Chereads / Tentang kamu / Chapter 4 - Rencana Menyelamatkan.

Chapter 4 - Rencana Menyelamatkan.

Anes duduk di kursi dengan kaki dan tangannya terikat serta mulutnya yang masih di tempel oleh lakban hitam. Keringatnya bercucuran membahasi keningnya, berkali-kali ponsel milik Anes menyala menandakan ada panggilan masuk tapi sangat di sayangkan ponsel milik Anes tidak bersuara.

Sementara itu Deska.

"Gue harus bantu dia keluar dari gedung itu, tapi gue harus menyusun rencananya," batin Deska sambil terus berdiri di dekat jendela dengan kaca besar.

Hari semakin gelap dan Anes masih berada di ruangan yang sama dengan posisi yang sama, tidak ada yang menolongnya. dia sendirian sangat ketakutan dengan apa yang akan terjadi kedepannya.

Derap langkah kaki terdengar samar-samar mendekat ke arah pintu.

"Ceklek," suara pintu yang dibuka secara perlahan dan ujung sepatu pantofel terlihat masuk ke dalam ruangan.

"Em ... emm!" suara Anes ketika melihat Andri masuk ke dalam sambil tersenyum.

"Kamu ngomong apa sayangku?" Andri bertanya sambil berjongkok di depan Anes dan tangannya membelai pipi Anes secara perlahan.

Kedua mata membulat sempurna ketika tangan Andri mulai menyentuh pipinya, Anes berusaha memalingkan wajahnya berharap Andri melepaskan tangannya. Justru Andri menahan wajah Anes agar tidak memalingkan wajahnya.

"Mulai hari ini dan seterusnya kamu adalah milikku," ucap Andri sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Anes dan mencium bibirnya yang masih di tutupi dengan lakban. Pelupuk matanya langsung mengeluarkan cairan bening yang terus membahasi pipi, kedua tangannya yang berada dibelakang saling meremas satu sama lain.

"Siapa saja, tolong aku," batin Anes sambil terus meneteskan air mata.

***

Keesokan paginya Andri kembali datang ke ruangan Anes bersama kedua anak buahnya, Andri melihat Anes yang masih tertidur dengan posisi yang masih sama dengan kemarin. sesekali Andri mengambil gambar Anes sebelum menyuruh anak buahnya untuk melepaskan ikatan yang ada di tangan serta kakinya, ketika kedua anak buahnya sedang membuka ikatan yang berada di tangan, Anes terbangun dan membuka matanya secara perlahan.

"Tidurmu nyenyak tuan putri?" Andri bertanya sambil berjalan ke arah Anes yang masih duduk di atas kursi.

Tanpa sepata kata pun Anes tidak menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Andri, setelah kedua ikatannya selesai di lepas Andri menyuruh Anes untuk mengikuti nya keluar dari ruangan tersebut.

Karena semalam Anes tertidur di kursi dan tidak mengonsumsi makanan apapun dia menjadi lemas dan tidak kuat berjalan.

"Aw," pekik Anes yang tersungkur di lantai dengan raut wajah meringis menahan lapar serta haus.

"Biar aku bantu," ucap Andri sambil tersenyum berjongkok di depan Anes dan mengulurkan tangannya.

"Nggak perlu, gue bisa sendiri," balas Anes sambil menepis tangan Andri dan berusaha bangun dengan tenaganya sendiri.

Setelah sehari semalam Anes di kurung di ruangan sempit dan juga kotor Anes akhirnya dipindahkan ke kamar yang lebih layak untuk di pakai, kamar itu di lengkapi dengan kasur yang cukup luas, kamar mandi, pendingin ruangan serta lemari berisi baju-baju bersih yang sebelumnya sudah di siapkan oleh Andri hanya untuk Anes.

"Sekarang kamu masuk bersihkan badanmu. ingat, jangan sesekali untuk kabur," Andri berucap sambil memegang dagu Anes sambil tersenyum.

Anes tidak menjawab ucapan Andri dia langsung masuk ke dalam kamar dan menutup pintunya dengan keras di hadapan Andri yang masih berdiri di depannya.

