Disudut ruangan di dekat jendela Denna terpaku menatap jauh diluar
Suasana tampak gelap, awan hitam menyelimuti langit biru.
Ruangan masih nampak sepi, beberapa masih berada diluar kelas, dan beberapa masih belum datang.
Hanya kurang 12 menit lagi jam pelajaran dimulai.
"Amanda!" Kata Denna yang tersentak kaget, saat ia menoleh ternyata amanda sudah ada disamping tempat duduknya.
Denna tak menyadari kehadiran Amanda. Langkah kaki Amanda tak terdengar olehnya, parfum yang biasanya menggugahnyapun tak dirasakannya. Amanda juga tak berkata atau sekedar menyapanya pagi ini. Amanda hanya tersenyum ketika Denna kaget dengan keberadaannya.
Seperti ada yang berbeda.
Denna menyadari memang ada yang berbeda sedari kemarin malam, saat ia tiba-tiba menghilang.
Denna masih belum mengerti sepenuhnya tentang apa yang terjadi pada Amanda.
Meskipun mereka sudah dekat, Amanda tak pernah bercerita sedikitpun tentang masalalunya.
Amanda tahu bahwa Denna adalah orang yang dapat dipercaya. Namun bagi dia, siapapun orang, bahkan orang yang paling dipercaya sekalipun tak mudah baginya untuk terus berceria tetang kehidupannya terutama saat ini.
"Amanda, kamu tidak apa-apa?" tanya Denna yang kemudian memandang kearah Amanda.
"Tidak Na, aku tidak apa-apa?" Dengan pelan dan tenang Amanda menjawabnya.
"Bagaimana acara kemarin Na? Lanjut Amanda kepada Denna.
" Aku kan terlambat kemarin, mungkin banyak yang telah kulewatkan." Sembari tersenyum.
"Ohh' acara itu, hanya makan-makan saja kok Nda." Maaf kalau boleh tanya Nda, kemarin kamu ngilang kemana?" "Aku berusaha mencarimu tapi tak juga ketemu."
"Aku khawatir kamu kenapa-kenapa"
"Kemarin..." (sempat terhenti)
"Aku hanya tak sengaja bertemu mantan kekasihku dulu di dekat toilet itu, dia berjalan kearahku tapi dia tak sadar akan keberadaanku. Diky namanya."
" tapi Nda, aku sempat mendengarmu berteriak waktu itu" dengan pelan, Denna menanyakan apa yang ia dengar.
Amanda tertunduk,sesaat ia terdiam dan berpikir harus mengatakan apa kepada Denna. Sebenarnya ia tak ingin membahas ini, dia tak mengira pertanyaan yang ia mulai membuatnya mengarah ke titik masalahnya.
"Kemarin mantanku menanyakan sesuatu yang membuatku marah, akhirnya kami saling beradu mulut dan melempar salah."
"Kemudian aku juga sempat mendengar seorang wanita yang ikut-ikutan dalam pertengkaranmu itu Nda?" Lanjur Denna lagi.
Amanda terdiam lagi untuk kedua kalinya. Denna memang pandai membuat Amanda bercerita. Amanda merasa memang tak bisa menutupinya lagi didepan Denna.
"Wanita itu adalah pacar Diky, dia tak sengaja melihat kami berdua, saat ia datang dari membeli sesuatu.
Entahlah kata-kata Diky membuatnya mengira aku telah mengikutinya dan ingin kembali dengan Diky."
"Aku hanya takut kamu merasa terganggu dan aku tak ingin membawamu kedalam masalahku, akhirnya aku memutuskan sedikit menjauh dari toilet itu, namun mereka malah justru mengikutiku.
Sehingga aku semakin jauh meninggalkanmu.
Sampai pada suatu tempat aku benar-benar tak dapat menahan semuanya dan keluar begitu saja. Aku menangis sejadi-jadinya, lalu mereka meninggalkanku. Tempat yang tadinya sepi, membuat orang mulai penasaran karena teriakanku.
