POV Denna
Aku terus mengikuti mereka, karena rasa penasaranku. Aku tak ingin begitu saja menuduhnya dan aku hanya ingin melihat kebenarannya.
"apakah wanita itu kakaknya? atau adiknya? atau mungkin dia benar pacarnya yang lain?"
tapi mereka semakin lama terlihat semakin mesra.
Hatiku yang sedari tadi terus bertanya-tanya. Kakiku mulai terasa gemetar, dan jantung ini berdetak kencang seakan tak menerima apa yang sedang kulihat, namun tak dapat berbuat apa-apa selain hanya diam dan mencari sebuah jawaban.
Tak lama mereka masuk melalui salah satu pintu yang berjajar dengan jarak kurang lebih 3 meter dari pintu lainnya. Di salah satu ruangan yang aku tidak tahu didalamnya lebar atau tidak, yang jelas tampak gelap, mungkin karena lampu yang belum dihidupkan.
"Ruangan apa itu?" kenapa mereka hanya berdua saja masuk kedalamnya?"
hati ini tak hentinya bertanya.
lalu Riki menutup pintunya dari dalam.
aku semakin tak kuasa menerima ini, aku masih belum menemukan jawaban atas pertanyaanku sendiri.
sambil menunggu mereka keluar, aku melihat ponselku dan kubaca pesan dari Riki.
"malam sayang.." "kamu lagi apa sekarang?", "aku kangen nihh.." " yang.. kok tidak dibalas sih..." " yang... kamu dimana?"
aku tak sempat membalas pesannya, tapi kemudian aku bertanya balik ke Riki.
"ky... kamu ada dimana sekarang?"
"apakah pertanyaan itu terlalu mencurigakan?"
lalu kulihat kembali pesan yang baru saja kukirim".
"ahh sudahlah, aku hanya ingin tahu, lagian dia tak akan tahu jika aku sedang mengikutinya." karena yang dia tahu, aku selalu sibuk di rumah dan selalu menolak jika ia ajak pergi.
apakah karena aku terlalu sibuk sehingga ia mencari yang lain, atau itu hanya saudaranya saja yang harus ia temani.
Tentu aku tak bisa langsung men-cap Riki seperti itu, karena yang kutahu selama inidia baik dan sangat perhatian, walaupun kita tak bisa sering bertemu.
sudah satu jam lebih aku menunggunya namun mereka belum juga keluar dari ruangan itu. Kulihat kembali pesan yang kukirim, juga belum ia balas.
Tak kusadari saat mata ini mengamati tempat sekitar, seorang wanita sedang menatapku tajam dengan sedikit tersenyum.
Akupun mencoba mengalihkan pandanganku ketempat lainnya, karena wanita itu terus saja memandangku tak lama kutoleh lagi, tapi dia masih saja menatapku.
Entah mengapa dia menatapku seperti itu? pakaiannya tak jauh berbeda dengan wanita yang bersama Riki.
hanya saja wanita ini lebih berwarna dengan atasan berwarna kuning tua dan bawahan kuning keemasan bersinar gemerlapan terkena cahaya lampu.
dilengkapi stocking jaring kecil berwarna hitam.
dengan tinggi tubuh yang kurang lebih 169 cm, badannya kecil dan seksi, kulihat dari sorot matanya dia dia terlihat sangat berani dan tak terlalu banyak bicara.
Ia duduk disamping salah satu pintu yang sedang tertutup dengan kaki bertumpu menyilang. Tak lama ia mulai berdiri dan mendekatiku.
Tepat disebelahku dengan pant*tnya sedikit menyondong kebelakang dan kedua tangan bertumpu pada pagar dinding yang tidak terlalu tinggi
Sedang dibagian depanku ada tanaman yang tingginya sama dengan tinggi tubuhku yaitu 160 cm. Daunnya tidak begitu banyak sehingga aku masih bisa melihat kearah depanku yang jaraknya agak jauh dari sela-sela rantingnya.
" Tempat ini adalah obat bagi orang yang merasa bosan hidup normal dengan aktivitas yang sering mereka lakukan dan orang-orang yang butuh hiburan serta kenikmatan lainnya.
Selain itu juga, tempat ini merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang membutuhkan uang."
tiba-tiba saja wanita yang ada disampingku berkata, yang aku tak tahu jelas apa maksud dari ucapannya tadi.
" apa maksudnya dengan tempat berkumpulnya orang yang membutuhkan uang?" tanyaku kepada wanita itu, karena aku juga membutuhkan uang saat ini.
"kamu lihat sendiri aku dan wanita yang tadi bersama seorang laki-laki masuk kedalam ruangan itu"
"kami kesini, ada ditempat ini dan berpakaian seperti sekarang yang kamu lihat ini, bukan tanpa alasan semua yang kulakukan."
