Suasana sedikit hening, Denna tampak memikirkan sesuatu, tentu itu adalah beban yang membuatnya berani untuk datang menemui Liana, tapi entah kenapa dia ingin memikirkannya lagi.
Sekilas Liana menatap Denna kemudian ia beranjak dari tempat tidur itu dan duduk didepan cermin. lalu ia mulai berkata:
"Tentu tak akan mudah mengganti gaya kesukaanmu itu menjadi seperti gayaku saat ini." katanya sambil mengamati penampilannya
"Dulu aku lebih buruk dari kamu Denna."
"aku tak memiliki kepandaian apapun dalam hal berpenampilan, sehingga orang lain enggan menatapku."
"karena penampilan adalah hal utama terutama saat ini aku sanhat membutuhkannya untuk menarik pelanggan."
"jika penampilan kita buruk tentu tak ada yang mau mendekati dan tak akan ada uang."
"pikirkanlah baik-baik aku tidak akan memaksamu."
"kamu masih beruntung dibanding aku." sambil membenarkan bajunya yang sedikit kurang pas.
Panjang lebar Liana bercerita, tanpa ada maksud ingin mempengaruhi, Liana juga adalah perempuan yang kesepian, dia membutuhkan seorang teman karena ditempatnya berdiri sekarang yang ada hanya persaingan untuk mendapat pelanggan dan yang utama adalah uang.
Tak jarang sering terjadi adu mulut bahkan lebih dari itu hanya karena berebut pelanggan setia. Suasana nampak hening dan Denna masih terdiam.
"baik, mungkin sudah cukup disini, yuk lihat lainnya! sambil beranjak meninggalkan meja rias, Liana berhenti tepat didepan dimana Denna duduk, lalu meraih tangan Denna.
"Ayo..!" ajak Liana
"Apa kamu tidak menemui pelangganmu?" tanya Denna yang sudah berdiri berhadapan dengan Liana.
"Tidak, biasanya pelangganku akan memberi kabar sebelum akhirnya kesini." jawab Liana sambil tersenyum tipis.
"ohhh.."
merekapun melangkah keluar, saat pintu dibuka terlihat orang berjalan kesana kemari, gang itu. hampir penuh sesak. Tempat itu mulai ramai. Melihat mereka berdua dengan tangan yang saling bergandengan semua mata mulai tertuju pada mereka yang keluar dari salah satu kamar disana.
"Liana?" "aku benar-benar tidak menyangka jika kamu?" Salah satu pria yang lewat melihat Liana bersama Denna. Pria itu adalah teman Liana yang juga bekerja disitu.
"Ehh.. ngawur kamu, aku hanya ngobrol berdua saja, aku juga cuma menemaninya melihat-lihat tempat ini, termasuk melihat kamar sambil ngbrol juga." jelas Liana.
" apa ada uang salah?"
"Dasar kamu ini, main nyerocos saja mulutnya,, hahaha.."lanjut Liana
"Denna,, ayo kita lihat kedalam!"sambil menarik tangan Denna.
Sambil berjalan Denna bertanya kepada Liana
"Siapa yang berbicara dengan kamu tadi?"
"Oh..itu teman aku, sama-sama kerja disini""Dia memang seperti itu, todak perlu dipikirkan terlalu dalam.""Nanti kamu jadi pusing."
Sambil terus melangkah kearah ruangan yang lain, dimana ruangan itu sebelumnya pernah Denna lewati bersama Riki. Namun ia belum pernah masuk ke ruangan itu.
Liana membisikkan sesuatu kepada Denna:
"Hati-hati disini sangat berbahaya, tapi. pendapatan sangat menggiurkan untuk orang-orang yang membutuhkan uang."
sambil sedikit tertawa.
Ternyata Ruangan itu lebih luas dari yang Denna bayangkan.
Denna mulai dibawa masuk keruangan-ruangan lain yang belum pernah ia lihat.
