Chereads / Salah Jalan / Chapter 8 - Zeeya Amanda Melty

Chapter 8 - Zeeya Amanda Melty

Pov. Amanda

Kupandangi kamarku yang tak semenarik dulu. Hari-hariku yang telah berubah. Aku menyadari sekarang menjadi sedikit berbeda.

Kulakukan semua yang awalnya tak mudah bagiku untuk menutupi segala yang telah terjadi padaku.

Rasa indah yang bisa kurasa sekarang hanya terlihat samar-samar saja.

Ini karena luka yang belum juga bisa terobati.

Aku masih terus berusaha memaafkan peristiwa yang telah terjadi, tapi tak semudah yang kubayangkan.

Aku hanya takut bila suatu saat mereka tahu apa yang terjadi padaku.

Aku tak bisa bayangkan apa yang terjadi pada semua temanku jika mereka tahu kebenaran tentang diriku.

Namu zeeya Amanda melty anak kedua dari dua bersaudara.

Ayahku bernama Prastyo seorang pengusaha terkenal di daerah tempat tinggalku. Sedangkan kakakku bernama Denish Septa yang kini sedang kuliah di luar negeri.

Ibuku bernama Nirmala namun dia sudah meninggal 3 tahun yang lalu.

Kakak dan ibuku tak tahu apa yang terjadi padaku.

seadainya ada mereka disini, mungkin mereka bisa menasehatiku dan sedikit mengobati rasa sakit ini.

Jika kakak tahu apa yang terjadi padaku dan Diky tentu dia akan marah besar.

"Aggghhhhh.." (menggenggam kuat bantal putih dengan kedua tangan didada).

"Diky.. kenapa kamu lakukan ini kepadaku" hiks..hiks.

"Berharap tak lagi bertemu kamu, tapi tadi malam kamu muncul lagi didepanku. Mengingatkan kembali kejadian yang masih sangat jelas kulihat terjadi."

"Tapi.. dimana Dishi?"" Apakah kamu mencampakkannya seperti kamu mencampakkanku.""tampaknya kamu memiliki yang baru lagi. Apakah kamu menganggapku seperti seorang pelac*r, yang bisa menemanimu dikala kamu butuh saja?"

"Aaaaaagghhhhkkk.."( melempar bantal kearah jendela yang tertutup).

Tangisku pecah kembali kali ini seperti pertama kali aku tersakiti olehnya dan haru menerima kenyataan pahit ini"

"Hiks..hiks.."

Diky Romero, dia adalah mantan kekasihku yang dulu.

Awalnya kita bertemu saat aku mulai memasuki sekolah di SMA pilihan.

Disana aku menemukan sahabat namanya adalah Dishi.

Aku adalah murid berprestasi di sekolah. Dulu aku gadis yang ceria dan penuh percaya diri. Kepercayaan diri semakin memberikan aura yang lebih pada diriku. Banyak siswa memujaku termasuk dari kalangan pria baik teman sekelas maupun kakak kelasku.

Hanya saja aku tak menghiraukan mereka. Disitulah Diky mulai mendekatiku dan kamipun berpacaran. Karena sibuk dengan pacarku aku jadi melupakan sahabatku.

Lalu kemudian aku menyadari dan mengajak sahabatku selalu ikut dengan acara kami berdua.

Semakin lama gaya pacaranku dengan Diky semakin berlebihan.

Akhirnya aku hamil dan ini bukan kemauan kita, karena saat itu Diky terlalu mabuk dan tak sadarkan diri. Aku kira dia sadar dengan apa yang dilakukannya ternyata tidak.

Ketika aku mengatakan bahwa aku hamil, Diky mulai menjauhiku dan jarang sekali membalas pesanku. Semakin lama ia seolah menjauh menghilang.

"Aku tak tahu apa yang ia lakukan. Kenapa ia menjauhiku dan mencoba pergi disaat aku sudah begini.

Apakah dia belum siap dengan kenyataan ini?"

"Lalu kenapa dia melakukan ini kepadaku"

Begitu bodohnya aku terlalu mempercayainya.

Begitu juga dengan Dishi, dia mulai menjauh saat aku membutuhkannya. Sebenarnya dia tak tahu kalau aku hamil. Belum sempat aku bercerita sikapnya sudah berubah kepadaku.

Setelah apa yang terjadi padaku, aku menjadi pribadi yang tertutup. Aku takut jika ayahku tahu. Bagaimana reaksinya kepadaku.