"Kasar sekali," ucap Andri pelan sambil tertawa kecil membayangkan raut wajah Anes ketika sedang marah karena baginya itu terlihat menggemaskan.

Sementara itu Deska sudah berniat menolong Anes meski dia tidak mengenalnya namun karena dia dan Anes sesama perempuan maka dia tidak tega jika melihat sejenisnya di jadikan budak nafsu oleh para lelaki bejad.

Deska sudah menyiapkan mobil di ujung kota dan sudah di tutupi dengan dedaunan agar tidak ada yang menyadarinya, dengan rencana yang cukup matang Deska sudah memutuskan untuk menolongnya pada hari ini sebelum semuanya terlambat.

Deska berjalan ke gedung milik Andri tidak mengendap-endap melainkan secara terang-terangan berjalan menuju pintu masuk sambil membawa plastik yang berisi lima botol minuman keras yang sudah di campur obat tidur dengan dosis yang sangat banyak.

"Oke semangat!" batin Deska sambil menghembuskan nafas dan membuangnya secara perlahan sebelum dia masuk ke dalam.

"Tokk ... tokk ... tokk ...." Suara pintu yang di ketuk Deska cukup keras agar orang-orang yang di dalam mendengar suara ketukan pintunya.

"Siapa?" pintunya di buka oleh salah satu anak buah Andri yang bernama Anwar.

"Gue Deska, yang kemarin," ucap Deska sambil tersenyum dia berusaha untuk tetap tenang agar rencananya tidak gagal.

"Oh, ada keperluan apa?" tanya Anwar sambil berpindah posisi menyadarkan punggungnya di depan pintu.

"Hari ini gue lagi banyak rezeki, mau minum bareng? Kebetulan gue nggak ada orang lagi yang bisa di ajak minum bareng," sahut Deska sambil menunjukkan plastik yang berisi lima botol minuman keras.

"Wih, kebetulan nih dari kemarin belum minum. Ayolah masuk ke dalam," ucap Anwar sambil tertawa dan berjalan ke dalam.

Ekor matanya menyapu setiap sudut ruangan ketika Deska sudah berada di dalam gedung milik Andre, matanya terus mencari dimana letak Anes di sembunyikan.

"Silahkan duduk bro, anggap aja rumah sendiri," ucap Anwar sambil berjalan ke salah satu ruangan untuk memanggil satu temannya.

"Iya. Thanks," Deska berucap sambil duduk di atas sofa yang masih sangat bagus.

"Sepertinya mereka menjaga tempat ini supaya tetap bagus, awalnya gue kira dalamnya kaya gudang. Ternyata setara apartemen," batin Deska sambil mengeluarkan botol-botol minuman.

Tidak lama kemudian Anwar dan temannya datang menghampiri Deska yang sudah duduk di sofa sambil menuangkan minuman keras ke gelas kecil yang sebelumnya sudah dia bawa bersamaan dengan botol minuman tersebut. Deska tidak melihat Andri hanya ada mereka berdua di dalam gedung tersebut.

"Orang yang satu lagi kemana? Dia nggak ikut minum bareng kita?" Deska bertanya sambil meminum bagiannya yang tidak tercampur dengan obat tidur.

"Oh itu bos kita, sekarang dia lagi pergi mencari penghulu," sahut Anwar sambil mengambil gelas yang sudah terisi penuh dengan minuman keras.

"Dia mau nikah sama siapa?" Deska bertanya lagi dengan raut wajah yang cukup serius.

Karena sudah di pengaruh dengan minuman keras Anwar menjelaskan kalau Andri sedang mencari penghulu untuk menikah dengan Anes, setelah beberapa menit menenggak minuman keras kesadarannya mulai berkurang, bahkan Anwar pun menceritakan semuanya kepada Deska sebelum mereka berdua tertidur akibat minuman keras yang bercampur obat tidur.

"Akhirnya mereka tidur juga," batin Deska sambil bangun dari duduknya dan mengambil kunci yang ada di atas meja dan berjalan menyusuri setiap ruangan mencari keberadaan Anes.

Bersambung...