harus tetap di sini sama aku. Aku nggak mau kamu ninggalin aku."

"Ada apa ini?" kata Jeny. Ia berharap Xinan tidak menyukai anak cupu itu.

"Tergantung kamu. Aku akan tetap di sini atau kamu akan terus mengganggu Indah seperti ini."

"Nggak mungkin kalau kamu menyukai Indah Xinan. Sebenernya aneh banget, kenapa kamu dan teman-temanmu itu menyukai dia. Apa yang sebenarnya terjadi?" sergah Jeny.

"Terserah. Kamu minta maaf sama Indah sekarang atau aku akan keluar."

"Jangan."

"Ayo minta maaf!"

"Baiklah, tapi jangan pernah ninggalin aku ya," desis Maria memelas.

"Asal kamu mau minta maaf sama Indah."

"Baik."

Tidak ada pilihan lain bagi Maria. Xinan adalah segalanya. Kalaupun tidak bisa memilikinya, melihatnya saja setiap hari itu sudah lebih dari cukup baginya. Karena baginya, Xinan adalah kehidupan dan segalanya.

"Maafkan aku Ndah. Kamu bebas sekarang. Kamu boleh temenan sama siapapun yang kamu mau. Nggak harus sama kami."

"Maria apa-apaan kamu?" tukas Jeny.

"Maaf Jen ...," air mata Maria yang sedari tadi dibendung tumpah sudah.

"Terimakasih Maria. Kamu sudah membebaskan aku sekarang," Indah tersenyum penuh kemenangan. Dalam hati, bayangan dirinya akan dilaporkan Bu Popi sehingga uang beasiswanya akan dibekukan, sirna sudah. Ia benar-benar bahagia karena Xinan mati-matian membelanya seperti ini. Ia benar-benar bersyukur.

"Makasih juga buat kamu ya Xinan. Maaf kamu nggak perlu suka lagi sama aku. Aku sudah punya pacar."

"Iya aku tahu. Tapi, kami nggak apa-apa kan."

"Aku baik-baik saja."

"Kamu serius sekarang sama Geng cantik itu?"

"Iya. Nggak apa-apa kok."

"Ini benar-benar aneh."

"Sudahlah, nggak masalah kok."

Xinan mengangguk. Ia tahu, harus sabar menghadapi situasi seperti ini. Masalahnya Indah hanya akan membencinya jika ia terus menganggu. Paling tidak, mengalah bukan berarti kalah kan.

"Apa. Serius? Cuma gini aja?" Jeny tak habis pikir.

"Makasih ya Ndah, kamu masih nganggap aku pacar," ujar Leo tersenyum.

"Kamu memang pacar aku kan Le."

"Aku heran sama kalian. Kok bisa suka sama suka anak cupu ini."

"Eh, lu kalau ngomong hati-hati ya," tukas Leo.

"Sudah-sudah. Itu sepertinya Pak Rangga datang." Kata Indah, membuat anak-anak mulai mempersiapkan diri serta duduk di tempat masing-masing.

"Selamat pagi anak-anak."

"Selamat pagi Pak."

"Ok, siapkan buku kalian di meja," kata Pak rangga.

"Iya Pak ...," seru anak-anak.

"Baik, coba kalian buka halaman dua puluh lima."

Indah terbelalak. Masalah logaritma. Dabe entahlah apa lagi itu. Belum di halaman sampingnya terlihat soal fisika yang sangat aneh. Ia harus menghitung berapa kecepatan sebuah benda yang jatuh dari ketinggian sekian meter. Indah bergidik. Buat apa benda jatuh dihitung segala. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, bingung dengan dan urusan dunia yang sangat tak mauk akal.

*****

"Alhamdulillah kalau kamu sudah bebas dari mereka. Sekarang kita bisa temanan lagi." Kata Evrin girang saat mereka berada di perpustakaan.

"Iya Alhamdulillah. Pokoknya apapun yang terjadi kita akan selalu sama-sama. Ok," tukas Gina.

"Eh kalian. Udah bareng-bareng lagi sekarang?" kata Maria.

"Kamu Mar. Iya dong."

"Boleh dong, aku ikut gabung juga."

"Kenapa nggak. Udah kita jangan kayak anak kecil. Pilih-pilih temen segala," kata Evrin tersenyum.

"Asal ngomongnya yang baik-baik aja. Gak usah nyakitin ya." Kata Indah takut-takut. Bayangan dia dianiaya di kamar mandi kemarin masih menghantui dan itu membuatnya sedikit takut.

Maria menghela nafas, "Iya deh Ndah. Kamu cuma sedikit beruntung aja meskipun aneh. Kalau bukan karena Xinan aku nggak bakalan ngelepasin kamu."

"Eh udah. Kok mulai lagi."

Indah menarik nafas panjang. Sebenarnya, ia cukup lega karena masalah kemarin sudah selesai. Tapi saat tahu Maria kembali lagi di sini, sungguh membuat dirinya sangat tidak nyaman.

"Em, aku nyari buku dulu ya," ujar Indah. Pergi ke toilet bukan alasan yang tepat. Sekarang ia sedikit takut ke sana sendirian. Harus ada Evrin atau Gina yang menemani.

"Ok, jangan lama-lama ya," Gina tersenyum.

Indah mengangguk, beranjak pergi.

Maria mengambil nafas panjang, "Sungguh, aku benar-benar heran dengan apa yang sebenarnya terjadi sama Indah. Kenapa tiba-tiba ia disukai banyak cowok ya. Xinan juga suka lagi," ujar Maria.

Evrin dan Gina berpandangan.

"Apa kalian tahu sesuatu. Bukankah ini juga ada hubungannya dengan kalian yang tiba-tiba saja mau berteman dengan Indah."

"Kalau kami berkata yang sebenarnya, imbalan buat kami apa?"

Deg!