Chereads / Tentang kamu / Chapter 2 - Ajakan Paksa.

Chapter 2 - Ajakan Paksa.

"Yaampun Anes," Ibunya langsung memeluk Anes. "Terimakasih ya pak," lanjut ibunya, dia berterima kasih kepada kedua laki-laki itu karena sudah mengantarkan Anes pulang ke rumah.

Satu minggu setelah kejadian itu Anes terlihat sudah bisa melupakan kejadian yang sempat membuatnya mengurung diri selama dua hari di dalam kamarnya.

***

"Pagi semuanya," ucap guru yang masuk ke dalam kelas sambil membawa dua buku paket pelajaran hari ini.

"Oh iya, karena tugas kali ini meneliti sebuah seni yang ada di museum, minggu depan kelas kita akan mengadakan perjalanan menuju museum untuk mempelajari setiap seni yang ada disana," ucap pak guru sambil duduk di kursinya.

Suasana kelas langsung berubah menjadi meriah dengan suara siswa dan siswi yang membicarakan soal perjalanan ke museum nanti. Begitu juga dengan Anes dia terlihat senang ketika kelasnya akan berpergian.

Sementara itu Rendi yang sekelas dengan Anes langsung memberi kabar kepada Andri bahwa kelasnya akan berpergian minggu depan.

"Thanks, bro. infonya," ucap Andri yang berbicara dari seberang telpon, dan dia pun berencana untuk mengikuti bus sekolah yang akan pergi ke museum.

Satu minggu kemudian.

"Kamu hati-hati ya disana," ucap ibu Anes sambil mengusap pipi anaknya yang hendak berangkat sekolah.

"Ah ibu, aku cuma mau pergi sebentar kok. Ibu nggak usah khawatir gitu dong," balas Anes sambil memegang tangan ibunya sambil menatap wajah ibu yang terlihat sangat khawatir dengan kepergian putrinya.

"Ibu hanya mengingatkanmu agar selalu hati-hati dimana pun kamu berada," ucap ibu sambil tersenyum tipis.

"Iya Bu, aku tau itu," ucap Anes sambil mencium punggung tangan ibunya dan beranjak pergi meninggalkan ibunya di depannya teras.

Sementara itu Andri yang mempunyai niat jahat kepada Anes dia sudah bersiap dengan beberapa anak buahnya menunggu di pinggir jalan.

Setelah beberapa menit Andi menunggu mobil bus yang akan menuju museum akhirnya melewati jalan yang sudah di tunggu oleh Andri.

"Kira-kira nanti kita sampai sana jam berapa ya," ucap Lisa berbicara kepada Anes yang sedang sibuk memainkan game di ponselnya.

"Em, kurang tau aku," Anes menjawab seperlunya karena sedang fokus kepada game online yang sedang di mainkan.

"Ah, dasar!" ucap Lisa sambil memukul pelan pundak Anes, dan Anes pun hanya membalasnya dengan tertawa pelan.

***

Beberapa jam di perjalanan akhirnya mereka tiba di salah satu museum yang ada di kota.

Setibanya di sana wali kelasnya langsung mengabsen satu persatu anak muridnya untuk memastikan kalau semuanya berkumpul di satu tempat. Setelah memastikan semuanya lengkap wali kelasnya langsung mengajak mereka semua berkeliling termasuk juga Anes.

Jam istirahat pun akhirnya tiba, Anes dan temannya menuju keluar dari gedung museum untuk membeli beberapa makanan padat.

"Lis, aku titip punyaku ya," ucap Anes sambil memegang tangan kanan Lisa.

"Eh, emangnya kamu mau kemana?" Lisa langsung menoleh ke arah Anes yang berdiri di sampingnya.

"Aku mau ke toilet dulu, udah kebelet nih," ucapnya sambil mengerutkan keningnya karena dia memang sudah kebelet sejak berkeliling di dalam museum.

"Mau aku antar?" Lisa menawarkan dirinya untuk mengantarkan Anes ke toilet sambil tersenyum.

"Nggak usah Lis, kamu tunggu disini aja," Anes langsung menolaknya sambil membalikkan badannya dan meninggalkan Lisa sendirian.

"Hati-hati," Lisa berucap sambil melambaikan tangan kepada Anes yang mulai berjalan meninggalkannya sendiri di depan pedagang makanan.

