Chereads / AKSARA (Aksa Dan Zahra) / Chapter 26 - 26. Perihal Bahagia

Chapter 26 - 26. Perihal Bahagia

"Kita adalah ketidakmungkinan yang selalu ku-semoga-kan."

*****

Markas dari perkumpulan remaja yang di ketuai oleh Aksa hari itu ramai oleh berbagai motor yang memenuhi parkiran.

Berbagai wajah terlihat di sana, baik yang paling muda maupun seumuran Aksa.

Walaupun di dominasi dengan kelakuan kriminal, nyatanya Mereka berwajah tampan, walaupun Tidak menghilangkan kesan Sangar dan menyeramkan.

Entahlah, padahal dulu Aksa tidak melihat fisik saat seleksi. Atau mungkin mereka terlihat tampan dan keren karena masuk Geng Aksa.

"Udah pada kumpul semua?" tanya Aksa dengan tangan di pinggang. Laki-laki itu memakai Kaos Hitam, Jeans sobek dan Jaket kulit hitam di tambah dengan kalung gading di lehernya. Terlihat sangat menawan.

"Udah, Sa," jawab Devan mewakili yang lain.

"Oke, ki--"

"Tunggu!" teriak seseorang dengan nada cempreng andalannya.

Atensi semua orang langsung mengarah pada sumber suara dimana seorang gadis cantik dengan style baddas sedang menyengir.

Penampilannya sangat kontras dengan wajahnya yang terbilang imut.

"Zeva," gumam Devan menghela nafas.

"Abang!"

Gadis cantik bernama Zeva itu menghampiri Devan lalu memeluknya.

Devan tidak bisa menghindar, Cowok itu malah balas mengusap rambut Zeva dengan sayang. Hubungan mereka memang sudah membaik. Sikap Dingin Devan akan berubah care dan manis saat bersama Zeva.

"Kok Abang gak ajak, Ze?" tanya Zeva mendongakkan kepala dengan wajah cemberut.

"Maaf." Devan mengangkat bahu.

"Kaku banget Lo, Van," kekeh Bayu. Ia menghampiri Zeva lalu merangkulnya membuat pelukan mereka terlepas.

"Maaf ya neng cantik, abisnya kita sengaja dadakan biar seru."

"Aku boleh ikut?" tanya Zeva berbinar membuat Devan menutup wajahnya dengan topi yang Ia pakai. Devan paling malas jika Adiknya itu mendapat tatapan kagum dari para temannya.

"Ikut aja," jawab Aksa sambil memainkan ponsel. Mengabari seseorang.

"Tapi jangan pakai jaket identitas," pesan Aksa yang di angguki yang lain. Mereka hanya ingin melakukan Sunmory yang di lakukan setiap 3 bulan sekali.

"Kalo gitu nanti Lo naik motor gue aja," ucap Devan namun di balas gelengan pelan oleh Zeva. Gadis cantik itu tersenyum lucu.

"Aku mau ajak Kak Zahra, ya?"

Aksa dan Devan saling pandang penuh arti.

***

"Emang aku boleh?" tanya Zahra yang saat itu memakai kaus panjang dan rok di padukan Hijab simpelnya.

"Boleh, dong. Nanti kamu sama aku, ya kak? Soalnya aku sendirian."

Zahra Meringis melihat wajah penuh harap Zeva. Ia tidak tega menolak. Tapi di satu sisi juga tidak boleh pergi oleh Ummanya.

"Kamu gak mau ya?"

"Aku--"

"Gapapa, Sayang. Tapi jangan lama-lama." Suara Umma terdengar lembut menyapa Indra mereka berdua.

Wanita itu sedang membawa nampan berisi camilan.

"Eh, kirain Icha," ucap Umma tersenyum ramah pada Zeva.

"Assalamualaikum, Tante. Aku Zeva." Zeva Menyalimi Umma dengan sopan yang di balas usapan di rambutnya.

"Umma gak tau kalo Zahra punya temen selain Icha dan Nisa."

"Umma!" rengek Zahra cemberut. Kata-kata Ummanya menggambarkan seakan Ia anak ternolep. Walaupun nyatanya Iya.

Umma terkekeh di ikuti Zeva. Bahkan gadis itu menyenggol lengan Zahra menggoda.

"Berarti boleh ya, tan?" tanya Zeva memastikan.

"Gapapa, nak. Tapi ingat pesan Umma. Hati-hati dan jangan lama-lama."

***

Seumur hidup Zahra, baru kali ini Ia merasakan rasanya menjadi bebas dan hidup.

Selama ini Ia memang sering di rumah karena penyakitnya. Jarang sekali Ia main kecuali dengan sahabat kecilnya.

