****
"Aduh, bosen banget sumpil," ucap Bayu sambil menghela nafas berat.
"Keluar yuk, kemana kek. Masa kita jagain markas mulu," keluh cowok itu lagi.
"Kemana?" tanya Rangga.
Rangga sedang asyik memainkan PS yang ada di sana, tadinya bayu juga ikutan, tapi Dia kalah dan jadilah Bayu gabut seperti sekarang.
"Mau kopi, gak?"
"Yuk, kita ngopi aja yuk," ajak Bayu terlihat bersemangat.
"Ah, lo mah bukan Kopi Bay, tapi Susu."
Bayu mendelik, Ia melempar Rangga dengan Remot, cowok itu tak mengindar dan malah terkekeh puas. Bagi Rangga, mengusili Bayu adalah salah satu keahliannya.
"Gue ajak fight juga pasti yang menang gue, Ngga. Mending lo gausah banyak gaya."
"Masa? Buktiin kali, jangan omdo."
Bayu tak menanggapi ucapan Rangga karena Ia sedang dalam mode men scroll sosmed. ya, lebih tepatnya mengindari Rangga karena jujur saja tenaga Ia jauh di bawah Rangga.
Tak lama, seseorang bergabung bersama mereka, dari harum dan aura yang ada. Mereka tahu jika Orang itu adalah Aksa.
Mereka tidak mengajak Aksa berbicara karena cowok itu masih sama seperti kemarin, sulit di ajak ngobrol.
"Udah makan, Sa?" tanya Rangga, Ia tahu jika Aksa sering melewati makannya, makanya cowok itu sering sakit, tapi ya namanya Aksa. biarpun sakit, Ia tak memperlihatkannya dan bersikap seolah sehat.
"Hm."
Rangga melirik Bayu sekilas dan cowok itu hanya mengerutkan kening.
"Rokok udah?"
"Hm."
"Ngopi yuk!"
Aksa diam saja sambil menutup wajahnya dengan Lengan. Sepertinya Cowok itu mencoba untuk tidur.
Bayu yang melihat itu jadi gemas sendiri, Ia benar-benar tak bisa lagi diam.
"Lo tuh kenapa sih, Sa? Cewek di dunia ini bukan cuma Dia doang, Stop galau karena cewek!"
Rangga yang sedang bermain PS sontak menjatuhkan stick PS nya.
Cowok itu menatap Bayu dengan wajah tak percaya.
Aksa menjauhkan lengannya dari wajah dan menatap Bayu dengan tajam.
"Tau apa lo?"
"Bay, udah," ucap Rangga. Ia menahan Bayu agar mulut embernya tidak berbicara apapun lagi.
"Gue udah gemes banget ya sama sikap, lo." Bayu sampai menunjuk Aksa.
Rangga seketika menepuk dahinya. Ini Bayu sengaja cari mati ya?
"Lo tuh gak kaya Gini Sa sebelumnya. Ayo, lah. Kita gak bisa punya ketua yang Moody an kaya lo."
Aksa berdecak lalu mengusap wajahnya, Posisi Ia sudah bersandar di sofa sambil menatap Bayu datar.
Ucapan Bayu memang Benar. Ia tak bisa begini hanya karena seorang perempuan, tapi bisakah? Apalagi Fokus dan setiap detiknya hanya di isi oleh wajah cantik Zahra.
"Maaf."
Setelah mengucapkan itu, Aksa keluar dari Ruangan dan pergi.
"Harusnya lo jangan kaya gitu," ucap Rangga.
Bayu menghela nafas dan kembali mendudukkan dirinya di kursi.
***.
"Kenapa lo?"
Aksa mengabaikan Devan. Ia menatap ke bawah dengan sedikit Kosong. Ya, Devan memang berada disini.
Di Rooftop.
Cowok itu sedang menyesap sebuah Benda bernikotin itu dalam-dalam dan sesekali menghembuskan asapnya lewat mulut.
Biasanya Devan tidak begini. Tapi untuk beberapa alasan, dia akan menjadi perokok aktif.
"Jatuh cinta itu ribet ya?"
Aksa menoleh, menatap Devan yang berbicara tanpa menatapnya. Cowok itu hanya menatap langit dengan tatapan lurus.
"Gak juga."
Devan mendengus.
"Jujur aja sama gue. Masalah lo bukan cuma tentang Zahra, kan?"
"Gue gak tau."
Devan mematikan rokoknya dan menginjaknya pelan.
"Ada gue, Sa."
Aksa menatap Devan dengan tersenyum tipis.
