Chereads / Tentang kamu / Chapter 8 - "Dia siapa, Des?" "Ah, itu pacarku. Anes,"

Chapter 8 - "Dia siapa, Des?" "Ah, itu pacarku. Anes,"

"Lo bisa masak?" Anes bertanya setelah memperhatikan Deska yang cukup menguasai dapur dengan santai.

"Ya, yang kamu liat sendiri aku bisa masak," Deska berucap sambil menumis bumbu, sesekali dia menoleh ke arah Anes dan tersenyum manis.

"Oh," balas Anes singkat setelah melihat Deska tersenyum dan itu membuat hatinya terenyuh melihat Deska.

Dan pada akhirnya Anes tidak membantu apa pun di dapur. Deska memanggilnya hanya untuk menemaninya memasak makanan, agar suasana tidak begitu sepi.

"Lo cuma tinggal sendiri ya?" Anes bertanya sambil berdiri di samping Deska yang masih sibuk dengan masakannya.

"Iya, seperti yang kamu liat. Disini ngga ada siapa-siapa selain kita berdua," jawab Deska sambil memindahkan masakan yang telah matang ke atas piring yang cukup besar.

"Oh, begitu," balas Anes sambil berjalan ke arah meja makan yang sudah tersedia makanan.

Anes tidak berani bertanya lebih lanjut tentang latar belakang Deska, sebenarnya Anes ingin mengetahuinya tapi dia pikir topik seperti ini tidak sopan untuk di bicarakan. Dia memutuskan tidak bertanya dan menunggu Deska yang menceritakannya sendiri.

Masakan yang di masak Deska sudah siap di santap, mereka berdua makan tanpa ada obrolan dari keduanya. Terlebih lagi Anes, dia tidak bertanya apa pun.

Sementara itu Andri kembali ke gedung setelah menelpon anak buahnya untuk menjemput dia di jalan, karena mobilnya tidak bisa dikendarai lagi. Andri tidak menyangka kalau Deska akan ikut campur urusannya, Andri juga menyesal karena tidak memperingatkan Deska agar tidak ikut campur.

***

Keluarga Anes sudah melaporkan tentang kejadian yang di alami oleh Anes, mereka melaporkan semuanya kepada polisi. Karena lokasinya yang cukup jauh polisi memakan banyak waktu untuk menangkap Andri, kini status Andri dan anak buahnya telah menjadi buron.

***

Pada sore harinya, Anes yang tidak memiliki baju ganti terpaksa meminjam baju milik Deska. Meski baju Deska mendekati baju laki-laki, Anes tidak keberatan dari pada dia tidur dengan baju kotor lagi.

"Keren juga kamu pake bajuku," Deska memujinya sambil tersenyum dan itu membuat Anes sedikit tersipu malu.

"Gue emang keren, tapi bukan karena pake baju lo," Sahut Anes dengan tatapan sinis kepada Deska.

"Kenapa ya. Semenjak kamu tau aku cewek, kok kamu jadi jutek ke aku?" Deska bertanya sambil berjalan ke arah Anes yang saat itu sedang berdiri di depan cermin yang berada di dalam kamar.

Anes tidak bisa menjawab pertanyaan yang di lontarkan oleh Deska, dia bingung harus menjawab apa. Dan dia juga tidak mau Deska berfikir aneh-aneh tentang dirinya.

"Kok nggak jawab? Jangan-jangan kamu menyukaiku ya. Tapi begitu tau aku yang sebenarnya kamu jadi badmood?" Deska terus bertanya sambil berdiri di belakang Anes yang saat itu dia juga masih di depan cermin.

"Cih, jangan kepedean deh jadi orang," ucap Anes dia membalikkan badannya dan berjalan untuk menghindari Deska.

Deska menarik tangan Anes agar tidak pergi dari hadapannya, mata mereka sempat bertatap beberapa detik sebelum bel berbunyi menandakan bahwa ada tamu yang berkunjung.

"Ganggu aja," guman Deska sambil melepaskan tangan Anes dan berjalan ke arah pintu, dan Anes pun terdiam.

"Hai," Suara wanita ketika Deska membuka pintunya.

