Denna bergegas ke Rumah Sakit dimana Lusi dirawat.
Dengan ojek yang sudah ia pesan, ia tunggu didekat jalan yang tak jauh dari tempatnya bekerja.
" Entahlah disebut apa tempatku bekerja, semua hiburan untuk prang dewasa seakan ada disitu, bahkan fasilitas tempat tidur sewapun ada, tempat Kos-pun ada, begitu luasnya tempat itu, tapi tak nampak dari luar sebab ada tembok pembatas yang lumayan tinggi, sehingga prang asing bahkan orang dekatpun takkan tahu jika mereka tak pernah mampir kesini." kata Denna yang berbicara sendiri dengan nada lirih, ia merasa heran dengan tempat kerjanya, namun ia merasa bersyukur bisa bekerja, dimanapun yang penting menghasilkan uang baginya.
pjek yang dinantinya sedari tadi sudah datang unyuk menjemputnya iapun bergegas naik menuju ke Rumah Sakit.
Tepat didepan pintu ruangan dimana Lusi dirawat. Ibunya yang sedang menyuapi Lusi.
"Kakak..?" kata Lusi saat pintu mulai dibuka.
Dilihatnya Denna dengan membawa sebuah boneka beruang warna merah jambu, kesukaan Lusi.
Denna menyempatkan membelinya saat ia melihat Toko boneka yang berada dekat dengan Rumah Sakit.
Melihat kakaknya membawakan Lusi boneka, mata Lusi mulai berkaca-kaca. Lama sekali ia menginginkan sebuah boneka, sebab ia pernah bermain di rumah temannya yang merupakan tetangganya sendiri memiliki banyak boneka dirumahnya, namun karena ia tahu orang tuanya tak memiliki uang, ia hanya diam dan berharap tanpa tahu kapan ia bisa memiliki boneka.
Mendengar Lusi, Ibunya menoleh kearah pintu lalu yersenyum menatap Denna.
"Lus, mau kamu namain siapa boneka ini?" tanya Denna menatap adiknya yang sedang duduk bersandar pada tembok tempat tidurnya yang sudah disemati bantal.
" Lili ka!" katanya dengan cepat dan nada yang bersemangat, ia terlihat sangat senang dengan boneka pemberian kakaknya.
" Hai Lusi namaku Lili, cepat sembuh ya, supaya kita bisa bermain bersama di rumah nanti?"
Lusi yang tampak bergembira, memasang wajah yang tampak sumringah, menatap boneka yang dimainkan oleh kakaknya.
"ya sudh. buruan dimakan makanannya kaburu tidak enak nanti." kata Denna menatap makanan yang ada ditangan ibunya.
Tak lama seorang suster datang memeriksa keadan Lusi.
"Bu.. ini Lusi sudah mulai membaik, jadi besok sudah bisa pulang. dan ini resep untuk pengobatannya dirumah." Sambil menyodorkan sebuah kertas kepada Ibu Sri.
Entah obat apa yang diberikan, Namun ibunya tak memberi tahu tentang keadaan Lusi kepada Denna.
"Bu.. mungkin 4 hari lagi aku harus pergi untuk mencari pekerjaan yang memberikan gaji yang lebih, supaya kita bisa memenuhi kebutuhan kita sehari-hari tanpa takut lagi kekurangan." Denna yang sebelumnya ia Mendekati Ibunya lalu menarik bangku yang ada diujung tempat tidur dan duduk didekat ibunya yang masih menyuapi Lusi.
"Begini saja ibu sudah cukup nak, yang penting kita bisa srlalu bersama." Matanya mulai berkaca-kaca menatap Denna.
Lalu mengusap air mata yang membasahi pipinya.
" iya bu, tapi kita butuh rumah yang nyaman untuk ditinggali dengan berbagai alat elektronik yang melengkapi rumah kita. Apakah ibu tidak ingin, kita memiliki rumah seperti itu?" jelas Denna.
"Bu.. ini aku ada uang untuk memperbaiki rumah kita, secukupnya dulu ya bu, biar bapak nanti yang urus." lanjut Denna lalu kepalanya mulai bersandar di bahu ibunya dengan tangan yang memeluk tubuh ibunya."
"Bapak kemana bu?"
"Tadi ia ijin keluar sebentar, tapi kok lama sekali belum kembali?"