Namun sekarang..

Zahra menyunggingkan senyum lebar di paras cantiknya dengan tatapan mengarah ke jalan yang ramai oleh banyaknya kendaraan milik teman-teman Aksa.

Sesekali salah satu teman Aksa melakukan Aksi menakjubkan yang membuat mata Indah Itu berbinar kagum.

Zahra baru tau jika dunia Luar Tidak seburuk itu.

Mereka benar-benar melakukan Sunmory mengelilingi Jakarta di pagi hari itu.

Gadis itu menoleh, melihat Aksa yang ada di sisi sampingnya. Wajah itu terlihat datar namun berganti memberikan tatapan teduh saat sadar Zahra menatapnya.

"Kenapa?" tanya Aksa dengan suara agak keras.

Zahra hanya menggeleng dengan senyum.

"Mau makan?"

"Enggak."

"Capek?"

"Sedikit, hehe."

Aksa menggeleng pelan. Ia mengangkat tangan, memberi tanda untuk semua temannya berhenti yang kebetulan mereka sampai di sebuah warung kopi.

"Kita istirahat dulu."

"Baru juga sebentar, Sa," protes salah satu teman anggotanya.

"Sebentar bagi Lo beda Ama cewek," balas teman yang lain sambil Menoyor temannya.

Aksa mengabaikan itu, Ia memarkirkan motornya cepat lalu mendekat pada Zahra yang turun perlahan dari motor. Gadis itu di bonceng oleh Zeva.

Tindakan Aksa membuat teman-temannya bersorak karena cowok itu menggandeng tangan Sosok gadis yang memakai hijab.

"Gue pegangin Biar gak ilang," kata Aksa. Ia tak mau Zahra tak nyaman dengan anggota-anggotanya yang berjumlah banyak .

"Aku bukan anak kecil." Zahra cemberut.

"Tapi bagi gue Lo bayi."

Mata Zahra spontan melotot.

"Aksa, ih!"

"Ayo semua, ngopi dulu, Aksa yang traktir," teriak Bayu.

"Seenaknya Lo," cetus Rangga.

"Pesan apa aja terserah, gue yang bayar," ujar Aksa membuat mereka bersorak senang.

"Semoga langgeng ya Pak Ketua," ucap salah satu dari mereka. Tidak sedikit yang mengangguk setuju.

Beberapa dari mereka jelas tau siapa Zahra ini. Mereka ingat Zahra adalah sosok cewek yang selamat dari bahaya aksi malam mereka waktu itu.

Tidak disangka jika Aksa menaruh hati pada gadis cantik itu.

Sementara, bagi mereka berdua, ucapan itu membuat Zahra dan Aksa saling pandang canggung.

Bagaimana bisa mereka bersatu?

***

"Lo jelas tau apa konsekuensi dari hubungan kalian."

Aksa menyangga tangannya di belakang kepala dengan tatapan lurus ke depan, menatap bintang yang terlihat ramai di langit malam.

Setelah acara Sunmory selesai dan para anggota mereka pulang. Keempat sekawan itu memutuskan menghabiskan sedikit malamnya untuk melihat bintang di halaman belakang rumah Devan yang luas.

"Gue tau," balas Aksa singkat.

Devan menggeleng pelan. Tak banyak berkomentar dengan Asmara Sahabat yang paling mengerti dirinya itu.

"Saingan Lo tuhan, Sa."

Aksa tersenyum tipis membayangkan raut bahagia Zahra, tadi. Jika bisa dan boleh, Aksa ingin selalu membuat raut itu tetap pada wajah cantik dan teduh Zahra.

"Kayaknya semesta gak pernah berpihak sama Lo," komen Rangga di balas pukulan pada lengannya. Pelakunya Ialah Bayu.

Aksa menghela nafas lalu memejamkan matanya.

"Akan lebih baik kalo kita gak pernah ketemu, kan?" kata Aksa setelah keheningan cukup lama.

"Tuhan lagi nguji kalian berdua," ucap Devan mencoba memberi tanggapan positif.

"Tapi bahagia gue sama dia, Van. Apa yang harus gue lakuin?" tanya Aksa.

Mereka terdiam. Ada nada putus Asa dan sedih yang mencoba Aksa tutupi namun Mereka tau. Aksa selama ini tidak pernah bahagia, walaupun bersama mereka sekalipun. Bahagianya Telah hilang sejak Sang Ibu meninggal.

Untuk saat ini mereka hanya bisa menemani Aksa dan berdo'a untuk kebahagiaan ketua sekaligus sahabat mereka.

Tuhan.. Aksa berhak Bahagia, kan?

*****