"Eh, ada apa Put?" tanya Deska sambil beriri di depan pintu, ternyata tamu yang datang adalah Putri.

"Loh, kok tanya ada apa. Biasanya juga kan aku datang kesini setiap sore, lagi pula kamu kemana aja sih selama seminggu nggak ada kabar sama sekali," sahut Putri sambil melipat kedua tangannya dengan raut wajah cemberut dan berjalan ke dalam.

"Loh," Putri terkejut ketika mendapati ada orang lain selain dirinya dan Deska.

Putri melihat Anes yang sedang duduk di ruang tamu, ternyata Anes ikut keluar dari kamar dan menunggu Deska di ruang tamu. Anes langsung berdiri ketika seorang wanita cantik dengan rambut panjang terurai dan kakinya yang kecil bagaikan boneka Barbie berdiri di hadapannya.

"Dia siapa, Des?" Putri bertanya sambil menoleh ke arah Deska yang berdiri di belakangnya.

"Ah, itu pacarku. Anes," jawab Deska sambil berjalan ke arah Anes, Deska langsung menggenggam tangan Anes.

Anes sontak terkejut dengan ucapan yang di lontarkan oleh Deska, kedua matanya membulat sempurna ketika kata-kata itu terucap dan membuat raut wajahnya berubah kemerahan.

"Loh, sejak kapan kalian pacaran?" Putri bertanya sambil berjalan mendekati Deska dan Anes.

"Soal itu kamu nggak perlu tau, tapi sekarang aku udah punya pacar. Kamu nggak perlu repot-repot kesini lagi," balas Deska dengan raut wajah serius memandang wajah Putri.

"Jahat kamu, Des!" ucap Putri sambil menampar wajah Deska dan langsung pergi meninggalkan mereka berdua.

"Lo apa-apaan sih," ucap Anes sambil melepaskan tangannya dengan raut wajah kesal, karena dia merasa tidak enak dengan wanita yang bernama Putri.

"Apanya? Aku cuma ngga suka dia terus-terusan dateng kesini, ganggu aku setiap hari meski udah di kasih tau," jawab Deska sambil memegang pipinya yang memerah akibat tamparan yang di berikan oleh Putri.

"T-tapi," ucap Anes sambil duduk di sofa dengan raut wajah cemberut.

Suasana di ruang tamu menjadi canggung setelah kejadian itu, sedangkan Putri menangis sambil berdiri di depan pintu apartemen Deska.

"Kukira hubungan kita istimewa," batin Putri sambil mengusap air matanya dan berjalan pergi meninggalkan tempat Deska.

Putri dan Deska selama ini memang cukup dekat, tapi Deska menganggapnya hanya sebagai teman biasa. Tapi Putri selalu saja menganggap mereka sepasang kekasih sehingga membuat Deska merasa tidak nyaman.

***

"Maksud lo apa tadi bilang kaya gitu?" Anes memberanikan diri untuk bertanya soal ucapan Deska yang tadi.

"Yang apa?" Deska kembali bertanya sambil duduk di samping Anes.

"Tau ah," jawab Anes dengan raut wajah cemberut dan bangun dari duduknya. Tapi Deska lagi-lagi menarik tangan Anes.

"Kalau misalnya beneran, apa kamu mau?" Deska bertanya sambil memegang tangan Anes dan bangun dari duduknya.

"G," ucap Anes singkat sambil menarik tangannya dan keluar dari apartemen.

"Mungkin ini terlalu cepet," batin Deska sambil berjalan menyusul Anes yang sudah keluar dari apartemen.

Deska mengejar Anes yang masih berada di sekitar apartemen, dia bersyukur Anes tidak pergi terlalu jauh dari tempatnya. Karena Deska takut kalau Anes hilang lagi.

"Mau jalan-jalan sebentar?" Deska bertanya sambil berdiri di samping Anes yang saat itu sedang melihat matahari yang mulai terbenam perlahan-lahan.

"Kemana?" Anes kembali bertanya, dia menoleh ke arah Deska.

"Kemana aja, yuk," balas Deska, dia mengeluarkan tangannya dari saku celana dan langsung menggenggam tangan Anes.

Mereka berdua menikmati sore hari bersama sambil berkeliling naik motor.

Bersambung...