Bab 4. Merpati yang menempati sarang Murai 2
Aisyah tiba di depan vila mewah keluarga Idris. Dia dengan mudah membuka pintu gerbang seperti biasa, kemudian masuk ke dalam rumah dengan santai.
"Haaah. Aku merindukan kehidupan kayaku sebelumnya. Andai, aku tiba sebelum menandatangani kontrak pernikahan itu. Haaah, aku yakin aku akan mengalami hidup yang bahagia."
Tiba-tiba langkahnya terhenti ketika dirinya mendengarkan suara di ruang keluarga. Awalnya, melihat ayah dan mamanya yang duduk di sana dengan adik tirinya, dia ingin berteriak dan menyapa mereka. Tapi siapa sangka, dia mendapatkan informasi rahasia yang tak terkatakan menyakiti hatinya.
"Untungnya kami mengetahuinya lebih cepat. Kalau tidak, aku tidak tahu sampai kapan harus mencarinya. Selain itu, aku yakin semua keturunanku tidak akan ada yang sebodoh dia!"
Ayah Aisyah berkata dengan rasa syukur yang mendalam.
"Suamiku, tidak perlu mengatakan seperti itu. Bagaimanapun kami bersyukur karena telah mendapatkan uang 1 triliun untuk mengembangkan perusahaanmu. Kita harus berterimakasih pada Aisyah, meskipun dia bukan anak kandungmu."
Ibu tiri Aisyah membela Aisyah dengan ekspresi tulus. Namun, semakin sering dia menyebut nama Aisyah, semakin besar kebencian ayah Aisyah pada Aisyah.
Bagaimana tidak, anaknya sendiri, darah dagingnya sendiri hidup di pemukiman kumuh seperti itu. Sementara Aisyah yang bukan anak kandungnya, hidup mewah di bawah pengawasannya. Sekarang dia mengetahui, alasan kenapa istrinya sebelumnya sangat membenci Aisyah. Ternyata anak itu bukan anak kandungnya!
"Tetap saja, jika bukan karena anak itu, anak kandungku tidak akan menderita dengan hidup di pemukiman kumuh!"
"Suamiku, ... Haah, kalau begitu, kapan kau akan menjemput putri kita?"
"Hari ini! Aku telah memberitahu asisten bahwa acara hari ini akan ditunda semua. Tapi aku juga harus mengakui bahwa perawatanku pada Aisyah selama ini tidak sia-sia. Setidaknya, uang 1 trilyun setara dengan biaya yang aku keluarkan untuk merawat anak itu."
"Kau benar, suamiku. Kalau begitu, mari jemput anak kita. Kasihan dia menunggu lama."
"Ayah, aku ikut," teriak suara bocah kecil berumur 10 tahun tersebut.
"Baiklah, ayo jemput kakakmu yang sebenarnya. Di masa depan, kau harus menjaganya!"
"Baik, ayah! Aku janji!"
Di sisi lain, mendengar bahwa dirinya sebenarnya bukan anak kandung Keluarga Idris, Aisyah merasa hambar.
Namun, ucapan ayah Aisyah itu membuat diri Aisyah membenci orang seperti itu.
Begitu mengetahui bahwa dia bukan anak kandung Keluarga Idris, Aisyah segera bergegas keluar untuk mengikuti.
Dia sangat ingin bertemu dengan ibu kandungnya yang sebenarnya.
Dia buru-buru keluar dengan hati-hati, tanpa meninggalkan jejak sedikitpun.
Selanjutnya, dia mengawasi kepergian mobil Keluarga Idris dari vilanya yang megah. Tentu saja, Aisyah buru-buru mengikuti.
Di pemukiman kumuh.
Aisyah mengikuti Keluarga Idris dari belakang. Dia samar-samar bisa melihat ayahnya yang adalah pemimpin Keluarga Idris membawa sebuah dokumen di dalam tasnya.
Di sekitarnya, dia mendengar banyak cacian yang terlontar pada orang yang dia duga ibu kandungnya.
"Huh, sudah kuduga janda itu bukanlah orang yang baik. Bagaimana mungkin dia bisa menukarkan bayi cacatnya dengan putri keluarga kaya? Huh, sungguh perempuan licik!"
"Banyak janda jelek hati selalu membuat masalah!"
"Sudah kubilang, kan? Kalau janda itu bukan orang baik-baik? Sekarang, lihat buktinya."
"Aku yakin janda itu sebenarnya adalah wanita simpanan! Aku yakin bahwa dirinya bahkan tidak tahu benih siapa yang dia kandung!"
"Ternyata itu anak haram yang tidak diinginkan siapapun! Pantas saja!"
***
Aisyah terus mendengar cacian tetangga rumahnya, namun dia dengan kuat mengabaikannya. Lagipula, dia adalah wanita kuat yang tidak akan tergores oleh omongan makhluk rendahan seperti orang-orang ini!
Dia berjalan dan mengintip seperti yang dilakukan oleh tetangga rumah sekitar.
Di dalam ruangan kumuh itu, Keluarga Idris berbicara pada wanita paruh baya dan seorang lelaki.
"Ini adalah surat pesangon untukmu membesarkan putriku selama ini. Terima kasih atas jasamu selama ini karena telah memisahkan kami. Mulai sekarang, Luna akan hidup bersamaku dan menjadi Keluarga Idris ku! Tolong tanda tangani."
Wanita paruh baya yang sakit-sakitan itu segera menandatangani surat pesangon tersebut. Kemudian Keluarga Idris menyerahkan sejumlah uang 50 juta kepada keluarga miskin ini. Dia berpikir, uang sebanyak ini sudah cukup untuk membawa anaknya pergi dari jurang kemiskinan ini.
