Bab 6. Kau adalah Bossnya!
Aisyah tiba di depan perkampungan kumuh. Aisyah memandang sekeliling dan tidak bisa tidak menghela nafas tak berdaya.
Bahkan di kehidupannya yang sebelumnya, dia tidka akna pernah bermimpi akan mengalami saat-saat seperti ini lagi.
Dlama hatinya, Aisyah memutuskan untuk segera membangun dominasinya di dunia teknologi. Hanya dunia teknologi yang bisa memberikan banyak uang!
"Tapi ngomong-ngomong, di mana sistem bodoh itu? Kenapa benda aneh itu tidak muncul memberikan misi?"
Meskipun Aisyah membenci kenyataan bahwa dirinya menjadi subjek penelitian seseorang dengan penanaman sistem, namun dia masih orabg yang realistis. Dengan dukungan pembantu tambahan, dominasi dunia teknologinya akan bisa berkembang lebih cepat dibandingkan kehidupan sebelumnya.
Jadi dia sedikit merindukna sistem ini. Namun karena dia tidak muncul, Aisyah hanya bisa melupakannya.
Berjalan menyusuri jalanan yang ramai dengan anak-anak kecil, Aisyah merasa bahagia.
Meskipun pandangan mata orang dewasa itu mencibir dna merendahkannya, namun pandangan anak kecil yang bermain dan melihatnya masih sangat polos dan tak ternoda oleh dosa.
Tidak lama, dia sampai dikediaman ibunya, Rena Moonlight. Dia mengetuk pintu, dna melihat ibunya menyambutnya dengan hangat.
'Haaah, aku benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kehangatan seorang ibu di kehidupan keduaku ini. Haaah, aku semakin bertekad untuk segera pergi dari ruangan terkutuk ini!' gumam Aisyah di dalam hati.
"Bu, aku kembali."
Setelah mengatakan itu, Aisyah memeluk ibunya sekali lagi.
"Apakah kamu yakin akan tinggal di sini? Tempat ini sangat kumuh. Apakah suamimu benar-benar mengijinkannya?" Rena bertanya dengan khawatir, takut kalau suami anaknya akan marah karena dirinya menyeret istrinya untuk hidup di tempat kotor seperti ini.
Namun senyuman Aisyah menenangkan Rena.
"Bu, kau pikir siapa aku? Aku adalah wanita paling cantik di seluruh galaksi. Laki-laki seperti dia hanya pantas untuk tunduk di bawah rokku!"
Mendengar nada bercanda Aisyah, Rena merasa bahwa putrinya ini benar-benar luar biasa percaya diri.
Jadi dia hanya bisa mencoba mempercayai putrinya ini.
"Kalau begitu, ayo masuk. Ibu sudah membeli semangka untukmu. Kau pasti menyukainya."
"Benarkah? Aku sangat suka, bu. Apapun yang ibu berikan, aku akan memakannya sampai habis!"
Rena puas dengan nada bicara Aisyah yang menyenangkan hatinya. Jadi dia segera memeluk bahu Aisyah dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Aisyah memandang sekeliling. Kali ini dia abis amelihat dengan jelas situasi rumah ibunya, dibandingkan sata kedatangannya pertama kali ke sini.
Rumah ini meskipun kecil, namun sangat rapi dan bersih. Ini menandakan bahwa ibunya adalah orang yang bersih. Tidak seperti kebanyakan orang miskin pada umumnya yang meletakkan barang-barang sembarangan dan rumah sangat berantakan.
"Bu, di mana kamarku?"
Aisyah menanyakan lokasi kamarnya, kemudian dia dituntun oleh ibunya ke sebuah kamar kecil yang bersih dari segalanya. Bahkan seprai dan selimutpun tak ada.
Ren amerasa malu dengan putrinya.
"Ini dulu adalah kamar Luna. Tapi kelihatannya, mengetahui bahwa dia akan pindah, dia membereskan barang-barangnya. Kamu tenang sjaa, ibu akan membawakanmu selimut dan seprai baru. Kamu tunggu di sini."
Aisyah mengangguk, namun matanya memancarkan kilatan tajam. Setelah ibunya keluar dari kamarnya, Aisyah bergumam sendiri.
'Kelihatannya Luna ini bukanlah orabg yang mudah. Kurasa, tidak akan ada hal baik selama kami masih memiliki karma.'
Sekejap Aisyah memikirkan jalan keluar untuk situasinya, namun sekejap pula dia melupakannya dan memilih untuk menghadapinya saat semuanya ada di depannya.
***
"Kakak, kau mau membawanya kemana?"
Paman Aisyah, Aldebaran bertanya pada kakaknya.
Rena menjawab Aldebaran dengan lembut, "Aku membawanya ke kamar anakku. Oh, satu lagi. Kau ingat untuk tidur lebih awal. Jangan pergi ke kasino dulu. Jangan mengajarkan hal sesat pada keponakanmu. Jadilah paman yang baik!"