Baru pertama kali baginya melihat ruangan dan tempat lainnya yang tampak indah dan mewah.
Setelah hari mulai larut, Denna memutuskan untuk pulang,.
Tepat didepan rumahnya, suasana yang terasa dingin membuatnya ingin segera masuk.
Ketika kakinya mulai melangkah masuk, kedua orangtuanya menoleh kearahnya dengan serentak, mereka yang sedang duduk bersandingan, dengan memasang raut wajah cemas.
Denna melihat wajah kedua orang tuanya tampak merah dan bagian mata yang terlihat sembab.
"Ada apa ini pak; bu ? kenapa wajah kalian seperti baru menangis?"
"Denna." Dengaan tangisan yang semakin menjadi ketika ibunya mengetahui Denna telah pulang.
"Bapak sudah tidak bisa lagi menggarap sawah lagi,Denna" kata bapak sambil menahan tangis namum air matanya tak dapat terbendung, dengan pelan air mata itu berjatuhan.
"Kenapa pak?" tanya Denna yang merasa tak percaya.
"Tadi Bapak bertemu Pak Danang, tiba-tiba saja Pak Danang akan menggatikan Bapak dengan Pak Sabto"
"loh..loh.. ya tidak bisa gitu dong pak"
"lagian tanaman padi yang bapak kerjakan kan sudah mulai tumbuh subur tinggal beberapa bulan lagi akan panen."" Gimana sih Pak Danang kok bisa seperti itu, tega sekali."
"Terus bagaimana perhitungannya kalau begitu?"
Denna yang merasa tak terima dengan sikap pak Danangn yang tiba-tiba saja mengambil keputusan secara sepihak.
"Pak Danang hanya tidak enak hati kepada saudaranya itu yang memaksanya ingin mengelolanya."
" ya tapi tidak gitu juga pakk....!" dengan nada sedikit khawatir dan mulai lemah merasa tak percaya.
"Katanya sih pak Danang akan mengganti hasil kerja bapak selama ini dengan uang, tapi bapak tidak diberi tahu berapa jumlahnya."
" Terus gimana nasib kita selanjutnya bapak?"
Denna mulai menangis, ia merasa syok dan binging harus berbiat apa lagi.
Ibunya yang tak henti-hentinya menangis.
" Bu.. terus bagaimana hutang di bu Ita itu? tanya Denna, dengan tubuh tersandar dibangku seakan lemas mengetahui semua itu, Denna harus ikut berpikir keras bagaimana cara mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari-hari dan lainnya.
"Masih ada dua kali angsuran Na,"
" Terus mau kita bayar pakai apa bu? dengan sedikit melemah.
Adiknya yang sudah tertidur pulas,
Ayahnya baru mengatakan karena tak ingin Lusi tahu dan merasa sedih. Sekarang yang bisa membantu mereka hanyalah Denna, Namun mereka tak memaksa Denna untuk membantu, mereka menyadari ini adalah tanggung jawab mereka.
Namun Denna tak bisa tinggal diam setelah ia mengetahui masalah keluarganya saat ini, Denna sangat menyayangi kedua orangtuanya. Dia rela melakukan apapun demi membantu orangtuanya.
Besok adalah ujian sekolah, namun ia masih belum membayar uang ujian.
Tapi ia tetap masuk sekolah seperti biasanya,
"apapun yang terjadi aku harus tetap mengikuti ujian, bila nanti memang diminta untuk keluar ya biarlah, namun jika tak ada yang melarangku ya akan kulanjutkan."
Tepat dipagi hari seluruh siswa sudah siap akan ujian mereka, sebagian siswa berusaha mencari contekan dan dengan cara mereka masing-masing.
Amanda yang telah bersiap-siap dia, dia tampak begitu rajin membaca buku-buku.
Denna yang sesekali menoleh kearahnya.
