Waktu semakin larut Roy dan teman-temannya memutuskan untuk pulang. begitu juga dengan Sindi, Nuri dan lainnya.
Tinggal Amanda, Riki dan Denna.
Tiba-tiba Amanda mendapat panggilan dari seseorang.
Dengan sedikit menjauh dari Riki dan Denna.
" iya.. iya.. ini baru akan pulang." Jawab Amanda. " ya sudah aku tutup dulu " lanjutnya.
"Siapa Nda?" Tanya Denna.
"Ini dari ayahku, aku harus segera pulang". Kata Amanda dengan wajah tampak seperti terburu-buru.
"Kamu gimana Na?""mau pulang atau masih ingin disini?" Tambah Amanda menatap kearah Denna.
"Ya pulang Nda, ngapain disini kalau semua pada pulang?" Sahut Denna dengan alis bertaut.
"Ya Udah ayo aku anter"tanggap Amanda.
"Ehh' Nda, biar aku saja yang anter Denna pulang" sahut Riki menatap Amanda.
"Haa..? Tidak usah Rik, biar aku sama Amanda saja" tolak Denna menatap Riki sambil mengangkat tangan kanannya dan menggerakkan kekanan dan kiri tanda tidak menyetujui permintaan Riki.
"Sudah, tidak apa-apa, biar aku saja yang mengantar kamu, lagian aku belum pernah lihat rumah kamu."
Lanjut Riki santai.
"Tapi Rik... aku tidak mau orangtuaku tahu kalau aku pulang dengan laki-laki. Aku takut mereka berpikiran yang aneh-aneh tentang kita."
"Tidak apa-apa, aku tidak akan masuk, bilang saja aku Amanda nanti kalau orangtuamu tanya kok tidak masuk kamu bilang saja kalau Amanda sedang terburu-buru."
"Aduh Rik, jangan gitu.." jawab Denna dengan Raut wajah khawatir.
"Sudahlah tenang saja.." sahut Riki
"Sudah kamu tinggal saja Nda, nanti biar aku yang antar Denna." Riki tetap bersikukuh ingin mengantar Denna.
"Ohh.. ya sudah Riki ,Denna, aku duluan ya?"Amanda segera meninggalkan mereka berdua.
"Ayo Na, aku harus mengambil mobil dulu. Kita lewat belakang rumahku saja. Sambil lihat pemandangan disekitar dan kamu pasti belum tahu tempat lain disekitar sini" Sambil memegang tangan Denna.
Riki mengajak Denna ke rumahnya melalui pintu belakang, sebelum sampai di rumah Riki, mereka harus berjalan hingga sampai bertemu dengan gang kecil. Lampu kelap kelip masih menghiasi tempat itu. Sungai yang lumayan lebar dengan bebatuan besar di tengah-tengah dan tepi sungai tampak terlihat karena pancaran sinar lampu disekitarnya.
Beberapa orang masih menikmatinya, terkadang sampai larut malam masih saja ada yang datang bahkan sampai pagi jika malam minggu tiba. Tempat ini selalu penuh, namun tak banyak orang tahu tempat ini, mungkin hanya orang sekitar dan orang-orang tertentu saja bahkan Sindi dan yang lainnya baru mengetahui.
Riki masih menggandeng tangan Denna. Ini adalah kali pertama mereka berbicara banyak.
Namun Riki sudah menunjukkan tanda-tanda adanya ketertarikan kepada Denna. Begitu mudahnya ia merasa nyaman dengan Denna.
Denna yang masih tidak menyangka jika Riki menggenggam tangannya. Dia hanya terdiam tak dapat berkata apapun. Namun Dia terlihat kaku dengan situasi itu, terlihat dadanya tegak dengan menghembuskan nafas pendeknya berulang kali.
Riki yang tampak santai dan luwes menikmati suasana, mereka berjalan begitu pelan.
"Na, mau makan jajanan apa?"" Mumpung disini" tanya Riki menatap wajah Denna sambil tersenyum manis.
"Tidak perlu Rik, aku sudah kenyang."
Jawab Denna sedikit malu.
"Jangan malu, biar aku yang bayarin."
