Chereads / Salah Jalan / Chapter 18 - Pertolongan Teman Dekatnya

Chapter 18 - Pertolongan Teman Dekatnya

Tepat dikamar kos tempat dimana ia membantu seorang pria mabuk yang kini entah kemana.

Pintu yang telah ditutupnya, membuatnya terhanyut dalam keheningan yang kemudian mengingatkannya akan semua yang telah terjadi.

Pikiran yang memenuhi otaknya dengan apa yang akan terjadi kemudian.

Ketakutan yang luar biasa yang membuatnya tak juga berhenti menangis.

Luka yang teramat dalam ia rasakan mengingat berkali-kali ia diombang-ambongkan oleh orang asing, ia merasa ngilu dan tak berdaya.

Saat ia menoleh, matanya tertuju pada sebuah kertas diatas meja kecil didekat tempat tidur.

Dilihatnya ternyata itu dari pria mabuk waktu itu yang tertulis " Siapapun yang telah menolongku, aku sangat berterima kasih " dan ini nomorku jika kamu butuh sesuatu"

" 081356*****7"

Namun matanya seakan semu, tak terpikir untuknya menghubungi nomor itu, dilihatnya ponsel yang sejak tadi malam tak disentuhnya.

Banyak sekali panggilan dari Liana, lalu Ia mengirim pesan singkat ke Liana.

"Aku ada dikamar Kos sekarang." hanya itu yang ia bisa tuliskan.

Berharap temannya bisa memberikan solusi dan sedikit pencerahan untuknya.

Denna merebahkan tubuh diatas kasur yang mulai terasa pegal, matanya terpaku pada langit-langit,namun bayangan tentang hidupnya kini terasa gelap.

Tak mampu lagi berpikir, yang ada hanyalah ketakutan-ketakutan didepan sana.

"Denna!" kata Liana yang sudah berada disampingnya. Entah sejak kapan Liana datang, ia tersadar karena tubuhnya yang digoyahkan oleh Liana yang kemudian berteriak didekat telinganya. Tatapan kosong yang Denna berikan.

"Denna sadar!" kata itu seolah samar-samar terdengar ditelinganya.

Namun sedikit demi sedikit matanya seakan terbuka, ketika ia mulai mencoba untuk menerimanya. Semua yang telah Ia alami.

"Liana." Dengan nada lirih Ia baru menyadari dengan jelas wajah Liana.

"Kamu kenapa Na?"

"kemarin kamu darimana saja? Aku bingung nyariin kamu." tanya Liana lagi.

"hik..hik..hik..." Bukan jawaban namun tangisan yang semakin lama semakin menjadi. Liana hanya bisa memeluk Denna mencoba menenangkan berharap tahu penyebabnya.

Lama Denna tak juga mau bercerita.

Denna yang terlihat hanya diam sejenak dan kembali menangis.

" Denna aku tinggal dulu ya..? Aku harus lanjut kerja, nanti jika kamu sudah siap bicara tolong hubungi aku !" sambil segera pergi karena waktunya sudah sedikit terlambat.

" Liana, teman kamu itu dimana sejak kemarin? Sebenarnya dia niat kerja apa tidak sih?

"Baru juga beberapa minggu, sudah mulai nggleor kerjanya!"

"Iya bu, maaf teman saya lagi ada masalah."

"Masalah apa? Seharusnya ijin dong!.. Jangan malah langsung ngilang aja!"

"Saya kurang tahu bu' iya bu tolong maafkan teman saya."

Liana mulai mencurigai Dewi yang sedari tadi senyum-senyum melihatnya dan ia mulai mengingat kejadian sebelum Denna menghilang.

Usai kerja Liana segera menemui Denna lagi.

Beberapa kali Liana mengetuk namun tak ada sahutan, ia segera masuk karena ternyata pintu tak dikunci.

Liana mencari ke sudut-sudut ruangan namun hanya kamar mandi yang tertutup.

Saat Liana mencoba diam dari kepanikannya, ia mendengar bunyi air yang terus mengalir, namun nadanya sama, tak ada suara lain yang ia dengar, ia semakin curiga.

Segera ia mengetuk pintu kamar mandi.

"Denna! Na..! Apa kamu ada didalam?" Tanya Liana panik, tubuhnya gemetar tak ingin sesuatu terjadi pada Denna.

Tak lama Denna membuka pintu, dengan pandangan kosong, tubuh yang masih memakai baju yang tadi pagi ia kenakan namun basah kuyup, seakan tak menyadari dirinya lagi.

