Chereads / Tentang kamu / Chapter 5 - Melarikan Diri.

Chapter 5 - Melarikan Diri.

Sementara itu setelah Anes selesai membersihkan badannya dia berencana untuk melarikan diri dari gedung Andri, dia tidak bisa terus-terusan diam dan menunggu seseorang untuk menyelamatkannya karena dia berfikir tidak ada seorang pun yang akan datang untuknya.

"Sudah 3 hari aku berada disini, aku harus cepat-cepat keluar," batinnya sambil berusaha membuka jendela agar dia bisa keluar dari jendel, namun setelah terbuka dia baru menyadari kalau dia berada di lantai atas dan lumayan tinggi.

"Kalo aku lompat pasti aku mati," ucapnya sambil melihat permukaan bawah yang di penuhi dengan bunga-bunga yang hampir layu karena teriknya matahari dan tidak terawat.

Di saat yang bersamaan Deska telah mencapai lantai atas sambil memeriksa satu persatu pintu yang tertutup, hampir semua pintu yang di cek oleh Deska pintu itu terbuka dan tidak ada penghuninya. Deska langsung mengetahui kalau di antara pintu-pintu itu ada pintu yang terkunci dan di situ adalah tempat Andri mengurung Anes.

"Cuma ini pintu yang belum gue buka, semoga kali ini terkunci," batinnya sambil berjalan ke arah pintu dan bersiap untuk mengetuknya.

"Tokk ... tokk ...," suara ketukan pintu dari luar terdengar samar-samar di telinga Anes. Deska tidak berani untuk mengetuk pintunya dengan keras.

"Ada orang di dalam?" Deska bertanya sambil mengintip dari lubang kunci, "Kalau kamu di dalam cepat jawab, kita harus keluar dari sini," lanjutnya sambil mengetuk pintu dua kali.

"Eh! Siapa kamu?" Anes ikut bertanya sambil mendekatkan telinganya ke arah pintu agar dia bisa mendengar suara Deska dengan jelas.

"Bukan waktunya buat nanya," ucap Deska sambil membuka pintu dengan kunci yang dia ambil dari meja sewaktu pesta minum di lantai bawah.

"Heh," Anes terkejut melihat wajah Deska yang dia lihat beberapa hari lalu sewaktu dia pertama kali di bawa ke tenpat ini.

"Jangan banyak bengong, waktu kita nggak banyak," Deska berucap sambil menarik tangan Anes yang saat itu sedang memegang sebuah gunting, dan gunting itu pun langsung terjatuh ke lantai.

Perasaan Anes campur aduk, dia merasa sangat kebingungan tapi juga merasa senang. Bagaimana Anes tidak bingung melihat orang yang tidak dikenalnya sama sekali kini menyalatkan hidupnya dari belenggu neraka.

"Bagaimana caranya kamu bisa berada di sini?" Anes bertanya lagi kepada Deska yang sedang serius memperhatikan jalan mereka agar tidak ketahuan dengan siapapun itu yang berada di dalam gedung ini.

"Nanti aku jelasin, sekarang kamu diem aja," ucapnya sambil menoleh ke arah Anes yang berada di belakangnya.

Tangan mereka berdua tidak terlepas semenjak di lantai atas, Deska menggenggam tangan Anes dengan erat agar mereka tidak terpisah. Setelah di bawah Anes sedikit terkejut melihat anak buah Andri sudah terkapar di lantai dengan botol minuman yang sudah berantakan.

Sedikit lagi mereka mencapai pintu depan tapi Deska tiba-tiba mendengar suara mobil yang terparkir di depan dengan suara tawa beberapa orang.

"Gawat!" batin Deska dia langsung menarik Anes bersembunyi di salah satu ruangan di balik pintu, gerakan yang spontan itu membuat Deska tidak menyadarinya kalau jarak mereka berdua sangat dekat, bahkan nafas dari mereka terdengar sangat jelas.

Anes yang terpojok di tembok dan Deska berada tepat di depannya membuat dia sedikit nervous. Deska memandangnya sambil berisyarat agar tidak bersuara ataupun bergerak untuk beberapa saat.