Sahut Riki yang yampaknya menyadari sikap Denna.
"Tidak usah Rik, lebih baik segera antarkan aku pulang.""Aku takut otangtuaku mengkhawatirkanku."
Lanjut Denna yang tiba-tiba teringat harus segera pulang.
" iya.. tenang, ini juga kita sedang mengarah ke rumahku. Kalau lewat sana tadi terlalu jauh, jadi kita harus lewat sini."
Riki dan Denna mulai berbelok pada gang sempit, terlihat banyak sekali pria wanita yang masih sibuk mengobrol di gang sempit itu di kanan dan kiri. Ada yang duduk dikursi panjang, ada pula yang berdiri
Riki melepas tangan Denna karena tak mungkin ia tetap bergandengan tangan di gang sempit yang sulit dilalui karena banyaknya orang disitu.
Denna yang merasa tak nyaman, menyempitkan pundaknya berusaha tak menyentuh orang disekitarnya.
Tampak dihadapannya wanita dengan pakaian seksi serba terbuka, dan laki-laki ber-jas yang merangkul salah satu wanita disana.
Denna meboleh kesebelah kirinya laki-laki bertato macan sedang meminum air dari botol yang telah berjajar disampingnya. Tepat dibawah sinar lampu kecil berwarna putih ia terduduk dengan kedua tangan di kedua lututnya. Sungguh pemandangan yang tak biasa bagi Denna.
Wajah Denna yang tampak khawatir dengan sedikit meringis melihat orang disekitarnya.
Denna mengikuti langkah Riki dari belakang.
Diujung gang kecil itu ada pintu yang dijaga orang berbadan besar dan bertato dengan muka yang tampak beringas tanpa senyum.
Riki menuju kearah pintu itu, tepat didepan pintu, orang berbadan besar dengan tato ditangannya membukakan pintu untuk Riki.
Terlihat didalam sana lebih ramai ketimbang jalanan sempit tadi yang telah mereka lalui.
Terlihat banyak sekali botol berjajar dibagian samping kanan dan kiri dengan wanita yang berjaga disampingnya, dibagian tengah banyak orang pria dan wanita menikmati musik sambil berjoget.
"Rik.. apa kita tidak salah jalan." Sambil melongo menatap arah depan.
"Bahaimana kita akan masuk ke pintu belakang rumahmu?" Tanya Denna dengan wajah aneh dan tatapan tak percaya melihat orang-orang yang menari-nari tak karuan.
Riki hanya tersenyum.
"Na, ayo lewat sini"
Sambil menarik tangan Denna melewati gang yang dibatasi dinding di kanan kirinya.
"Kok kita ini seperti berputar-putar terus ya?""kamu kok betah si tinggal ditempat seperti ini?"
Tanya Denna sambil terus mengikuti Riki.
"Ya betah saja, aku sering kesitu juga jika aku jenuh di rumah, orangtuaku selalu sibuk bekerja. Teman-teman juga jarang bisa kesini karena terlalu jauh, mereka datang kalau aku undang saja."
Denna hanya menyimak.
Setelah melalui gang sempit satu langkah didepan Riki terlihat ruangan yang luas lalu terdapat pintu besar. Disamping pintu ada sepeda berukuran sedang dan satu meja serta dua kursi.
" ayo masuk" Ajak Riki sambil membuka pintu yang sudah sedikit terbuka.
"Ya ampun luas sekali Rumah kamu."
Matanya membelalak melihat ke tiap sudut ruangan belakang rumah Riki."
tampak mobil Riki yang terparkir digarasi yang luas dan terbuka.
"Na, mau mampir kedalam dulu atau langsung pulang?" Tanya Riki sambil memegang pundak Denna.
"Langsung pulang saja Rik""sudah terlalu malam" jawab Denna menoleh ke Riki.
"Ohh.. ya sudah ayo masuk!" Pinta Riki membukakan pintu untuk Denna.
"Iya Rik" sambil tersenyum dan masuk.
Riki segera masuk kemobil, dia terdiam sambil menatap kearah depan.
"Na, kamu mau tidak jadi pacar aku?"
"Deg" Denna terpana menoleh kearah Riki.
