"M ... maksud kamu?" tanya Indah gugup.
"Maksud aku ya, kita coba seperti yang ada di dalam video itu."
"Maksudnya?"
Deg!
Indah menggeleng, takut. "Nggak ah, kelihatannya sakit, kasihan yang perempuan."
"Kasihan gimana? Emang seperti itu kan."
Kata Indah sambil melihat pemeran wanita di video itu mulai merintih. Indah benar-benar terbelalak. Ia tak menyangka bahwa bagian otot lelaki itu malah menusuk.
Indah mengerjap. Seperti itukah. Ia benar-benar tak menyangka.
Pelan, Xinan mulai merangkul Indah. Membuat Indah menatapnya dengan tajam. Merasakan keanehan yang mendera tubuhnya.
"Tak masalah, kita bisa mencobanya pelan-pelan."
"Mencoba apa?"
"Ya itu ...."
"Nggak mau!"
"Udah deh."
Indah sulit menelan ludah, "Sakit."
"Kalau pelan kan tidak sakit. Justru kau akan merasakan kenikmatan yang luar biasa."
"Luar biasa bagaimana. Kau tidak lihat itu si wanita kesakitan."
"Shuut ...." Xinan mulai menempelkan mulutnya. Meletakkan ponsel itu di meja kotor penuh debu tak jauh darinya. Bau debu menyeruak. Dua ekor cicak bekejaran di atap.
Indah tersentak. Tapi tak bisa melakukan apa-apa. Lidah Xinan mulai memainkan mulut Indah yang pasrah. Membuat liurnya belepotan. Indah merasakan itu. Ia tak menyangka, ini adalah hal pertama yang dirasakannya. Sungguh aneh, tapi meski begitu, ia hanya bisa pasrah. Tak bisa melakukan apa-apa. Sensasi yang diberikan Xinan membuatnya seolah tak berdaya.
Xinan membawa Indah ke tembok. Membuatnya menahan nafas. Tapi Xinan membuat tubuhnya terjepit. Indah pasrah. Ia merasakan tangan Xinan mulai menyentuh pinggangnya. Membuatnya geli.
Indah ingin melawan. Menegakkan badan Xinan yang terus mencoba menyentuh pundak, dan leher. Sekarang Indah merasa lebih geli dari biasanya. Ia ingin melepaskan hal itu tapi entahlah. Ia merasa Xinan sangat berat, dan ia tak kuasa untuk melakukan apapun.
Sentuhan Xinan mulai menempel pada leher, membuat Indah semakin menahan nafas. Ia geli, tapi mulai merasakan kenikmatan. Apakah ini yang dimaksud Xinan barusan.
Dan sentuhan itu mulai menurun, membuat Indah menahan geli. Dan otot bagian bawah tubuhnya semakin menegang, entah kenapa. Indah ingin berkata sesuatu, tapi tenggorokannya semakin tercekat. Sentuhan itu mulai menempel pada dadanya. Membuatnya tegang. Dan Xinan tak menyangka. Ia sedikit membuka mata, mendapati bagian tubuh yang menonjol itu membesar.
Membuat Xinan semakin bersemangat. Ia merapatkan tubuh Indah, membuatnya sesak. Xinan mulai menikmati leher Indah. Merasakan aroma gadis itu. Sementara tangannya mulai memegang area sensitif Indah. Membuatnya terbelalak, tak menyangka Xinan akan melakukan hal sejauh itu.
Indah mulai mundur, entahlah ia merasa kurang nyaman. Ia baru sadar apa yang dilakukannya ini pasti salah. Seperti hal yang take pernah ia lakukan sebelumnya. Dan ini sunggu sangat buruk. Bukankah ini juga begitu bodoh. Seharusnya, ia tak perlu melakukan hal buruk yang begitu jauh seperti ini. Bukankah ini sama saja dengan teman-teman yang lain yang selalu dilakukan anak-anak bodoh itu. Entahlah, ia hanya merasa buruk saja.
Bagi Indah, ini adalah hal bodoh yang tidak membuatnya nyaman. Ya, memang begitu membawa kenikmatan. Tapi, ini sangat buruk. Tapi, ini tak perlu dilakukan bukan. Apa bedanya ia dengan anak-anak yang suka pacaran seperti itu. Memang ia pacaran dengan Xinan. Tentu tidak bukan. Tapi, kenapa ia bisa melakukan hal sejauh itu dengan Xinan padahal ia tak punya hubungan apa-apa. Dan meskipun punya hubungan, berpacaran misalnya, bukankah tak perlu sampai sejauh ini.