"Kalau begitu terimakasih dan sampai jumpa. Ingat, kau dilarang mendekati anakku sedikitpun! Kemudian masalah Aisyah, kau tidak perlu khawatir tentangnya. Dia sudah menikah dengan orang kaya dan hidup bahagia, aku yakin dia tidak akan mau hidup denganmu. Yah, anggap saja karma karena telah memisahkan keluarga kami. Sampai jumpa"
Setelah mengatakan itu, Aisyah tidak tahan karena orang ini benar-benar menghina wanita yang adalah ibu kandungnya!
"Tunggu!"
Para penonton di depan Aisyah menengok ke belakang dan melihat sesosok wanita muda yang amat sangat cantik. Tanpa sadar mereka membuka jalan untuknya.
"Oh, kebetulan sekali. Aisyah, datanglah. Sini ibu perkenalkan untukmu. Ini adalah berkah saudara perempuanmu dan kalian harus rukun di masa depan."
Ibu tiri Aisyah, Melanie Idris. Menyapa Aisyah dengan antusias, seolah Aisyah adalah anak tercintanya. Padahal di dalam hatinya, dia sangat membencinya.
Namun, semua orang yang melihatnya percaya bahwa senyum Melanie adalah senyum seorang ibu yang berbahagia.
'Kebetulan sekali anak nakal ini muncul di sini. Aku akan membuatnya malu dan membuat orang beranggapan bahwa anak janda itu bukanlah hal yang baik!' Melanie berjalan dan membawa Aisyah mendekat.
Aisyah selama ini hanya diam dan menurut, yang membuat Melanie percaya bahwa ini masih anak bodoh yang selalu menuruti keinginannya.
"Perkenalkan, ini adalah saudara perempuanmu, Luna. Mulai sekarang, kalian harus rukun."
Gadis bernama Luna mengulurkan tangannya untuk berkenalan dengan Aisyah.
Aisyah menatapnya, kemudian dia berjalan ke arah Luna. Sampai di depannya, Aisyah tidak berhenti. Namun dia terus maju dan tidak menganggap Luna sama sekali.
Dia mengabaikan Luna!
Dia mengabaikan Luna dan langsung memeluk wanita paruh baya yang kelihatannya sedang sakit.
"Bu, aku kembali."
Keduanya saling berpelukan dan menangis haru. Ini adalah momen di mana ibu dan anak yang berpisah, kembali dipertemukan pada hari ini.
Jika ini keadaan normal, pasti banyak tetangga akan menangis bahagia karena haru. Namun, karena keluarga Idris masih di sini dan dugaan bahwa janda itu adalah istri simpanan seseorang, mereka malah jijik dan mencibir janda tersebut.
Alis Luna berkedut karena diremehkan oleh gadis yang mengambil tempatnya selama 20 tahun terakhir. Tangannya kembali ke sisinya dan menggenggam erat-erat. Sebagai burung merpati yang menempati sarang murai, orang ini benar-benar sombong, dan tidak tahu diri. Dia sangat membencinya!
Fadli Idris, ayah Luna yang melihatnya merasa marah karena putrinya di abaikan oleh gadis nakal ini.
Dia berteriak, "Aisyah! Kenapa kau tidak berjabat tangan dengan saudara perempuanmu! Apakah kau lupa kalau kau berasal dari Keluarga Idris kami? Sekarang pilih! Kau ikut dengan kami, atau hidup miskin bersama jalang itu!"
Aisyah yang mendengar ibunya dimaki jalang, seketika langsung meluapkan darah di ujung kepalanya! Dia berhenti memeluk ibunya, dan berkata, "Bu, tunggu sebentar untukku."
Kemudian dia berbalik dan menatap Fadli Idris dengan tatapan mematikan.
Fadli idris yang ditatap oleh Aisyah bukannya takut tapi semakin marah!
"Bagus! Bagus! Karena itu keputusanmu, maka tanda tangani surat ini! Setelah itu, pergi dari Keluarga Idris! Dasar anak durhaka! Mulai sekarang Keluarga Idris tidak memiliki anak sepertimu di kartu keluarganya!"
Setelah mengatakan itu, Fadli Idris melemparkan kertas ke hadapan Aisyah. Dia berpikir bahwa Aisyah akan bersujud memeluk kakinya dan memohon untuk kembali. Namun tidak diduga, ekspres Aisyah masih tenang dan biasa saja. Dia mengambil kertas lalu menandatanginya dengan santai.
Kemudian menyerahkannya pada Fadli Idris dengan tatapan tajam.
Fadli idris ingin mengambil kertas itu dan menyimpannya. Dia tidak sabar ingin meninggalkan perkampungan kumuh ini.
Namun, saat dia ingin berbalik dan pergi, suara Aisyah menghentikannya.
"Tunggu, siapa yang menyuruhmu pergi setelah menghina ibuku dan keluargaku?"
Fadli idris ingin memaki, namun tiba-tiba matanya menemukan bayangan hitam di depannya dan aksi kekerasan satu pihak di mana Aisyah memukuli Fadli Idris dengan babak belur pun terjadi.
Ini adalah kisah seorang anak perempuan yang tidak kenal takut dan memiliki nyali harimau memukuli orang yang melecehkan keluarganya!
Sementara itu, di ruang belajar, Reyhan mengangkat telponnya.
"Tuan, kabar buruk! Nyonya kecil memukuli ayahnya!"
"APA!!!"
Reyhan merasa hampir meledak karena shock!
***
Halo, apakah kalian menikmati cerita ini?
ARC: Kembalinya Presiden Wanita yang mendominasi.
Saya harap kalian meninggalkan komentar dan saran untukku. Agar aku semakin berkembang. Terimakasih.