"Gue tau."
Devan menepuk Pundak Aksa pelan dan berlalu meninggalkan Aksa sendiri. Devan tau jika Aksa sedang ingin sendiri.
Aksa terdiam, berfikir tentang Devan. Selama ini, hanya cowok itu yang mengerti tentang dirinya.
Devan memang sahabat yang baik.
Bunyi dentingan ponsel membuat fokus Aksa sedikit teralihkan.
Tertera nama seseorang disana yang selalu menghantui pikirannya.
Hai, Aksa
Bisa kita ketemu?
Mata Aksa melebar dengan Jantung yang berdetak sangat cepat. Sial, Apakah orang itu tidak tahu jika Aksa menunggunya?
Tanpa Babibu, Aksa segera berlari ke bawah untuk mengambil motor. Setelahnya, Ia meng-gas motornya, mengabaikan pertanyaan Rangga yang juga ingin memakai motor.
"Tuh, kan. Aksa pundung tuh ama lo," ucap Rangga Pada Bayu.
Mereka memang ingin keluar untuk mencari makan.
"Ya gue gak bermaksud," ucap Bayu menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Di lain tempat, Aksa terlihat memacu motornya dengan sangat cepat, Ia tak peduli dengan berbagai pengendara yang membunyikan Klakson atau mengumpatinya.
Karena ia mempunyai tujuan yang lebih penting dari itu semua.
Jantungnya bahkan tidak berhenti berdegup sangat kencang. Seakan-akan benda hidup itu akan loncat dari tempat Asalnya.
Saat melihat sebuah Danau, Aksa makin mempercepat laju motornya. Ia sejenak memarkirkan benda Besi itu di dekat pohon lalu berjalan dengan pelan ke seseorang yang sedang duduk di Bangku dekat danau.
"Zahra?"
Seseorang yang di panggil--dengan hijab dan Baju yang menutup itu menoleh. Seketika, Aksa bisa kembali melihat wajah cantik itu lagi.
Wajah yang sangat menyita Fokusnya.
"Aksa?" ucap Si gadis dengan tersenyum, manis sekali sampai Aksa sulit mengalihkan matanya.
Zahra seketika bangkit berdiri sementara Aksa berjalan semakin mendekat. Cowok itu diam, tak bisa berkata apa-apa. Hanya saja hatinya sekarang tenang.
"Hai, lama ya gak ketemu."
Setelah Zahra mengatakan itu, Ia merasakan sebuah dekapan hangat dan aroma harum maskulin dari Aksa.
Cowok itu memeluknya.
Aksa memejamkan matanya. "Kenapa lama banget?"
***
"Aku belajar masak," ucap Zahra sambil mengeluarkan sebuah kotak bekal dari tas yang di bawanya.
Aksa hanya tersenyum melihat itu.
"Kenapa lo suka banget kasih gue makan?"
Zahra menatap Aksa lalu tersenyum. "Biar kamu sehat."
"Emang gue keliatan gak sehat?"
"Mmm, Maybe?"
Zahra terkekeh pelan. Ia menyodorkan sesendok Nasi plus Lauk ke depan mulut Aksa.
Aksa menatap itu dengan alis terangkat. Ia menatap lauk itu yang tak lain adalah Sayur Brokoli dan Ayam.
"Makan, kamu harus coba masakan aku."
Aksa menerima suapan itu dan mengunyahnya perlahan. Ia tidak suka sayur, tapi demi gadis cantik ini, Aksa rela memakannnya.
"Lo kemana?" tanya Aksa setelah menelan makanannya.
"Aku gak kemana-mana," jawab Zahra dan kembali menyuapi Aksa.
Aksa diam. Matanya Tak lepas dari wajah Zahra, seakan jika dia mengalihkan wajahnya, Zahra akan hilang lagi. Dan Aksa tidak mau itu terjadi.
Aksa mengaku jika Ia benar-benar telah Jatuh Hati Pada Zahra. Gadis yang pertama kali memikatnya dalam sekali pandang. Jika Gadis lain berlomba-lomba membuka auratnya untuk menggoda laki-laki, maka justru Zahra sebaliknya. Ia sederhana, tapi begitu Indah untuk Aksa.
Zahra adalah Definisi cantik yang sesungguhnya.
Sedangkan Zahra tersenyum menatap Aksa. Ia tau jika ada banyak pertanyaan di benak cowok itu, tapi Zahra tak bisa menjawabnya sekarang.
"Aku beneran gak pernah kemana-mana, Aksa. Aku selalu ada di dekat kamu."
*****