Sementara itu Anes sama sekali tidak mengetahui keberadaan Andri yang sejak tadi memantau pergerakannya melalui monitor yang berada di dalam mobilnya.

"Bos, target terlihat sendirian keluar dari toilet," ucap anak buahnya yang sedang bersembunyi di balik pohon besar.

"Langsung bawa dia kesini. Ingat, jangan sampai ada yang menyadari pergerakan kalian,"

"Dimengerti," ucapnya sambil menyiapkan sapu tangan yang sudah di beri obat bius agar Anes langsung dapat di lumpuhkan.

Kedua anak buahnya berjalan mengendap-endap di belakang Anes agar mereka langsung bisa membekapnya dari belakang. Sedangkan Anes tidak merasakan adanya seseorang di belakangnya, akibat Anes yang kurang berhati-hati di tempat yang baru dia kunjungi akhirnya anak buah Andri berhasil menangkap Anes.

"Emm!" suara Anes ketika sapu tangan itu menutupi lubang hidungnya dengan kencang.

Tidak butuh waktu lama Anes langsung pingsan dan mobil pun menghampiri mereka bertiga.

"Kerja bagus!" ucap Andri sambil menyeringai melihat Anes yang tidak berdaya di dalam mobilnya.

Mobil Andri langsung membawa Anes menjauh dari museum.

Sementara itu Lisa masih terus menunggunya sambil duduk sendirian memandangi orang-orang yang lalu lalang berharap salah satu mereka adalah Anes.

"Duh, kok Anes lama banget sih," batin Lisa dengan raut wajah khawatir sambil melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya.

Satu jam sudah berlalu semenjak kepergian Anes ke toilet tidak kunjung kembali, dan Lisa akhirnya melaporkan kepada wali kelasnya bahwa Anes menghilang

***

Sementara itu Anes masih berada di dalam mobil dan tidak lama kemudian kedua kedua bola mata Anes terbuka secara perlahan, terlihat samar-samar bayangan yang dia lihat saat itu. Awalnya dia belum sepenuhnya menyadari kalau dirinya sedang di berada di dalam mobil namun kedua matanya langsung membulat sempurna ketika mendengar suara laki-laki yang dia kenalnya.

"Tidurnya nyenyak?" Andri bertanya sambil memegang rambut Anes karena pada saat itu Andri duduk di sebelahnya.

"Eh!?" Anes sontak terkejut dengan raut wajah panik ketika menyadari dia tertidur di atas paha Andri.

"Mau apa kamu? Aku dimana!?" ucapnya sambil bangun dan menjauh dari Andri yang sedang tersenyum.

"Kamu ada di mobilku, sekarang kita mau menuju suatu tempat," Andri menjawabnya sambil menyeringai dan memakai kacamata hitam.

"Tunggu, perasaan tadi aku ada di toilet kenapa sekarang ada disini," batin Anes sambil mengerutkan keningnya penuh tanda tanya.

"Kamu nggak usah khawatir, kita cuma mau liburan kok,"

"Jangan-jangan lo mau culik gue," ucap Anes dengan raut wajah panik sambil menunjuk wajah Andri dengan telunjuknya.

Namun Andri tidak menjawab ucapan Anes dan memilih untuk diam sambil tersenyum dengan tatapan mata lulus kedepan, dia sama sekali tidak memperdulikan Anes yang dari tadi mengoceh meminta untuk diturunkan di tengah jalan.

"Keluarin gue!" teriak Anes sambil memukul-mukul kaca mobil. Tapi sekuat apapun Anes memohon dan meminta Andri mustahil akan menuruti perkataan Anes.

Tidak pantang mundur Anes terus-menerus bertiak bertujuan ada yang mendengar suaranya dan menolongnya untuk keluar.

"Lo bisa diem nggak!" Andri berucap dengan nada suara yang cukup keras dan kedua bola matanya terbuka lebar sambil mencengkram erat tangan Anes.

"Turunin gue!" ucap Anes sambil berusaha melepaskan tangan Andri yang hampir membuatnya kesakitan.

"Lebih baik lo diem disitu kalau mau selamat," ucap Andri dengan raut wajah kesal dan cengkraman tangannya semakin kuat.

Anes saat itu sangat ketakutan dan menuruti ucapan Andri agar tetep diam sampai perjalanan selesai, namun dia tidak bisa membendung air matanya karena dia sangat takut.

Bersambung...