"Sebab ini semua adalah karena uang, kalau bukan karena itu, jelas aku tidak mau ada disini." lanjut wanita itu.
" lalu apa yang kalian lakukan ditempat ini."
"ya tentu saja aku bekerja disini."
" pekerjaan yang bagaimana?"
" aku tidak tidak percaya ya.. bagaimana kamu bisa tak mengetahui pekerjaan kami dari pakaian dan tempat yang kamu lihat sekarang ini?"
" aku benar-benar tidak tahu." kataku kepadanya.
" jika kamu ingin tahu lebih, besok datanglah kemari, dan akan kutunjukkan serta akan kuceritakan semua."
"hubungi aku, ini nomorku." sambil menyodorkan kartu namanya kepadaku.
Tak lama setelah wanita itu memberikan kartu namanya kepadaku, kulihat Riki keluar dari ruangan itu, aku mencoba mengamatinya,
kulihat wajahnya sedkit memerah, dan rambutnya sedikit basah dibagian depannya, itu terlihat ketika ia berulang kali mengusap-usap rambut dan keningnya serta bajunya yang sedikit berantakan, ia keluar lalu terduduk. Tubuhnya tampak lemas, dan beberapa kali ia menghembuskan nafasnya, "knapa ia seperti orang baru lari 100 meter?" batinku.
tampak sekali terlihat dari sini dan pintu ruangan itu masih terbuka.
"dimana wanita itu."batinku lagi.
namun tak lama wanita itu juga keluar dengan tubuh yang juga nampak lemas lalu merangkul Riki yang terduduk.
" apa kamu mengenal wanita itu?"
tanya wanita yang ada disampingku, ternyata ia memperhatikanku.
"Tidak, aku tidak mengenal wanita itu", tapi aku mengwnal laki-laki yang ada disampingnya, dia adalah pacarku."
kataku kepadanya.
"sebenarnya apa yang mereka lakukan diruangan itu? kenapa setelah mereka keluar dari sana mereka terlihat seperti orang yang baru saja lari maraton?" tanyaku lagi mencoba mengetahui jawaban, siapa tahu ia bisa memberikan jawaban yang bisa membuatku mengerti.
" ternyata kamu itu terlalu bodoh ya...?"
"apa maksudmu?"
"apa kamu masih belum mengerti juga?"
"sudahlah.. lebih bsik kamu buang saja lelaki seperti dia..."
"kok beraninya kamu bilang seperti itu kepadaku?""apa maksud ucapanmu ini?"
" sudah jelas dia bukan lelaki baik, dia seorang penikmat tubuh, namun dia masih dengan wanita itu, belum dengan yang lainnya.
aku sering melihat mereka berdua, keluar masuk dari ruangan itu"
"kamu tahu?""ruangan itu adalah kamar, yang hanya ada satu tempat tidur dan satu kamar mandi saja. Meskipun lampu dihidupkan, lampu takkan bersinar terang, karena lampunya kecil sebagai pemanis ruangan saja."
" Apa kamu masih belum paham?"" mungkin kamu tidak mengerti dengan bahasa yang terlalu kasar ya? kujelaskan lagi ke kamu kalau mereka itu sedang melakukan hubungan suami istri disana.
" apa?"" tidak mungkin mereka...?"
" tapi kamu lihat sendiri kan?" ini adalah pekerjaan kami" tentu tak mudah bagi kami, yapi karena kami butuh uang, kami tidak perduli dengan lain-lain termasuk keluarga dari tamu kami.
"hik..hik..hik.." aku tak menyangka dengan apa yang aku lihat dan penjelasan dari wanita yang ada disampingku ini, dia begitu terbuka. Aku telah mengetahui jawaban yang aku ingin ketahui. Tapi jawaban yang kudapat ini sungguh teramat menyakitkan bagiku.
Badanku terasa lemas sekarang, laki-laki yang aku percayai, orang yang telah membuatku kagum dengan sikap baiknya selama ini serta yang telah membuatku nyaman berada disampingnya kini membuatku terluka bahkan jauh dari itu.
Secara pelan aku menjatuhkan diriku ketanah, wanita disampingku reflek memegangi tubuhku. Mungkin ia takut aku pingsan disitu.
"Sudahlah sekarang kamu pulang saja, besok temui aku jika kamu ingin tahu tentang kehidupanku." katanya pelan, sambil menatapku.
aku hanya menatap kosong sesuatu.
" apakah memang tak ada laki-laki yang benar-benar baik?" batinku.
akupun memutuskan pulang dengan pelan dan terus berjalan.