Yang tadinya Andri lembut berubah menjadi kasar kepada Anes, sampai-sampai Anes tidak lagi melawannya ataupun berteriak-teriak seperti sebelumnya.
"Kenapa lo giniin gue, salah gue apa?" Anes memberanikan diri untuk bertanya kepada Andri tentang ini semua.
"Lo masih nanya salahnya dimana?" Andri kembali bertanya sambil mencengkram kuat wajah Anes dengan raut wajah marah serta kedua bola mata yang membulat sempurna.
Anes mengepalkan kedua tangannya di samping badan, penglihatannya kian buram seiring air yang semakin banyak berada pada matanya dan tidak bisa dibendung lagi.
"Gue nggak ngerti kenapa lo lakuin ini sama gue, kalau gue salah gue minta maaf. Tapi gue mohon lepasin gue sekarang," Anes berkata dengan air mata yang terus mengalir membasahi pipinya.
"Gue nggak suka lo putusin gue sebelah sepihak, gue masih sayang sama lo!" sahut Andri sambil melepaskan cengkraman tangannya yang berada di wajah Anes.
"Tapi gue mutusin lo karena ada sebabnya, lo yang udah hancurin semuanya, lo juga yang selingkuh. Semuanya kesalahan ada di lo! Bukan gue!" Anes berucap sambil mengguncang kuat sebelah bahu Andri dengan nada suara yang cukup keras sehingga suasana di dalam mobil cukup tegang.
"Plakk!" suara tamparan yang mendarat di pipi Anes.
"Ha?Tega lo ya," Anes berucap kedua matanya menatap wajah Andri sejenak sebelum menundukkan kepalanya sambil memegang pipi yang memerah akibat tamparan Andri.
"Eh! Sorry gue nggak sengaja Nes," ucap Andri ketika dia baru menyadari tangannya telah menamparnya dengan cukup kuat.
"Jangan sentuh gue," ucap Anes yang masih menundukkan kepalanya dan memeluk dirinya sendiri.
Andri menghela nafas dan menyuruh anak buahnya untuk mempercepat laju kendaraannya yang akan menunju tempat membawa Anes. Dan sementara itu Lisa masih panik atas hilangnya Anes semenjak pergi ke toilet. Karena hilangnya belum 24 jam pihak guru pun belum melaporkannya kepada polisi, mereka mencari Anes dengan kemampuan mereka masing-masing. Orang-orang yang mencari Anes tidak menemukan jejak apapun dan mereka memutuskan untuk berteduh karena sebentar lagi hujan akan turun. Namun tidak dengan Lisa, dia mengabiskan waktunya dengan menatap langit yang kian menghitam. Lalu dia membiarkan rintik hujan yang menghujan tanah ikut serta membasahi tubuhnya.
***
Mobil yang membawa Anes akhirnya berhenti di salah satu gedung tua dengan coretan cat dinding dimana-mana, dengan lukisan-lukisan aneh serta pohon besar yang mulai berguguran menambah kesan horor pada bangunan tersebut. Anes ketakutan ketika dia turun dari mobil dan kedua matanya menyapu setiap sudut dari gedung tersebut.
"Masuk!" ucap Andri sambil mendorong Anes untuk berjalan dengan kedua tangan yang masih terikat lengkap dengan tas serta handphone yang berada di punggung Anes.
"Nggak mau! Gue mau pulang!" teriak Anes sambil membalikkan badannya berniat untuk berlari meninggalkan tempat horor tersebut.
"Lo nggak akan bisa pergi dari sini," ucap Andri sambil menyeringai dan rencana Anes berhasil di gagalkan oleh kedua anak buah Andri.
"Lepasin gue! Tolong! Tolong siapa saja," Anes berteriak sekuat tenaga agar seseorang dapat mendengar suaranya, namun sepertinya itu akan menjadi hal sia-sia. Sebab tempat tersebut sudah tidak di tinggali oleh masyarakat sekitar. tempat itu menjadi kota tak berpenghuni meskipun gedung-gedung sebagian masih terlihat bagus dan terawat.
