Chereads / Heart of Pezzonovante / Chapter 25 - Melewatkan Satu Celah

Chapter 25 - Melewatkan Satu Celah

Di ambang pintu ruangan itu El Thariq berdiri dengan gagah dan tanpa aba-aba tangan laki-laki itu menyambar perut Rachel, menggendongnya dalam posisi berdiri, lalu membawa gadis itu kembali ke kursinya.

"Ka-"

Rachel urung berteriak melepaskan kekesalannya saat seisi ruangan melihatnya.

Gadis itu beranjak dan kembali hendak keluar ruangan, tapi dengan cepat, El mengambil alih tempat duduk itu, lalu meraih pinggang Rachel dan membuat gadis itu duduk di pangkuannya.

"Apa kalian semua ingin melihat aku dan istriku seperti ini?" sindirnya tanpa melihat ke arah empat laki-laki yang ada di ruangan itu.

El Thariq yang terus menatap Rachel dengan lekat, tapi ia tahu jika keempat laki-laki dalam ruangan itu sekarang sedang menundukan kepala mengikuti Amana yang telah lebih dulu melakukan itu.

"Nyonya Rachel El Thariq," ucap El lembut.

"Hihh!" seru Rachel geram.

"Akan aku jelaskan," lanjut El dengan tenang.

"Dokumen-dokumen ini adalah dokumen penguatan statusmu sebagai istriku. Ini adalah dokumen-dokumen kepemilikan harta dan beberapa hal lain yang jika suatu ketika terjadi apa-apa denganku, Kamu akan tetap selamat dan terjamin," jelas El dengan suara yang dalam.

"Heh?!" seru Rachel terkejut.

Gadis itu beringsut dalam pangkuan El untuk menatap langsung manik mata laki-laki itu.

"Maksudnya?" tanya gadis itu lugas.

"Kamu istriku, tentu otomatis akan memiliki sebagian yang aku miliki," jawab El sambil mempererat kedua tanganya yang melingkar di pinggang Rachel.

Mata cantik Rachel membelalak.

"Hem ... aku harap bisa memandang mata cantik ini sedekat ini ... selamanya," ucap El Thariq ... dalam hati.

"Ini sesuatu yang seharusnya terjadi antara suami istri 'kan?" sambung El Thariq lembut.

Rachel tertegun.

"Kalau aku menandatangi surat-surat penting ini, berarti aku mengakui pernikahan ini," putus Rachel dalam benaknya.

"Tidak! Aku nggak membutuhkan itu semua!" tolak Rachel tegas.

Seketika El Thariq terkekeh.

"Luar biasa! Gadis lain nggak akan pernah mengatakan itu," gumamnya lirih.

El terus menatap Rachel, tak melewatkan satu inchi pun dari wajah cantik gadis itu.

Sejurus kemudian ekspresi wajah El berubah serius.

"Kamu tahu? Aku tidak pernah menerima kata 'tidak'?" ucap El Thariq dengan penuh penekanan.

"Ihh!" balas Rachel tak acuh.

El tersenyum menyeringai.

"Amana, siapkan dokumennya!" perintah El Thariq tanpa mengalihkan pandangan.

"Eh!" seru Rachel sebagai tanda protes.

Tapi, seruan protes Rachel nggak dapat mematahkan kepatuhan Amana yang dengan cekatan berdiri dan mengambil satu dokumen yang berada di tumpukan paling atas yang paling dekatnya dengannya.

Pengurus rumah tangga di kediaman El ini segera meletakkan dokumen yang melekat dalam stopmap tebal itu dalam keadaan terbuka, lalu meletakkan satu pena yang juga terbuka tutupnya.

"Tuan pengacara dan notaris jika penandatangan dokumen tidak didahului dengan pembacaan isi dokumen, apakah sah?" tanya El sambil melihat pada keempat laki-laki itu.

Keempat laki-laki itu menoleh, lalu menatap El dengan pandangan penuh arti.

"Kami bisa memberitahukan isi dokumen kemudian?" jawab salah satu dari mereka dengan datar.

"Jika keadaan tidak memungkinkan, mungkin ... bisa ...," sahut yang lain.

El Terkekeh mengetahui keempat laki-laki itu nggak akan ada yang berani tidak mendukungnya.

"Egh!" seru tertahan.

Gadis itu tak bisa melawan ketika posisi duduknya digeser menjadi menghadap ke arah meja, lalu tangan kanannya digenggamkan pena. Kemudian, tangan mungil gadis itu berada dalam genggaman tangan El.