Beberapa orang datang dan mencoba menenangkanku dan beberapa hanya melihatku dari kejauhan."
"Amanda.." dengan pelan Denna yang juga ikut merasakan kesedihannya.
Sambil tangannya mengusap-usap punggung Amanda.
"Maafkan aku ya, seharusnya aku berada didekatmu, tapi aku malah diam tak berani ikut campur. Tak menyangka bila kejadiannya akan seperti ini, Manda."
"Iya, tidak apa, aku benar tidak apa- apa Dena." Menegaskan kepada Denna bahwa Amanda merasa baik-baik saja. Amanda kemudian tersenyum dengan pipi yang masih basah oleh air matanya.
Beberapa anak memandangi kearah mereka. Terutama Sindi, Risa,dan laura yang berada sebaris di pojok kanan kelas.
Serta Naira yang duduk tepat disamping Amanda.
" Amanda kenapa Na?" Naira bertanya kepada Denna dengan nada lirih hampir seperti berbisik.
"Tidak apa-apa kok Ra, dia hanya sedang ada masalah."
"Ohh" sambil menatap Denna mulutnya berkata namun hampir tak bersuara.
"Sabar ya Amanda"lanjutnya sambil memegang pundak Amanda.
Seakan kepalanya mencari wajah Amanda yang tertunduk, dengan tangan yang menutup muka.
Lalu Amanda membuka tangannya dan menoleh kearah Naira sambil mengangguk pelan.
Diseberang sana tampak Sindi yang masih menatap dengan ekspresi datar.
Risa dan Laura hanya sepintas memandang lalu kemudian terfokus kembali pada bukunya.
Saat itu wali kelas sudah memasuki ruangan dan duduk dikursi tugasnya.
Jam istirahat yang berbunyi tak mengalihkan badan Denna dan Amanda. Denna terus menatap Amanda sesekali sadar untuk membereskan bukunya dan alat tulis yang masih tercecer dimejanya.
Sindi yang tersenyum sinis lalu beranjak dari tempat duduknya menuju keluar.
Tak lama wanita yang Amanda temui malam kemarin menemuinya dikelas.
Dia adalah Valen, wanita yang saat ini bersama Diky. Dia siswi dari sekolah lain yang jarak sekolahnya tidak begitu jauh dari Amanda bersekolah sekarang.
Hentakan kaki Valen yang menyadarkan Amanda. Membuat mata amanda membulat.
"Hei.. kamu ya yang namanya Amanda! aku tahu kamu sudah menjadi mantan Diky, jadi jangan ganggu Diky lagi! Diky itu sudah ada aku!( sambil mendorong pundak Amanda yang masih duduk).
"Ehh.. jangan seperti itu" bela Denna ke Amanda.
"Kamu ngak usah ikut campur!" Bentak Valen sambil menunjuk Denna.
"Ini urusan aku sama Amanda."
Lanjutnya lagi.
"Ehh.. ngapai kamu itu kesini. Jauh-jauh dari sekolahmu, hanya untuk menemui aku?" Perhatian banget si kamu!" Tanggap Amanda sedikit tertawa.
"Heh, cewek murah*n nggak usah kegatelan sama Diky! Sampai ngebelain datang untuk balikan?!( mengacungkan jari telunjuk ke wajah Amanda) Hahaha... " tawanya seakan memberi perintah kepada temanannya untuk ikut tertawa.
"Kamu nggak malu?"( jari telunjuknya berusaha mendorong kepala Amanda).
"Bukannya kamu yang cewek murah*n?""lagian siapa juga yang datang untuk menemui Diky, aku kesana karena dapat undangan dari temanku." Jelas Amanda.
"Halah.., tidak perlu kamu berbohong, coba-coba cari alasan biar tidak dibilang murah*n kan?"
"Ehh.. tapi memang iya kok, aku ada disitu waktu itu, aku masih ditoilet saat kejadian itu, aku hanya sempat mendengarnya."
