Chereads / Dominasi Istri Kontrak CEO'S / Chapter 10 - 10. Hasilkan 100 juta

Chapter 10 - 10. Hasilkan 100 juta

Bab 10. Biayanya murah. Hanya 100 juta!

Setelah taruhan disetujui, Aisyah meminta apoteker itu untuk mengulurkan tangannya.

Apoteker itu dengan santai mengulurkan tangannya. Aisyah mulai mendengar denyut nadi sang apoteker, kemudian melihat ke arah apoteker dengan ekspresi yang sulit dijelaskan.

"Boss, apakah kau tidak merasa bahwa kau terlalu bekerja keras akhir-akhir ini?"

Mendengar pernyataan Aisyah, tentu saja apoteker itu menyombongkan diri.

"Tentu saja, jika aku tidak bekerja keras, lalu siapa yang akan menghidupi keluargaku?"

Aisyah memiliki ekspresi yang sulit dijelaskan, "Boss maksudku, bekerja keras dengan istrimu! Bukankah kau merasa lelah akhir-akhir ini? Kemudian pengelihatanmu juga perlahan kabur? Kau juga mengalami dehidrasi berlebihan dan pinggul bagian bawahmu sedikit tidak enak?"

Takut boss di depannya ini salah paham terlalu jauh, Aisyah menjelaskan dengan sangat rinci.

Namun, penjelasannya yang sangat rinci ini membuat wajah boss memerah karena malu.

Boom!

Sekarang dia bertemu tuan!

Bahakan meskipun dia tidak ingin mempercayai matanya, tapi dia harus percaya dengan diagnosis yang dilakukan gadis kecil di depannya ini.

Ini benar-benar akurat!

"Ba, bagaimana kau bisa tahu? Lupakan, apakah kau tahu cara menyembuhkannya? Aku menelitinya selama berhari-hari namun aku tidak menemukan herbal yang cocok! Gadis kecil, tidak. Tuan, tolong sembuhkan aku!" Sang apoteker langsung ketakutan begitu Aisyah mengetahui masalah yang disebutkan oleh gadis di depannya ini.

Sementara Rena yang melihatnya dari samping tersenyum senang. Dia tahu, anaknya memiliki kemampuan!

Namun melihat apoteker itu berlutut di hadapan anaknya, dia masih merasa sulit dijelaskan.

"Nak, ini ..."

Melihat ibunya memandangnya, Aisyah balas memandang ibunya dan mengangguk.

"Boss, berdirilah. Kau tidak perlu begitu sopan padaku. Lagipula, aku adalah pelangganmu. Cukup tepati saja taruhan di antara kita. Kemudian, masalah menulis resep untukmu, ... bagaimana kalau kita menghitungnya dengan uang?"

"Benarkah?" Apoteker itu langsung berdiri dan menggenggam tangan Aisyah dengab perasaan bersemangat. Kemudian merasa sikapnya salah, dia segera melepaskannya dan minta maaf.

"Maaf, aku terlalu berlebihan dan tidak sopan. Saya juga minta maaf karena tidak memperkenalkan diri dengan baik. Tuan, perkenalkan. Nama saya Burhan, tolong rawat orang kecil ini."

Lelaki paruh baya yang ternyata bernama Burhan itu memperkenalkan dirinya sebagai orang kecil di hadapan Aisyah.

Aisyah mengangguk, kemudian bertanya, "Boss Burhan, lalu mari kita bicara tentang resep yang saya butuhkan."

Mendengar dirinya dipanggil boss oleh tuan agung, Burhan merasa malu.

Dia segera meluruskan nama panggilan yang menyesatkan ini.

"Tuan, maaf sebelumnya. Bolehkah syaa tahu nama tuan yang terhormat?"

"Ah iya, namaku Aisyah Moonlight. Kau bisa memanggilku Nona Ai." Aisyah menjelaskan. Di masa lalu, dirinya juga dipanggil Ai. Nama itu benar-benar melekat dalam hatinya.

Mendengar nama anaknya yang mengikuti nama keluarganya, Rena merasa senang di dalam hatinya. Padahal dia tidak akan marah, jika Aisyah masih mengikuti nama orang tua yang membesarkannya sebelumnya, Idris. Namun dia tidak menyangka, Aisyah akan memperkenalkan diri sebagai bagian dari Keluarga Moonlight.

Dia menatap Aisyah dengan haru.

"Baiklah Tuan Ai. Mulai sekarang, tolong panggil aku Burhan kecil. Aku sama sekali tidak berani dipanggil Boss oleh Tuan Ai. Jika aku membiarkan Tuan Ai memanggilku Boss, aku takut seluruh dunia akan mengutukku! Jadi tolong, Tuan Ai. Tolong panggil aku Burhan kecil untuk selanjutnya."

Aisyah juga bukan orang yang bertele-tele, dia dengan senang hati memanggil pria paruh baya itu dengan sebutan Burhan kecil. Toh, hanya sebuah nama.

"Baik. Kalau begitu, Burhan kecil. Bisakah aku minta tolong untuk menyiapkan herbal yang kubutuhkan?"

Mendengar dirinya dipanggil Burhan kecil oleh Tuan Ai, hatinya melonjak dengan kegembiraan.

Mengenal master pengobatan tiongkok adalah sebuah kebanggaan! Apalagi Tuan Ai masih muda dan pasti sangat menjanjikan!