Aku selalu mengurung diriku. Aku terus memukul-mukul perutku. Aku yang merasa belum siap menerima kenyataan ini dan lagi Diky meninggalkanku. Aku benar-benar terpuruk.

Hingga suatu pagi rasa basah ditubuh membangunkanku. Ternyata darah yang begitu banyak. Mungkinkah aku haid, tapi jelas tidak mungkin karena aku sedang hamil.

Aku berteriak dan ayahku memdengarku lalu melihatku yang penuh darah. Ayahku segera membawaku ke Rumah Sakit.

Akhirnya ayah tahu apa yang terjadi padaku.

"Sebenarnya ayah sudah curiga kenapa kamu mengurung diri terus di kamar. Ayah sempat mendengarmu menangis, tapi ayah mencoba berpikir positif. Ayah pikir hanya putus cinta saja, karena untuk usiamu hal itu biasa.

Maafkan ayah yang hanya terfokus pada pekerjaan ayah. Ayah tak meluangkan sedikitnya waktu untuk kamu"

Sambil tertunduk ayah seolah menyesalinya.

Aku yang masih terus menangis.

"Amanda, besok kamu ayah pindahkan ke sekolah dekat tempat kerja ayah."

"Tapi bagaimana dengan kehamilanku yah"

"Anakmu tidak dapat dipertahankan Nda""rahimmu terlalu lemah" ayah tertunduk kembali lalu kemandangku.

"Apa maksud ayah?" Aku hanya memastikan apa yang kupikirkan. Benarkah aku mengalami keguguran.

"Mungkinkah karena yang yerus memukuli perutku."

"Hiks..hiks.." tangisku semakin pecah tak percaya. Aku merasa menyesal, entah kenapa aku seperti tak rela. Kupukul perutku saat itu karena aku merasa marah dan sangat marah karena Diky tak memiliki rasa tanggung jawab dan kemudian menjauh seperti tak mau berurusan denganku.

Ayahku yang begitu sabar.

Hanya menemui Diky dan orangtuanya meminta pertanggung jawaban. Tapi orangtua Diky tak mau dan ayah mencoba melaporkan jika tak ada itikad baik sebagai wujud pertanggung jawaban. Akhirnya orangtua Diky hanya memberikan untuk biaya operasi anakku.

Meskipun orangtuanya setuju menikahkan tentu aku sudah tak mau lagi menerima Diky. Setelah mengetahui sikapnya yang lari dari tanggung jawab.

"Hemz... "sedikit tertawa geli mengingat saat itu.

Bahkan dia tak berani menghadap ayahku. Sungguh memalukan, kenapa aku bisa sampai menyukainya dulu.

Aku menyetujui keinginan ayah memindahkanku ke sekolah yang baru.

Aku harus memulai hidupku dari nol lagi. Aku harus lebih menata sikapku dan tentu tidak mudah terbujuk rayuan gombal dan terlihat baik hanya dari luarnya.

Lebih baik saat ini lebih terfokus pada sekolah. Yentu. Bila sudah waktu nya nanti, mudah sekali aku melihat laki-laki yang tepat.

Semua belajar dari pengalaman diri dan juga orang lain. Jangan sampai aku jatuh ke lubang yang sama.

Ternyata di sekolahku yang baru teman-teman menyambutku dengan ramah.

Aku berharap tak ada yang tahu tentang keadaanku sebenarnya.

Aku memilih duduk dengan Denna tentu karena dia perempuan. Aku akan merasa lebih nyaman bila duduk bersama anak perempuan.

Aku lihat Denna anaknya sedikit pemalu, tapi dia baik dan bahkan dia mengagumi diriku dan ingin menjadi seperti.

Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan tentang teman-teman yang ada disekitar.

Ia begitu pemalu dengan sikapnya yang terlihat kurang percaya diri. Padahal dia cantik tapi dia tak gunakan itu untuk menumbuhkan kepercayaan dirinya.

Aku memang tak pernah berada diposisinya. Tentu akan terasa berbeda jika kita mengalaminya sendiri dan orang lain hanya mudah untuk berkata seperti halnya diriku.

Aku melihat dia memperhatikan Riki. seperti ada Rasa yang terpendam. Tapi Riki seolah hanya memperhatikanku. Mungkin itu sebabnya Denna ingin menjadi sepertiku. Denna ingin sekali merubah dirinya, namun tak tahu caranya.

"Dia tampak sedih, Begitu susahnyakah untuk merubah diri?" Batinku.

Kusadari sebenarnya Denna lebih cantik daripada aku. Hanya saja sikap Denna yang kurang percaya diri membuatnya tak tampak menarik terutama didepan Riki.