Dan bagaimana jika Ayah atau Ibu, tahu ia berperilaku sejauh ini di sekolah. Bukan itu sangat mengecewakan namanya. Pastilah kedua orangtuanya sangat kecewa. Ini begitu buruk. Tak perlu lah seperti ini.
Lagipula, kenapa Xinan begitu mudah berperilaku seperti ini padanya. Apalah ia biasa melakukannya, pada cewek-cewek itu. Ia kan lumayan tampan. Pastilah cewek-cewek itu akan sengan mudah bertekuk lutut padanya, meskipun sangat buruk. Mereka hanya tertarik dengan ketampanan Xinan. Sehingga lupa dan mau melakukan apa saja. Kenikmatan yang aneh itu pada Xinan.
Berbagai pikiran sedang berkecamuk di kepala Indah. Mulai menimbang-nimbang hal apa saja yang sekiranya bisa berakibat buruk padanya. Ini sangat buruk dan tak perlu lah ia melakukan hal yang seperti ini.
"Kenapa?" Bisik Xinan sambil menarik kembali tubuh Indah ke pelukannya.
"Apa?" Indah ingin berontak.
"Tenang saja, pelan-pelan," bisiknya.
"Pelan bagaimana?"
Xinan tersenyum, mencoba menenangkan Indah. "Ada apa? Kau takut?"
Indah menatap wajah Xinan lekat-lekat. Wajah yang begitu rupawan. Seperti para pemain drama Korea itu. Tersenyum manis, membuat Indah mabuk kepayang. Entahlah, kenapa ia begitu mudah tertarik dengan setiap lelaki yang tertarik padanya.
Sorot mata Xinan membawa Indah pada dunia cinta yang belum ia dapatkan sebelumnya. Entahlah, sensasi yang ia rasakan berbeda daripada saat ia bersama Leo atau Wahyu. Mata indah itu menghujam jantungnya.
Tangan Xinan semakin ke bawah. Menyentuh bagian itu lagi. Membuat Indah memekik.
"Kenapa, jangan keras-keras!"
Xinan terkejut.
"Kamu mau apa? Itu jangan dipegang," desis Indah.
"Kenapa?"
Indah menghela nafas, menangkis tangan Xinan dengan sedikit kekuatan. Membuat Xinan kesakitan.
"Aw," pekik Xinan.
"Jangan aneh-aneh ah. Ngapain?"
"Apa yang kau lakukan Ndah, sakit tahu." Desis Xinan sambil memegangi tangannya.
"Habis, aku kan kaget."
"Memang begitu kan."
"Aku nggak mau. Sepertinya sakit."
"Memang seperti itu. Tapi kalau kau tenang, semuanya akan baik-baik saja."
"Baik-baik bagaimana?" Indah kesal.
"Awalnya memang sedikit aneh, tapi nanti lama-lama juga rasanya nikmat."
Deg!
Indah mundur dua langkah, "Apa kamu sering melakukannya?"
"Aku hanya mengira-ngira saja. Karena sepertinya begitu. Ya, di video-video itu."
"Berarti kamu sering melihatnya?"
Xinan tersenyum, tersipu malu. "Hanya iseng-iseng saja."
"Apa? Iseng?"
Deg!
"Heh, jangan keras-keras, nanti ada yang dengar."
"Memangnya kenapa kalau ada yang dengar."
"Ya nggak enak, ngapain pagi-pagi di gudang sama seorang cewek aneh sepertimu. Hahaha ...."
"Apa kamu bilang? Aku cewek aneh?" Kini Indah lebih berani bertanya. Entahlah, sekarang ia merasa begitu dekat dengan Xinan.
Xinan tersenyum, "Nggak-nggak, aku cuma bercanda."
"Ah, emang aku aneh kok." Indah melipat tangan. Pura-pura marah.
"Jangan cemberut dong, nanti cantiknya hilang." Xinan menyentuh pipi Indah.
"Apaan sih." Indah mengusap pipinya.
"Dengar ...." Xinan menarik Indah ke pelukannya, membuatnya tersentak.
"Apa, lepas!" desis Indah. Tapi ia mulai merasa nyaman. Berharap Xinan tidak serta merta melepaskannya.
"Sudah, diam!" desis Xinan. Ia mulai menempelkan bibirnya lagi. Membuat Indah mulai menikmati. Mereka berpelukan keras, seolah tak ingin lepas. Sambil menikmati sentuhan dengan kedua bibir itu. Indah sulit menelan ludah. Ia tak bisa memikirkan apapun.
Sementara Xinan memberi sentuhan halus dan penuh kasih sayang. Ia tahu, gadis yang di hadapannya kini bukan gadis biasa. Ia masih perlu banyak belajar, bahkan tak tahu apa-apa.
"Heh, apa yang kalian lakukan?"
Deg!