"Apa Rik?" Tanya Denna mencoba memastikan bahwa yang didengarnya benar.
"Kamu mau tidak jadi pacar aku?" Tanya Riki kedua kali sambil menatap tajam Denna.
Denna terdiam seolah berpikir keras tentang jawaban apa yang tepat untuk Riki.
"Rik..... kamu kan baru kali ini ngobrol lama sama aku, kamu belum tahu aku dan keluargaku seperti apa?"
"Kan kita baru mau tahap mengenal, apa salahnya jika aku ingin jasi pacar kamu, aku ingin kenal kamu lebih jauh" jawab Riki.
Denna yang masih tampak berpikir
"Aku tidak perduli apa latar belakang keluargamu."" Aku suka sama kamu Na, kamu mau kan jadi pacar aku."
Denna mengangguk pelan sambil tersenyum tipis.
Riki seketika merangkul Denna.
Denna yang tampak kaget terlihat dari raut wajahnya metasa tak menyangka semua yang terjadi hari ini.
Denna hanya membiarkan Riki dan mencoba memahami situasi yang berbeda dari ketika ia datang.
Denna hanya diam tak tahu harus berbuat apa, apakah ini baik ataukah buruk dia tak mengerti.
"Terima kasih ya Na, sudah menerima aku menjadi pacarmu"
Senyum Riki sambil melepas peluknya kepada Denna.
Dena hanya tersenyum kaku.
"Ayo Rik, antarkan aku pulang."minta Denna kepada Riki, tampak sangat khawatir.
"Iya.. iya.." dengan santainya Riki berkata kepada Denna yang terlihat cemas.
"Na... ?" Riki yang kemudian menatap ke Denna.
"Iya.... ap'?" Dengan cepat dan tak didisangka oleh Denna, Riki menciumnya.
"Riki.." jawab Denna lirih setelah apa yang dilakukan Riki kepadanya.
Denna bingung harus bersikap bagaimana kepada Riki.
Denna hanya terdiam menatap Riki setelah ia menyebut nama Riki seperti sedang memikirkan sesuatu.
Mungkin terlalu dini bagi Denna jika Riki harus mengungkapkan dsn bersikap seperti itu.
Walau Denna memiliki harapan kepada Riki sejak dulu.
Tapi setelah melihat sikap Riki yang begitu, dia merasa sedikit berbeda.
"Na..kok kamu diam" tanya Riki kepada Denna yang terus terdiam.
"Ayo Rik, aku harus pulang, sudah semakin larut" jawab Denna.
Hanya kata itu saja yang Denna ungkapkan.
"Iya Na."Riki segera menghidupkan mobilnya dan mengatar Denna pulang.
Selama perjalanan pulang Denna hanya diam. Denna menatap tajam kedepan tanpa menoleh kearah Riki.
Sampainya didekat rumah Denna langsung keluar dari mobil dan masuk kedalam rumahnya.
Ditempat duduk bapak dan ibu sudah menunggu kehadiran Denna.
"Denna.. ! kenapa sampai malam begini?." Tanya ibunya yang tampak cemas.
"Iya bu, saya minta maaf, acaranya panjang, jadi saya hanya bisa menunggu untuk diantar pulang."
"Na, jangan sampai tetangga menilaimu yang tidak-tidak."" Kita ini sudah sering jadi pembicaraan tetangga, masalah ayam saja sudah kemana-mana." Lanjut ibunya.
Sedangkan bapak Denna hanya menyimak pembicaraan sambil menikmati rok*k racikannya.
"Iya bu, Denna ngerti."
"Ya sudah sana, segera tidur, besok kita masih harus keliling." Dengan menghela nafas panjang ibunya memintanya untuk segera beristirahat.
"Iya bu" Jawab Denna lirih.
Lusi yang sudah tertidur lelap tempat tidur. Namun Denna tak dapat memejamkan mata. Dia terus terbayang akan wajah Riki. Sosok laki-laki yang selalu ia kagumi.
"Kenapa dia bisa semudah itu?"katanya lirih sambil terpaku menatap sesuatu.
Lalu ia menarik selimut dengan mata yang masih enggan tertutup.