Andri hanya tertawa ketika mendengar Anes berteriak meminta tolong karena dia tahu tidak ada siapapun disini kecuali Andri dan kedua anak buahnya. Kota yang tak berpenghuni itu sering di jadikan tempat nongkrong anak-anak punk atau pun geng motor yang beristirahat secara gratis ataupun sekedar pesta minuman keras sambil membawa para gadis untuk melampiaskan hasrat bejadnya.
Andri sama sekali tidak mengetahui kalau ternyata ada seseorang di gedung yang bersebelahan dengannya, karea awalnya dia mengira kalau mereka hanya berempat. Karena teriakan Anes cukup kencang dan itu membuatnya terbangun dari tidurnya, karena penasaran apa yang sebenarnya terjadi di luar orang itu akhirnya melihat dari jendela yang berada di lantai atas.
"Oh, penculikan ya," ucapnya sambil meminum sekaleng minuman dengan tatapan mata ke bawah memperhatikan tiga orang pria dengan satu orang perempuan yang sedang di paksa. Dia akhirnya memutuskan untuk turun ke bawah dan menyapa para tetangga barunya dia pun tidak peduli apa yang sedang mereka lakukan.
"Oy, jangan terlalu berisik ya," ucapnya sesampainya dia berada di dekat gedung Andri sambil membuang kaleng yang sudah kosong lalu di gantikan dengan satu batang rokok yang dia ambil dari saku celananya.
"Siapa lo?" Andri bertanya sambil memandangi orang asing yang muncul tiba-tiba, Andri melihatnya dari atas sampai bawah, orang itu mengenakan jaket levis bewarna hitam dengan lapisan kaosnya yang juga berwarna hitam dengan gambar kepala tengkorak, celana levis yang robek di bagian lutut serta paha, dengan potongan rambut model two blok dan satu tindikan di kuping kiri menambah kesan dan dugaan kuat bahwa orang yang muncul di depannya adalah anak punk atau semacamnya.
"Oh, gue Deska. Saran gue jangan terlalu keras sama cewek, nanti dosa lo," ucap Deska sambil memiringkan kepalanya dan tersenyum kepada Anes, dia langsung membalikkan badannya berniat untuk pergi meninggalkan Anes dan juga Andri.
"Tolong ... aku mohon tolong," Anes berucap dengan raut wajah yang memelas dan kedua keningnya bertaut berharap orang yang bernama Deska mau menolongnya.
"Diem lo," Andri langsung menutupi mulut Anes dengan lakban hitam sehingga dia tidak bisa lagi memohon pertolongan.
Deska sempet menghentikan langkah kakinya dan menoleh melihat wajah Anes ketika Anes memohon pertolongannya, tapi Deska langsung meninggalkan mereka dan kembali masuk ke gedung yang di jadikannya tempat berlindung dari hujan maupun terik matahari.
"Masuk lo," Andri menarik kasar agar Anes masuk ke dalam gedung.
Anes hanya bisa menangis dengan keadaannya yang sekarang, tidak ada siapapun yang mau menolongnya bahkan dia hanya memikirkan untuk segara mati dari pada terkurung selamanya di tempat ini bersama dengan Andri.
Anes di masukkan keruangan yang cukup sempit tanpa adanya lubang udara di dinding-dindingnya.
"Bos, tadi itu cewek ya?" salah satu anak buahnya bertanya kepada Andri ketika selesai mengurung Anes di ruangan kecil.
"Gue nggak tau dan juga nggak peduli mau dia cewek, cowok, atau waria sekaligus gue nggak peduli selama dia nggak ganggu urusan gue," Andri menjawab sambil meminum alkohol yang berada di atas mejanya.
"Oh, baiklah," ucapnya sambil berjalan keluar untuk berjaga di depan pintu karena Andri memerintahkan kedua anak buahnya untuk berjaga-jaga meskipun tidak ada siapapun yang mengetahui lokasi Anes saat ini.
Anes duduk di atas kursi dengan kaki dan tangannya terikat...
Bersambung...