"Segera, segera. Akan kupersiapkan. Dia segera ke belakang dan mengumpulkan herbal yang ada di dalam resep. Kemudian menyuruh pembantunya membeli herbal yang ada di pasar. Dalam waktu 30 menit, semuanya sudah siap terbungkus rapi di depan Aisyah. Aisyah meras apuas dan ingin segera berbalik untuk pergi.

"Tu, Tuan Ai. Resep saya ...," teriak Burhan dengan sedikit ketakutan.

Bagaimana mungkin Tuan Ai melupakan resep untuk kesembuhan dirinya? Burhan merasa dilema, namun juga tidak berani memarahi serta memaki Tuan Ai dihadapannya.

"Ah iya, aku lupa. Maaf," Aisyah menjawab dengan santai. Namun, permintaan maaf Aisyah membuat Burhan ketakutan setengah mati!

Bagaimana mungkin dia membiarkan orang besar seperti Tuan Ai meminta maaf untuknya? Dia benar-benar tidak berani menerimanya.

"Tuan Ai tidak perlu meminta maaf. Akulah yang seharusnya meminta maaf karena mengganggu waktu Tuan Ai yang berharga." Burhan segera membalas ucapan permintaan maaf tersebut.

Aisyah tersenyum kecil di sudut mulutnya. Alasan dia ingin berbalik segera pergi bukan untuk tujuan lain, itu adalah uang.

"Jadi, berapa harganya?"

Burhan tersenyum kecut, dia tahu kalau Tuan Ai masih marah karena dirinya meragukan kemampuan Tuan Ai. Bagi praktisi pengobatan tiongkok, ini sama saja dengan penghinaan.

Namun Burhan tidak mau membantah dan adu argumen. Kualitas Tuan Ai ada di sana dan dia memiliki kualifikasi yang jelas untuk menanyakan harganya.

"Tuan, saya minta maaf sebelumnya. Saya tidak mengenali Gunung Semeru. Tuan, aku hanya memiliki tabungan 100 juta. Apakah itu cukup untuk menunjukkan ketulusanku?"

Rena tiba-tiba tertegun. Dia memikirkannya, sejak kapan uang 100 juta sangat mudah diperoleh dengan menulis resep?

Pengetahuannya tentang dunia orang kaya benar-benar diperbarui sekali lagi.

Namun, dibandingkan dengan 100 juta ini. Aisyah masih memiliki sesuatu untuk dilakukan di masa depan dan peran pemasok bahan herbal sangat diperlukan.

"Selain itu, ibu kelihatannya pasti tidak akan menerimanya dan memintaku untuk mengembalikannya," gumam Aisyah di dalam hatinya setelah dirinya melihat ibunya yang terdiam dan mulutnya komat-kamit menyebut 100 juta dengan terbata-bata.

"Baik, karena kau sudah sangat tulus. Aku akan mengambil 50 persen untuk biasa konsultasi dan resep. Sisanya, aku akan membutuhkan bantuanmu di masa depan. Jadi, aku akan menyimpannya."

"Sekarang, bawakan aku pena dan kertas," pinta Aisyah dengan sopan.

"Baik, baik. Tuan Ai, tolong tunggu sebentar."

Sstelah menerima kemurahan hati dari Tuan Ai, Burhan merasa bahagia. Dia mendapati informasi penting, yaitu Tuan Ai akan membutuhkannya di masa depan. Ini jelas pernyataan yang khas untuk kerja sama. Dia merasa bahwa mengeluarkan 100 juta untuk ketulusan benar-benar terlalu murah hati.

Dia segera berbalik mengambil pena dan kertas, kemudian menyerahkan pada Tuan Ai.

"Tuan Ai, tolong."

Selanjutnya, Aisyah menuliskan resep berserta nomor rekening di atasnya. Kemudian dia menyerahkannya kepada Burhan kecil.

"Baik, perhatikan baik-baik timbangannya. Kemudian lakukan konsumsi rutin selama 1 bulan. Selama itu pula, kau harus beristirahat dari bekerja keras dengan istrimu. Sstelah satu bulan, kau akan sembuh. Jika ada hal yang tidak enak ditubuhmu, kau bisa mencariku di masa depan. Aku tinggal di komunitas sebelah. Sisanya, itu adalah nomor rekeningku."

Setelah mengatakan semuanya denagn jelas, Aisyah berbalik pergi dengan menggandeng ibunya.

"Bu, ayo kita ke tempat selanjutnya."

Ekspresinya berubah dengan sangat cepat, dari gadis kecil yang mendominasi, menjadi seorang gadis manja yang dingin dimanja oleh ibunya.

Namun Burhan tidak berani mencibirnya. Dia hanya bersyukur karen atidak memprovokasi Tuan Ai lebih jauh.

Tapi yang lebih penting, dia mendapatkan resep yang berharga untuk hidupnya!

Dia mwngambil ponselnya dan mentransfer uang ke rekening Tuan Ai sebesar 100 juta.

Dia tidak akan pernah kembali dari perkataannya. Selain itu, itu adalah paha besar yang kuat. Dia harus memeluknya erat-erat.

Di sebuah toko komputer, Aisyah melirik layar ponselnya dan tersenyum misterius.

"Dia benar-benar tahu bagaimana mengambil kesempatan untuk memeluk paha besar yang kuat," gumam Aisyah di dalam hatinya.