Laki-laki yang duduk di depan Rachel itu menunduk lemah.
"Hem ... seharusnya bertanya hal lain tentangku, atau setidaknya ucapan permintaan maaf dan semisalnya. Ah ... apa aku berharap terlalu tinggi?" kejar Rachel masih dengan nada datar.
"Rachel, om-"
Laki-laki itu urung bicara, ia terus menunduk dan tak berani mengangkat pandang.
Rachel mengembuskan napas panjang.
"Aku datang ke sini karena memandang tahun-tahun yang telah kita lalui bersama, Om. Ketika aku masih disebut keluarga oleh Om. Mungkin demi itu semua, demi pertalian darah yang mungkin tidak terlalu kuat itu, Om masih punya hati dan bisa kuajak bicara," ujar Rachel dengan sedih.
Om Ronnie mengangguk.
"Aku akan mendengarkanmu, Rachel," sahut Om Ronnie lirih.
"Baik, kalau begitu, kita akan segera mulai pembicaraan sangat serius ini," putus Rachel kemudian.
"Berapa jumlah uang yang Om dapat dengan menjualku pada Si Brengsek El Thariq itu?" tanya Rachel dengan menahan geram.