"Liana apa kau bisa mencarikanku pekerjaan disini, yang gajinya lumayan?"
" aku butuh pekerjaan sekarang Li."
Denna yang bergegas menarik lengan Liana yang sedang ikut berjoget di Bar itu.
Jalanan ramai tak ia hiraukan, seakan tak ada yang bisa menghalangi Denna untuk terus berlari melewati sela-sela jalanan yang tersisa untuknya.
" Apa yang sedang terjadi padamu Na'?"
" Ntahlah aku cuma merasa bingung, kemana. harus mencari pekerjaan, sedang aku belum memiliki ijazah."
"Aku tak bisa terus-terusan melihat kedua orangtuaku yang selalu menangis dan bersedih, walau mereka tak pernah memintaku untuk bekerja." kata Denna sambil menitikkan air mata.
Tangisnya semakin menjadi ketika ia mengingat adiknya kini tengah terbaring lemas dirumah sakit
Namun ia tak menceritakannya kepada Liana.
Dan baginya tak begitu penting untuk membuka seluruh kehidupan pribadinya kepada. orang yang baru satu bulan ia kenal, meskipun sekarang ia begitu akrab dengan Liana.
"Sebentar ya Na, kamu sabar dulu, dan tenangkan dirimu."
" Tunggu disini ya Na, aku akan kedalam bertemu dengan Ibu Bosku." Kata Liana sambil berlalu pergi.
Liana yang duduk dikursi putar yang tinggi, sedang didepannya terdapat meja panjang yang lebarnya kurang lebih 40cm.
Disebrang tertata beberapa botol dengan berbagai macam merek.
Denna yang terus menangis sesenggukan mengingat sesuatu telah terjadi pada adiknya.
Tak menyaka karena. selama ini ia tak tahu sama sekali jika Lusi sedang sakit.
Tak lama Liana datang dan meminta Denna untuk ikut dengannya.
Kini mereka tepat berada didepan pintu sebuah ruangan.
"ayo.. jangan khawatir ia orang yang baik!" kata Liana sambil mengetuk pintu ruangan itu.
"Masuk!" jawab seseorang dari dalam.
"Silahkan duduk."
" Aku tahu kamu butuh pekerjaan, aku sudah menyiapkan beberapa pekerjaan untukmu, jika perkerjaanmu disini baik, akan aku tambahkan gajinya."
" kapan aku bisa mulai bekerja disini bu?"
"mulai besok, kamu sudah bisa langsung bekerja."
Tepat dijam yang ditentukan Denna mulai bekerja.
"Baru ya?" tanya seorang pria sambil kemudian menengguk segelas minuman.
"iya ." sedikit tersenyum sambil membersihkan meja.
Sesekali pria itu menatap Denna, sudah beberapa botol yang telah Ia habiskan. Tubuhnya mulai tak dapat ia kendalikan, tak lama kepalanya terasa berat dan tangannya yang tak lagi mampu menyangga shingga dengan mudahnya kepala dan tubuhnya terjatuh dimeja yang ada didepannya.
" kak bagaimana laki-laki itu?" tanya Denna kepada seorang pria yang juga bekerja disitu.
"Biarkan saja, nanti akan ada petugas yang menanganinya."
Sambil terus menatap pria yang sudah tak berdaya itu, ia tetap melakukan tugasnya melayani orang-orang yang terus berdatangan meminta beberapa minuman.
"Hei? tangan yang menyentuh pundak Denna sedikit mengagetkannya, lalu menoleh kearah seseorang.
"bagaimana hari ini?" Ternyata Liana yang menyempatkan dirinya menemui Denna,
sambil tersenyum lebar.
"Hei, terima kasih ya, kini aku sudah tak lagi merasa bingung, orangtuaku juga merasa senang kini aku sudah bekerja."
"Iya.. sama-sama" dengan senyuman dan kedipan sebelah matanya menanggapi Denna.
seketika Liana mendekati Denna membisikkan sesuatu kepada Denna.
" Apakah orangtuamu tahu kamu bekerja disini?" dengan suara lirih mulutnya mendekati telinga Denna.
Denna hanya menggelengkan kepalanya.
Kemudian Liana memukul pundak Denna lalu pergi.
Denna sedikit berpikir dengan menghubung-hubungkan apa yang ada didekatnya sekarang.
Para pemabuk karena minuman-minuman yang telah Ia suguhkan, para wanita dengan pakaian yang serba terbuka menemani orang-orang Berdasi dan beberapa pria bertato yang selalu berjaga-jaga jika ada yang yang tiba-tiba bertingkah tak terkendali.
Sering kali Ia pergi ketempat ini namun baru sekarang Ia mulai menyadarinya.
"Na, ini antarkan ke ruang karaoke nomor 74!" pinta seorang pria yang sedari tadi berada di sampingnya. Dia adalah Beni yang juga teman Liana.
Denna berjalan menuju ruang karaoke nomor 74, menoleh kesana kemari mencoba menemukan nomor ruangan yang dimaksud.
Tepat didepan pintu ruangan sebelum masuk ia mengetuk pintu itu.
" permisi!" "Minuman!" katanya dengan nada lantang.
"Masuk?" jawab seseorang dari dalam.
Ia pun segera membuka pintu dan menutup pintu, tanpa ia sadari saat ia mulai menatap seseorang yang memesan minuman itu, ia terperangah melihat dua orang yang ia kenal.
Matanya melotot kearah mereka, tak percaya apa yang Ia lihatnya.
"Riki? Sindi?"