"Ya sudah bu, mungkin bapak sedang mencari udara segar diluar karena bosan didalam."
Dengan pelukan kasih iya memeluk erat tubuh wanita yang telah merawatnya sejak kecil, tanpa meminta apapun darinya. Itu yang membuatnya tak mampu untuk melihat adanya kesedihan dimata ibunya.
Dengan pelukan erat Denna mencoba menyeka kesedihan ibunya."
"Terima kasih ya nak, karena kamu kita bisa memperbaiki rumah kita ini."
" Iya bu, sedikit demi sedikit kita pasti bisa memiliki rumah yang layak dan nyaman untuk kita tinggali."
"semoga ada rejeki lebih lagi, supaya bisa segera selesai."
Suasana yang ramai dan bising oleh suara gerinda pak tukang. Denna dan Ibunya yang sedang menyiapkan pisang goreng untuk bapak dan pak tukang. Bapak yang juga ikut membantu pak tukang untuk mengurangi pengeluaran biaya lebih.
Malam tiba Denna mulai bekerja lagi.
" Bagaimana keadaannya?" tanya Denna kepada Liana.
" Dia sudah menghilang sejak pagi, awalnya aku ingin membawakan makanan untuknya, namun ketika pintu diketuk tak ada jawaban, lalu kuputuskan untuk masuk tapi tak ada orang didalam."
"ohh gitu ya? Besok aku akan menempati kamar itu Li."
"Iya Na, ntar aku antar, atau mau sekamar sama aku juga tidak apa-apa."
"Tidak usah Li, aku tidak ingin merepotkanmu?"
"Denna, istirahatmu sudah habis, ini tugas kamu hari ini." Kata seorang wanita sambil menyodorkan kertas kepada Denna.
"Ya sudah Li aku kerja dulu."sambil melangkah meninggalkan Liana.
"Kak ini tidak salah tugas aku?" Denna berbicara kepada wanita yang memberikannya selembar kertas.
"udah tinggal lakuin saja apa susahnya sih, tanya-tanya mulu, aku juga lagi banyak kerjaan tahu!" jawab wanita itu ketus.
" iya kak." jawabnya pelan, lalu ia segera pergi kesuatu ruangan sesuai yang tertera pada kertas."
Ia tepat berada didepan pintu, saat ia sudah diijinkan masuk, iapun mulai melangkah masuk kedalam ruangan itu.
" disana ada 3 pria yang sedang meminum minuman beralkohol, terdapat 5 botol minuman diatas meja. Dua botol telah habis diminum dan satu botol telah terbuka yang masih menyisakan setengahnya dan 2 botol lainnya masih utuh dan tertutup rapat.
Banyak kulit kacang yang bercacar kemana-mana sampai beberapa terjatuh dilantai, lalu 3 gelas minuman didekat botol-botol itu. Sedikit senyuman yang diberikan oleh ketiga pria itu.
Mereka saling menatap satu sama lain, televisi yang masih menyala. Denna mulai mendekati mereka, mencoba duduk didekat mereka. "Ada yang bisa saya bantu tuan?" katanya pelan.
" Silahkan duduk disini nona!" perintah seorang pria dengan suara lembut.
Dengan rasa yang campur aduk Denna mencoba melakukan apa yang diminta salah seorang dari 3 pria disana.
Lalu pria yang menyuruhnya tadi berdiri menuju arah pintu lalu mengunci pintu ruangan itu. Denna menoleh dan ia mulai merasa ketakutan.
Salah satu pria disampingnya mulai merangkul dan menyentuh bagian tubuhnya, Denna mencoba menghondari dan mencoba melepaskan diri dari tangannya.
Pria lain yang didekatnyapun ikut memepwt Denna yang membuat Denna tak lagi dapat berkutik.
"Om.. tolong jangan pegang-pegang saya?" Para pria tadipun menanggapi dengan tawa mereka."
"Kamu disini sudah saya bayar, Kamu hanya perlu melayani kami?" dengan nada lirih namun sedikit menekan.
" kami sudah merelakan uang kami, jadi kamu harus harus menuruti semua kemauan kami disini."
"Tapi saya diminta untuk menemani om disini ngbrol saja, tidak lebih!" Denna mulai panik mengingat situasi dia hanya perempuan sendiri diruangan tertutup dengan 3 pria bertubuh besar yang mencoba menyentuhnya.