"Halah... aku tahu kamu belain teman kamu kan.."" kamu dibayar berapa mau belain dia.." ha! Jawab! Bentak Valen ke Denna dengan mata yang membelalak seperti akan keluar.
"Berapa kamu minta? Aku kasih" jawab jujur!" Lanjutnya lagi
"Begitu rendahnya kamu ya menilai seseorang""aku ini sudah jujur,kamu aja yang asal nuduh." Jawab Denna.
Amanda menatap Denna, tak menyangka dengan sikap Denna yang berani membelanya.
"Huuuhh dasar."
Valen tiba-tiba menarik rambut Amanda. Amanda yang tampak kaget dan reflek menahan rambutnya serta mencoba menariknya. Dengan susah ia mencoba melepaskannya dari tangan Valen.
Tapi Valen tak juga melepasnya. Amanda mencoba cara lain dengan mengalihkan Valen, akhirnya ia meraih rambut Valen sekuat-kuatnya.
"Aaaauu.. " Valen yang merasa kesakitan, dan lama tak mampu menahan rasa sakitnya, kamudian ia melepas rambut amanda agar tangannya bisa menahan rambutnya sendiri supaya tak merasakan lebih sakit.
Amandapun melepaskan tarikannya, karena ia merasa Valen sudah melepas rambutnya.
Valen yang masih terlihat geram penuh emosi dan tindakan Amanda yang juga menarik rambutnya, membuat Ia ingin menariknya lagi. Amanda selalu waspada, sehingga dia bisa menghindari apa yang akan dilakukan Valen terhadapnya.
Teman sekelas Amanda yang menyaksikannya menjadi tegang. Sedang yang lain dari pijak Valen mencoba memanas-manasi situasi.
Ketika Balen akan memulai lagi dan lagi. Riky yang menyadari adanya pertengkaran itu ia segera melerainya begitu juga temannya yang lain ikut membantunya.
"Awas ya.. masalah kita belum selesai Amanda" kata Valen sembari meninggalkan kelas bersama teman-temannya.
Mereka terus menatap Amanda sampai akhirnya tak terlihat lagi.
Sambil menghela nafas panjang Amanda kemudian menjatuhkan diri ke kekursinya. Mencoba melepas lelah setelah apa yang terjadi.
Dennapun ikut terduduk sambil memperhatikan temannya.
Yang lainpun kembali duduk ketempat masing-masing.
Tanpa sadar mereka telah melewati bunyi bel masuk.
Sindi dan lainnya mulai melirik-lirik kearah Denna.
Tak lama datang wakil kepala sekolah.
"Tadi katanya ada yang bertengkar?" Tanya pak Reza.
"Ahhh... bapak telat datangnya" jawab Riky.
"Hahaha.." tawa anak-anak yang lainnya.
Pak Reza adalah salah satu guru kami, suka sekali bercanda, meski tahu kejadiannya ia tak langsung datang melihat, tapi ia menyuruh salah satu murid untuk mengawasinya, bila terus berlanjut dan yang lain tak dapat menengahi maka pak Reza baru akan datang.
"Ohh.. ya sudah kalau begitu" sambil melangkah keluar.
"Loh pak kok pergi, terus kelas kami yang ngajar siapa?"
"Ya guru yang bertugas, sekarang jamnya siapa?," tanya pak Reza.
"Bu Eni pak" jawab lainnya.
"Oh, bu Eni sedang tidak masuk ya? Sebentar ya bapak carikan guru yang kosong."
"Kenapa tidak bapak saja?"
"Iya pak."sambut yang lainnya.
"Bapak kan ada jam juga"kata pak Reza sembari tersenyum.
"Yaaaaah.."jawab lainnya.
"Kamu sii... bilang-bilang segala.. biarin aja kelas kita kosong, kan bisa santai kita."
Suara perdebatan siswa terdengar ditelinga pak Reza, ia tersenyum sambil melangkah keluar.