Mendadak Malino tertawa getir.
Tawa yang tercampur dengan sisa sedu sedan itu terkadang memunculkan suara seperti orang tersedak.
"Akulah si pendosa yang bakal jadi kerak neraka. Aku menjadi calon pejabat di kota ini dengan berdiri di atas mayat wanita yang kucintai," sesal Malino dengan suara yang dalam.
"Bukankah sudah kuperingatkan untuk tidak menunjukkan kebodohan di depan Madam Golda, ini bisnis di mana perasaan harus dienyahkan, ini adalah bisnis di mana manusia hanya pion bagi yang lebih berkuasa, ini-"
"Nex!" potong El tajam.
"Ini bukan saatnya adu argumen!" tegur El tegas.
"Kita sudah berusaha mem-back up Malino dengan menghalangi pengetahuan mereka tentang Arumi, tapi memang penciuman Madam Golda lebih tajam dari serigala. Kita tidak bisa saling menyalahkan, Nex," bela El datar.
"Agh ...," embus Nex dengan berat.
Tiba-tiba Malino beranjak berdiri, lalu dengan tergesa berjalan ke arah pintu.
"Malino!" seru El dan Nex hampir bersamaan.