Begitu mudahnya Riki mengungkapkan perasaannya padaku di hari pertama bertemu. Maka akan mudah bagi Denna menarik perhatian Riki.

Sekilas saat Riki mengajakku aku menatap wajah Denna yang terlihat cemburu, namun tak begitu mencolok dibanding Sindi.

"Hahaha.., Sindi..sindi.." padahal dia lebih percaya diri dibanding Denna, tapi dia tak berani mengungkapkan perasaannya.

Tentu tak akan ada hasilnya bila harus terus menunggu, apa lagi melihat Riki yang tak begitu tertarik padanya. Sampai kapanpun juga ya hanya akan terus terpendam.

Terkadang merasa aneh dengan sikap sindi yang befitu berani fengan yemannya yang lain tapi ketika Riki mulai berbicara diaseakan tak mampu berkutik.

Riki mengundang kami keacaranya.

Ini adalah. Kesempatanku membantu Denna mewujudkan keinginannya. Aku hanya mencoba merubah penampilan Denna agar terlihat menarik didepan Riki.

Aku membawakan beberapa baju milikku yang sudah tak kupakai lagi.

Baju yang membuat Diky tertarik padaku dan aku tak ingin menggunakannya lagi.

Semua pemberian Diky kuberikan kepada Denna.

Aku yang tidak sabar menyaksikan reaksi Riki dan Denna.

Namun semua itu tidak dapat aku saksikan karena aku bertemu Diky disana,.

Diky terus bertanya dan bertanya kepadaku, kuluapkan segala amarahku dan kekecewaanku kepadanya supaya ia tahu betapa sakitnya.

Tak lama seorang wanita datang dan menuduhku bahwa aku datang untuk menemui Diky lalu memintanya untuk kembali. Tentu aku tak terima, kuungkapkan semuanya tapi ia tak percaya.

Aku berharap Denna tak mendengar pembicaraan ini.

Lalu aku mencoba menjauh dari mereka namun Diky menyusulku begitu juga perempuan itu yang tak terima dengan semua penjelasanku.

Mungkin Diky telah membohonginya.

Aku sudah tidak perduli dengannya dan aku sudah tak ingin ada urusan lagi dengan mereka.

Tapi yang kupikirkan dimana Dishi?

Secepat itu mereka putus?

Terakhir kali aku melihat mereka berdua di kos-kosan Dishi, entah apa yang mereka lakukan disana.

Dishi tak pernah bercerita tentang Diky sama sekali, jadi kukira dia tak tertarik padanya.

Aku yang sudah menganggapnya seperti saudaraku sendiri, tapi dia sama saja menikamku dari belakang.

Mungkin itu sebabnya Riki kemudian menjauh dariku dan tak mau bertanggung jawab karena dia sudah ada Dishi.

"Mereka telah berselingkuh dibelakangku. Entah sudah berapa lama itu terjadi?"

"Ahh.. sudahlah tak perlu lagi dipikirkan."

Air mata ini terus menetes setiap kali mengingatnya.

Aku telah melewatkan makan malam bersama temanku gara-gara laki-laki yang tidak bertanggung jawab.

Temanku tampak terdiam melihat wajahku mungkin karena mataku yang tampak membengkak karena aku tadi menangis sejadi-jadinya.

Ditambah wanita itu yang semakin membuatku amarah tak terbendung serta tangisan yang semakin pecah.

Aku minta maaf kepad meteka semua termasuk Denna yang sudah kutinggalkan sendiri di kamar mandi, dia pasti datang sendiri mencari teman-teman yang lain.

"Aku lihat dia duduk di dekat Riki.

Riki sudah bersikap biasa terhadapku mungkin karena ada Denna didekatnya.. atau Riki sudah mulai tertarik padanya?"

"Aku berharap Riki benar-benar lelaki yang baik. Semoga keinginan Denna dapat segera terwujud.

Ini adalah awal dia merubah dirinya.

Waktu sudah mulai malam.

Dan ayah telah meneleponku, dia sekarang lebih perhatian dan pasti khawatir takut peristiwa yang lalu terulang lagi.

Awalnya Denna ingin ikut denganku pulang tapi Riki memintanya.

Aku menunggu sampai ada keputusan, karena aku tak dapat meninggalkan Denna jika ternyata Denna tidak ingin diantar.

Tapi Riki tetap bersikeras ingin mengantar Denna, akupun memutuskan untuk pamit ketika Denna kemudian hanya Diam.