"Hei! Nggak bisa begini! Ini tidak sah!" teriak Rachel kencang.

Tapi, tangan El Thariq membuat gadis itu menandatangi dokumen itu.

"Siapkan yang lain, Amana!" perintah El datar.

Pengurus rumah tangga wanita yang masih muda itu dengan cekatan melakukan perintah itu.

"Hihh!" jerit Rachel geram.

El tak mempedulikan penolakan Rachel. Dokumen itu satu per satu tertandatangani.

"Oke, selesai," ujar El puas.

Keempat laki-laki yang berada di meja itu segera mengecek dokumen-dokumen itu, lalu mengangguk ke arah El Thariq.

"Kalau begitu, kami akan mengurus semua," pungkas salah satu dari mereka.

Kemudian, mereka meninggalkan ruangan.

"Menyebalkan sekali!" umpat Rachel kesal.

El terkekeh.

"Senang sekali berbisnis denganmu, Nyonya," seloroh El dengan ekspresi geli.

Kedua tangan El yang melonggar dimanfaatkan Rachel untuk meloloskan diri dari pangkuan El.

Rachel melirik sinis sebelum dengan geram meninggalkan ruangan itu. Gadis itu sempat memukul bahu El dengan keras. Tapi, El hanya terkekeh geli.

Rachel berjalan ke bagian samping rumah itu. Gadis itu menatap bagian taman samping yang terurus dengan baik. Lalu, ia membuka kancing paling atas blusnya untuk membiarkan kegerahan menyingkir.

"Ah ... brengsek! Aku nggak pernah bisa melawan keinginannya. Sepertinya makin lama berada di sini, aku makin tak berdaya," gerutunya dalam hati.

Tiba-tiba, pandangan gadis itu terfokus pada mobil tertutup warna putih yang baru masuk dari pintu gerbang. Di bagian kaca depan mobil itu tertulis dalam huruf kapital Food Supply.

Mobil putih itu bergerak mendekat dan sepertinya mengarah pada area yang digunakan untuk dapur.

"Wah! Sepertinya aku melewatkan sesuatu!" seru Rachel riang dalam hati.

"Nona Rachel, Nyonya diharapkan untuk masuk ke dalam ruangan," ucap Jessy yang tiba-tiba mendekat.

"Eh! Kenapa?" balas Rachel heran.

"Ya, em ... itu untuk melindungi Nona dari terekspos ke orang luar," jawab Jessy sambil menarik tangan gadis itu dengan pelan.

"Heh?!" sahut Rachel bingung.

"Begitu kata Amana, Nona," jawab Jessy sambil terus membawa Rachel ke dalam ruangan.

"Haduh! Aku 'kan lagi cari angin," kilah Rachel kesal.

"Dari sini saja, saya temani, Non Rachel," ucap Jessi memaksa.

Rachel mengembuskan napas panjang, mengalah. Gadis itu kemudian duduk di dekat jendela.

"Ya, sudah aku duduk di sini," ujar Rachel, lalu meminta Jessi mengambilkan minuman.

"Hem, pasti di sebentar lagi salah satu dari penjaga-penjaga itu akan ditempatkan di sekitar sini, kelihatannya keberadaan El di rumah ini membuat penjagaan sedikit melonggar," pikir Rachel dalam benak.

Gadis itu memanfaatkan moment kosong penjaga itu dengan memperhatikan mobil putih tertutup itu. Mobil yang berhenti di area dapur itu sedang membongkar muatannya. Kotak-kotak berisi bahan makanan bolak-balik dipindahkan dari mobil itu oleh dua orang laki-laki yang tadi duduk di jok depan mobil.

"Hem ... sepertinya, aku menemukan celah untuk pergi dari tempat ini," batin Rachel girang. Gadis itu tersenyum menyeringai.

Kedua telapak tangan Rachel berkeringat memikirkan itu.

Dengan bantuan beberapa pegawai bagian dapur rumah ini, dalam lima menit beberapa kotak bahan pangan itu telah selesai diangkut ke dapur. Kedua laki-laki itu terlihat bercakap-cakap dengan pegawai dapur. Mereka sedang menunjuk-nunjuk papan clipboard dan salah satu dari laki-laki pembawa mobil putih itu terlihat mencentang-centang kertas dalam clipboard dengan pena.

"Kesempatan nggak datang dua kali!" seru Rachel tegang.

Gadis itu dengan cepat bergerak ke arah mobil putih itu dan masuk ke bagian belakang mobil putih tertutup itu.