"Denna, kamu tidak boleh begini, betapa senangnya Dewi jika melihatmu seperti ini,

Jika benar Dewi yang menjebakmu, maka kita harus balas dengan harga yang setimpal"

Mendengar Liana, Denna menatap Liana dengan tangisan, air mata yang sempat tak terlihat lagi dipipinya kini memasahi lagi.

Dengan pelan sambil terisak-isak dengan rasa yang begitu berat ia mulai bercerita.

Mendengar cerita itu Liana ikut menangis sambil memeluk erat sahabatnya yang kini mulai sadar akan dirinya dan mau terbuka.

"Denna walau aku bukan orang baik, tapi aku mengerti apa yang kamu rasakan, maafkan aku yang tak bisa menjagamu" ucap Liana pelan.

Saat suasana sudah menjadi tenang, tak ada lagi gemuruh yang terdengar.

"Lalu apa yang harus aku lakukan Li?" Tanya Denna dengan mata yang masih terlihat sembab sembari membersihkan hidungnya dengan tisu.

"Pertama kita harus tata gayamu, supaya Dewi semakin panas." "Aku tahu dia paling tidak suka melihat cewek lain lebih dari dirinya."

Denna yang hanya memperhatikan Liana dengan wajah serius, ia tak ingin dia semakin lemah. Ia mencoba mengikuti apa yang Liana minta untuk ia lakukan, ia begitu percaya dengan Liana.

"Denna kita tidak bisa memastikan keadaanmu sekarang, kita harus tunggu 1 sampai 2 minggu supaya hasilnya akurat."

"tapi kamu harus kuat jika itu benar terjadi ya?" "kita akan pikirkan solusinya nanti, sekarang kita hanya akan memanasi Dewi dan kemudian menjebaknya."

Pagi harinya mereka langsung menuju mall terdekat, mencari beberapa baju yang cocok, namun tak hanya membeli naju mereka menghabiskan waktu untuk bersenang-senang.

Liana berusaha membuat Denna tetap kuat menjalani hidup, sebab ia pernah merasakan berada diposisinya.

Rencana Liana adalah merayu Bos besar dan menjebak Dewi.

Selain untuk Denna yang kini menjadi teman dekatnya juga untuk dirinya yang memang Dewi tak pernah benar-benar bersikap baik padanya.

Liana hanya ingin Dewi merasakan apa uang pernah dirasakan dirinya dan Denna.

Waktu mereka habiskan sebelum akhirnya mereka kembali bekerja.

Denna lebih ceria dari biasanya dan jauh dari sebelumnya mengingat saat ia begitu terpukul, sedih, bahkan hampir tak mengenal dirinya.

Dua jam lagi sudah waktunya kembali bekerja, mereka segera kembali dan mempersiapkan diri untuk membuat yang lain terpana.

Liana mengajari Denna semaksimal mungkin.

mulai dari rambut, mata, pakaian, dan langkahnya.

Liana juga mulai mempelajari hal baru baginya. Semangat baginya karena temannya kembali bahkan lebih dari apa yang ia harapkan.

Semua yang terjadi menjadi sebuah pengalaman yang penuh pelajaran baginya.

Kaki melangkah tak ingin sampai tersandung, dengan penuh gairah dan percaya diri ia olah bagai makanan sedap untuk penikmatnya.

Ketika kaki mulai melangkah ke lantai Bar itu, seketika semua pengunjung dan teman. sekerjanya mulai melongko melihat keduanya.

Luamayan banyak perubahan pada diri mereka.

Dewi yang hanya melirik sinis dan merasa tersaingi mulai bertingkah tak karuan melihat orang yang biasa menyapa dan menggodanya tak lagi menganggap dirinya.

Dewi menghentakkan kakinya merasa sebal melihat Liana dan Denna tampak cantik dengan balutan baju cantik yang dikenakannya, dada yang sedikit terbuka menggoda, tubuh mereka yang indah semakin memberi kedan seksi pada mereka, sepatu hak tinggi yang semskin membuatnya tampak lebih menonjol dibanding lainnya.

Kesan pertama mereka sudah berhasil memancing pelanggan datang mendekat.

Walau masih ada kekhawatiran dihati Denna mengingat jika terjadi sesuatu pada perut mungilnya, namun ia berusaha untuk tetap kuat dan melanjutkan rencana mereka.