Sindi yang kemudian menyadari bahwa pelayannya itu adalah temannya sendiri.
"De..Denna?" Ngapain kamu disini?"
Sambil membenarkan bajunya yang terbuka dibelahan dadanya.
Lalu Sindi pun beranjak, yang tadinya ia berada dipangkuan Riki kemudian berpindah ke sofa disebelah Riki.
"Aku bekerja disini, kalian sedang ngapain disini?"
"Masih nanya sih?" masak kamu yang udah kerja disini nggak tahu apa tujuan orang datang kesini?"
"Lagian mau ikut campur saja urusan kami?"
"seakan merasa jijik, Sindi mulai meringis menatap Denna.
Matanya menatap dari atas ke bawah dan tersenyum sinis.
"Taruh saja minumannya di meja!"
"Kalau sudah selesai silahkan pergi!"
"Udah sana pergi!"
Riki yang hanya diam sedari tadi kemudian sedikit tersenyum saat Sindi meminta Denna untuk segera pergi.
Denna uang sudah meletakkan miniman dimeja segera pergi menuju pintu, lalu menutup pintu dengan perlahan sembari mengintip untuk terakhir.
Sekembalinya dari mengantar minum, ia dikejutkan dengan dua orang berbadan besar yang mengusir pemabuk yang menyapanya tadi.
"Apa yang terjadi Ben?" Tanya Denna kepada temannya, sambil melirik kearah lelaki itu.
Pria yang sudah tak berdaya lagi karena tak sadar akibat pengaruh minuman.
Terlihat dari wajah Denna yang merasa kasihan melihat pria yang sudah tak berdaya diseret oleh dua orang kekar bertato.
"Tidak perlu diperdulikan, disini sudah biasa seperti itu, kalau orang sudah mabuk biasanya bertindak seenaknya sendiri tanpa sadar."
"Memangnya Dia tadi dia berbuat apa?
belum sempat Beni menjawab, Liana datang menghampirinya.
"Na, sekarang kamu sudah boleh pulang."
"Ha?" enak sekali dia, sudah boleh pulang sekarang?" Beni sedikit menaikkan alisnya dengan bibir monyong.
"Alah kamu ini iri banget, orang cuma jarak beberapa menit dari kamu!, lagian Denna juga harus ganti dulu kan?" sambil memegang pundak Beni sedikit menghentakkan tangannya.
"Kamu ini, asisten bos apa gimana sih, tahu saja waktunya Denna mau pulang?"
"Sudah lah jangan banyak cuit."
"Buruan ganti Na, udah nggak usah digubris kata-katanya."
"Yeee..."sambil melebarkan mulutnya.
Denna berlalu pergi ke ruang ganti, selesai ganti Ia mencari Liana.
Melihat Liana duduk didekat pintu sambil menghisap sebatang rok*k, Ia punsegera menghampirinya.
" Li, sejak kapan kamu merok*k?"
"Aku sudah lama, kamu baru tahu ya?
"Maaf?" sambil kemudian Ia menginjak batang rok*k yang masih setengahnya lalu membuangnya.
"Kamu sudah boleh pulang kok."
"Li?" Denna yang tadinya berdiri disamping Liana kemudian duduk sembari mendekat.
"Ada apa Na?"
"Disini juga ada tempat kos kan Li?, Aku mungkin lebih baik ngkos Li, takut mereka semakin khawatir yang melihatku pulang malam terus."
"Iya, ya sudah sekarang pulang dulu atau mau ditempati sekarang?"
"Enggaklah besok saja"
Lianan mengantar Denna sampai didepan gang.
Langkah Denna terhenti ketika ia melihat pria yang tadi diseret oleh dua penjaga tempat ia bekerja masih tergeletak tak berdaya didekat pintu masuk. Seketika tubuhnya tergerak ingin menolongnya.
Baju yang kotor menyapu debu dan terkoyak oleh permukaan lantai serta wajah yang nampak biru dibagian pipi atasnya itu tak lagi membuatnya terlihat menawan.
"Li.. aku butuh kamar itu sekarang!"
"kamu bisa bantu aku membawa pria ini"
Liana hanya menganggukkan kepala, lalu mereka membawa pria itu ke kamar kos.
Liana yang sudah memesan kamar kos segera membuka kamar itu. Mereka meletakkan pria itu pada tempat tidur dan Denna melepas sepatu pria mabuk itu.
Tepat saat Liana menutup pintu kamar, Liana menatap sejenak Denna yang ada didekatnya.
"kenapa Li?"
"Aku hanya bingung kenapa kamu mau menolong orang asing, yang kamu tak tahu asal-usulnya dengan keadaan mabuk dan aku tadi sempat lihat juga dia bertingkah tak karuan kepada pengunjung lainnya sehingga para petugas menyeretnya keluar, dan kamu kemudian datang lalu menolongnya dan membawanya kemari."
"Na? Kamu sudah gila?"
Dari banyaknya si pemabuk kamu menolong pria yang jelas-jelas sudah membuat kegaduhan disini"
Panjang lebar Liana berbicara dan Denna hanya mendengarnya dengan sedikit berpikir.
" Aku hanya ingin menolongnya saja, aku melihat dia sudah tak berdaya Li?"
"ya sudah terserah kamu saja, aku tak ingin ikut campur urusan ini."
"ya sudah sana pulang, hati-hati ya.."
Liana tak lagi mengantarnya hingga kedepan, ia langsung ketempat Kosnya. Masih satu lokasi hanya saja sedikit agak jauh dari kamar pria itu.