Lalu Pria disebelah kirinya mulai membuka bajunya dengan tangan yang berusaha membuka kancing baju Denna dan yang lain memeganginya dan menutup mulutnya yang terus berteriak meminta pertolongan.
" Tolong jangan tuan!" teriaknya lagi dengan suara yang tidak begitu jelas karena tertutup tangan seorang pria.
Beberapa kancing baju telah terbuka. 3 orang priapun menggotong tubuhnya ke kamar disebelah ruangan itu.
Bajunya satu per satu telah ditanggalkan.
hingga tak ada lagi sehelai kainpun yang menempel ditubuhnya.
Tubuhnya mulai lelah karena triakan tak bisa membuatnya memanggil seseorang untuk membantunya.
Matanya menatap 3 pria yang telah menyentuh tubuh dan menanggalkan bajunya.
satu persatu pria itupun melepaskan pakaiannya dengan bergantian memegangi tubuh Denna agar tak dapat lepas dari tangan mereka.
Denna mulai menangis dan meronta-ronta namun yang ia lakukan tak dapat membuatnya keluar dari ruangan itu.
Pria pertama mulai memasukkan barangnya ketubuh Denna melalui permatanya yang ia jaga selama berpuluh tahun, dan kini ia harus dipaksa melepaskannya.
Berkali-kali ia meronta-ronta merasakan sakit yang luar biasa, sedangkan pria itu mengeluarkan desahan kenikmatannya. Berkali-kali mutiara berharganya dihunus dengan benda tumpul, terjadi sesuatu yang meletup-letup hingga pada puncaknya seorang pria itu yang tak kuasa menahannya hingga keluarlah cairan kental yang mengakhiri kegiatan itu.
Tapi tidak dengan Denna, Ia yang sudah merasakan sakit dan perih dibagian vitalnya. Sempat terhenti karena kenikmatan seorang pria yang telah mencapai puncak kenikmatannya, namun kemudian berlanjut lagi kepada pria yang kedua dan ke tiga secara bergilir.
Denna yang tak pernah menyangka jika semudah itu kesuciannya terenggut karena tak mampu menandingi kekuatan ketiga pria yang sekarang tak henti-hentinya menikmati tubuhnya.
hingga pada tingkat kelelahannya, ketiga pria itu memutuskan untuk beristirahat, dan menghabiskan minuman dibotol mereka.
Kepuasan yang terpancar dari wajah ketiga pria berbadan besar itu walau dengan cucuran keringatnya tanda tenaga yang terkuras.
Sedang Denna yang merasa sakit, perih dan lelah yang begitu membuatnya tak mampu lagi bertindak hingga akhirnya ia tertidur dengan tanpa sehelai kain menempel ditubuhnya.
begitu juga dengan para pria yang terkapar di ruang yang berbeda.
Disisi lain Liana yang merasa ada yang tidak beres sebab sejak ia mulai bekerja dari istirahatnya tadi ia tak lagi melihat keberadaan Denna, namun ketika ia bertanya kepada temannya yang biasa memiliki tugas yang sama mengaku tidak tahu bahkan tak melihat Denna sedari istirahat tadi.
Semakin tumbuh kecurigaan Liana terhadap seseorang.
Ia mulai melangkahkan kaki lebih cepat dan menemui seseorang wanita diruangan yang ia ketahui wanita itu akan ada disana.
" Di.. apa yang kamu lakukan pada Denna!" "Dimana Denna sekarang!" tanya Liana yang mulai panik, sebab tak biasanya Denna meninggalkan tempat itu tanpa memberitahukan dirinya.
"Ya.. mana aku tahu, aku kan hanya memberinya tugas untuk membantu Yoga tapi dia malah sekarang gak tahu dimana?"
"kertas apa yang kamu berikan kepada Denna?" tanya Liana dengan penuh amarah.
"Awas ya kalau sampai terjadi apa-apa sama Denna, Lo ada urusan dengan Gue!" sedikit membentak Diana
"Cari sana sampai ketemu, hiiihh dasar wanita Jal*ng!"
"Apa Lo bilang?"" Sini Lo!" sambil mencoba meraih rambut Diana dan kemudian ia ingin menamparnya namun sebelum itu terjadi yang lain sudah sigap menahan kedua pihak.