"Sstt ...,"

"Apa-apaan ini!" Andri terkejut ketika melihat anak buahnya tidak sadarkan diri dengan beberapa botol minuman.

"Kurang ajar kalian, Bangun!" Andri berucap sambil memukuli Anwar agar segera sadar. Namun mereka berdua tak kunjung sadar meski Andri sudah berteriak dan memukulnya.

"Sial!" gumamnya sambil berlari menuju lantai atas mengecek keberadaan Anes, dia berharap Anes masih berada di tempat yang sama. Namun apa yang dia dapati, Anes sama sekali tidak berada di tempatnya dengan pintu kamar yang sudah terbuka.

"Ah! Brengsek!" Andri berteriak sambil memukul pintu kamar tersebut.

Penghulu dan kedua temannya tidak tahu apa yang sedang terjadi sekarang, mereka saling bertanya-tanya dengan raut wajah sedikit takut dan juga penasaran. Apalagi setelah melihat kedua anak buah Andri terkapar di lantai dan terlihat sangat nyenyak. Andri pun kembali ke bawah sambil membawa seember air untuk menyiram Anwar dan temannya agar mereka berdua bangun.

"Bangun kalian!" Andri berteriak sambil melempar ember ke lantai sehingga menghasilkan suara yang cukup keras. Anes langsung memejamkan matanya ketika mendengar suara keributan di depan.

"Eh bos, hehehe," ucap Anwar yang terbangun karena di siram air satu ember.

"Haha hehe, haha hehe. Di suruh jagain satu cewek aja kalian nggak becus!" ucap Andri sambil menarik baju Anwar dengan raut wajah yang sangat marah. "Liat sekarang! Anes kabur!" lanjutan sambil memukul Anwar sekuat-kuatnya sampai hidungnya mengeluarkan darah.

"M-maaf Bos, kita berdua nggak tau kalo sampai ketiduran kaya gini," ucap teman Anwar sambil menundukkan wajahnya.

"Semua ini ngga bakal terjadi kalau kalian nggak ceroboh!" Andri membentaknya tidak perduli di depan penghulu dan kedua temannya.

"M-maaf Bos, tadi kita di ajak minum sama si Deska itu," sahut Anwar sambil menyumbat hidupnya dengan tangan agar darahnya berhenti keluar.

Anes ketakutan ketika mereka mulai nyebut nama Deska, dia takut kalau Deska akan bernasib sama dengannya. Air matanya kembali menetes ketika membayangkan dirinya akan terkurung kembali, namun Deska yang berada di depannya langsung memeluk Anes agar berhenti menangis dan tetap tenang meski keadaan mereka cukup genting dan kemungkinan selamat hanya satu banding satu. Anes sedikit terkejut ketika Deska memeluknya, terasa hangat tubuh Deska membuat hatinya merasakan ketenangan yang selama ini dia cari.

"Sekarang kalian cari mereka berdua!" ucap Andri dengan nada suara yang keras.

"Siap!" ucap keduanya yang langsung berjalan keluar bersiap untuk mencari Deska dan juga Anes.

Karena Anes berhasil kabur acara pernikahannya di batalkan dan Andri meminta maaf kepada penghulu sebesar-besarnya. Penghulu dan kedua temannya langsung meninggalkan tempat itu dan kembali ke kotanya. Sedangkan Andri ikut mencari Anes dan Deska dengan mobil terpisah. Mereka tidak mencari keduanya di dalam gedung terlebih dahulu, karena mereka berpikir Deska dan Anes sudah pergi cukup jauh. Karena menurut penjelasan yang di berikan oleh Anwar, Deska datang sekitar sejam yang lalu.

Suasana di dalam gedung sudah cukup hening, Deska melepaskan pelukannya sambil mengusap air mata Anes, tanpa satu kata pun Deska langsung menggenggam tangan Anes dan menariknya keluar dari gedung itu. Bukan hanya Anes yang merasa takut, tapi juga Deska. Mereka berdua keluar dari gedung lalu langsung berlari menuju mobil Deska yang sudah terparkir di depan kota.

"Aku ...,"

Bersambung...