Denna nampak gugup, takut jika ia tiba-tiba dikeluarkan karena belum membayar ujian, dan teman-temannya mengetahuinya ia akan merasa malu.
sesekali ia berpikir tentang apakah harus meminjam ke Amanda atau tidak?"
Ketika ia mulai akan berbicara, selalu saja. ia tak jadi, karena kepikiran jika nanti akhirnya ia tak bisa mengembalikan uangnya ke Amanda.
Bel masuk sudah berbunyi, semuanya siap ditempat duduknya masing-masing.
Denna melihat Riki yang duduk tepat disebelah Sindi, tampaknya mereka baru saja jadian, Dilihatnya mereka begitu mesra,.
Ibu Nur kemudian datang dan duduk dimeja kerjanya, dan menjelaskan beberapa peraturan ujian, termasuk lainnya yang berkaitan dengan kegiatan ujian.
Namun Denna tetap diam dan mengerjakan ujian seperti biasanya.
Tak lama setelah waktu ujian hampir selesai, Yoga yang merupakan ketua OSIS di sekolah memberikan beberapa informasi kepada setiap kelas.
" permisi.." sambil sedikit membungkuk dan memberi hormat kepada Bu Nur.
"Iya.. " kata anak-anak serempak. karena mereka semua sudah begitu mengenal Yoga sebagai ketua osis yang tegas dan disiplin.
" Begini, ada informasi sebentar, mohon didengarkan baik-baik ya, tanpa berkomentar langsung saja, nama-nama yang saya sebutkan nanti setelah jam ujian berakhir atau pada jam istirahat silahkan menuju ke kantor karena akan ada bimbingan dan hal-hal lain yang perlu diselesaikan.
untuk kelas ini yang diminta menghadap yaitu Denna dan Luis saja ya.."
itu saja untuk informasi lainnya akan disiarkan secara langsung.
"Baik terima kasih" " mari bu." lalu. Yogapun segera berlalu.
tepat jam istirahat berlangsung, Dennapun segera melangkah menuju arah luar, belum sampai diluar kelas langkahnya terhenti oleh Sindi.
"Na.. jangan buat masalah terus na?"
Riki yang mendengar ikut tersenyum sinis kepada Denna.
Amanda yang mendengarnya, kemudian melangkah mendekati Sindi.
"Hei Sin..kata-katamu kok semakin tidak enak didengar si akhir-akhir ini?" Apa kamu sudah mulai sinting karena cinta buta?" Sontak sindi yang mendengar menjadi geram kepada Amanda.
"Apa kamu bilang! " Sindi mulai beranjak berdiri sambil melotot kearah Amanda.
"Sudah Nda"kata Denna yang mencoba menghentikan langkah Amanda.
Rikipun menghalangi laju Riki yang seakan ingin mendekati Amanda.
Denna semakin heran dengan sikap Amanda tak seperti waktu pertama kali datang.
Sikapnya menjadi sedikit agresif, namun. yang dilakukan adalah membela dirinya.
Denna terpanggil jiwanya untuk melawan kata-kata Sindi.
"Hei Sin, hati-hati nanti keluar -keluar bisa-bisa perutmu ada bolanya."
Sambil berlalu pergi."
"Apa maksudnu hah! dasar cewek kampungan, miskin! hih! kata Sindi yang mulai dipenuhi amarah dengan menyindir Denna.
teman sindi yang lain menjadi ikut-ikutan menertawai Denna.
" Sudahlah Na, ayo aku antar kesana,"" tidak perlu menanggapi orang seperti dia, ntar juga nyesel."Sambil berlalu Amanda dan Denna segera memenuhi panggilan.
Sedang yang lain hanya bersorak melihat mereka berlalu.
Riki yang tak memahami apa yang dibicarakan oleh mereka, ia hanya terdiam, dilubuk hati Riki masih mengharapkan Amanda walau saat ini ia telah memiliki Sindi.