Aldebaran menjawabnya dengan tersenyum dan menyabet segenggam irisan semangka di atas piring, dan menikmatinya sambil berjalan ke kamarnya.
"Siap, kak. Aku akan menjadi paman yang baik."
Mendengar jawaban Aldebaran, Rena yang semula akan marah karena semangkanya diambil Aldebaran hanya bisa menghela nafas tak berdaya.
Aldebaran masih seperti biasanya, sangat tidak bisa diandalkan!
Dia hanya bisa kembali ke dapur dan mengiris semangka yang tersisa. Kemudian kembali mengantarkannya ke kamar anaknya.
"Nak, ibu bawakan semangka untukmu. Kau cicipi dulu."
"Terimakasih, bu."
Aisyah mendekati ibunya dan duduk di pinggir ranjang. Kemudian dia mengambil tusuk gigi dan menusuk sepotong semangka dan mencicipinya. Rasanya sangat manis, sangat cocok dibuat bubur semangka!
"Bu, kamu juga memakannya." Aisyah meberi Rena sepotong semangka dengan tangannya.
Rena tersenyum dna berkata, "Ibu tidak suka semangka, kamu bisa memakannya."
Seperti semua ibu di dunia, Rena ingin meninggalkan hal-hal baik untuk anaknya.
Aisyah merasa sedih, dia teringat kehangatan keibuan ini di kehidupannya sebelumnya. Ibunya juga pernah melakukan hal ini. Dulu dia tidak mengerti, sekarang dia mengerti. Ibunya sangat mencintai dan menyayanginya.
Aisyah meletakkan hal yang ada di tangannya dan memeluk ibunya, "Bu, yakinlah. Aku akan membiarkanmu dan juga paman menikmati kehidupan yang lebih baik."
Rena tidka bis amenahan haru, dna meneteskan air matanya.
"Ibu percaya padamu."
Apapun yang dikatakan oleh putrinya, dia akan mencoba mempercayainya. Karena, kalau bukan dia sebagai ibunya mempercayai anaknya, lalu siapa lagi yang mau percaya?
Rena mengetahui fakta ini dengan sangat jelas!
***
Malam semakin gelap, dan itu menjadi tengah malam dalma sekejap.
Perkampungan kumuh itu sangat sunyi dan senyap, bahkan suara hewan pun tidak ada yang terdengar.
Namun, di sata sepertti itu. Sesosok manusia mengendap-endap berjalan menju pintu rumah. Orang itu adalah Aldebaran!
Dia dengan hati-hati membuka, kemudian menutup pintu dengan pelan. Semuanya berjalan lancar, dan Aldebaran menghela nafas lega.
Seperti dugaan Rena, Aldebaran benar-benar tidak bisa diandalkan!
Untungnya tidak ada yang menemukannya. Begitu dia berpikir seperti ini, tiba-tiba bahunya ditepuk oleh sesuatu.
Tentu saja dia kaget, "Brengsek, hantu!"
Dia tidak berani menengok untuk memastikan. Dia ingin berlari, namun kakinya seperti telah dipaku di tanah. Wajahnya langsung pucat, seumur hidup keluar malam, baru kali ini dia diganggu hantu!
"Ssstt! Paman, jangan berteriak, nanti ibuku bangun dan kita tidak bisa pergi."
Begitu mendengar suara ini, Aldebaran baru berani menengok dan ingin mengumpat anak yang menepuk bahunya.
"Sialan! Siapa yang kau panggil paman?! Pergi, pergi. Aku tidak layak menjadi pamanmu!"
Setelah mengatakan itu, Aldebaran langsung berjalan pergi tanpa menghiraukan Aisyah.
Tapi, siapa yang menyuruh Aisyah menjadi orang yang multi talenta. Dia sama sekali tidak marah, dan terus mengikuti Aldebaran di belakang.
Aldebaran menyadarinya, dia tidak ingin perjalanannya ke kasino dibebani oleh anak kecil di belakangnya, jadi dia menegurnya.
"Aisyah, kenapa kau mengikutiku? Apakah kau sakit? Ini tengah malam, kenapa gadis sepertinu mengikuti laki-laki sepertiku?"
Aisyah menjawab dengan santai dan tenang, "Paman, aku berjalan di jalanku sendiri. Selain itu, kebetulan kita searah dan jalan ini benar-benar bukan punyamu. Kau tidak bisa memarahiku."
Merasa seperti kucing yang terinjak ekornya, Aldebaran hanya bisa berbalik dan terus menggerutu.
Dia bisa memiliki firasat bahwa anak ini sebenarnya hanya mengikutinya. Beberapa saat kemudian dia berbalik, dia bisa melihta tingkah konyol anak bodoh itu di belakangnya.
Dia benar-benar mengikutinya!
Aldebaran tidak tahu harus berkata apa, dia mempercepat langkahnya dan tiba di tempat yang terang benderang.
Dia tiba di depan Kasino yang dia kenal.