"Mau kemana?"
Aksa mematikan mesin motornya lalu menatap Kedua sahabatnya yang terlihat gelisah.
Devan kembali menghela nafas, mengerti jika Aksa pasti akan marah.
Sama dengan Bayu yang terlihat takut.
"I-itu Sa, D-devan M-mau."
"Zahra. Dia tadi kesini terus pulang sendiri."
Butuh waktu beberapa detik untuk Aksa mencerna semuanya. Hingga terdengar umpatan kasar dari bibir Aksa.
"Kok kalian biarin?" marah Aksa. Ia mengeram rendah lalu memukul stang motornya. Lalu dalam waktu se-perkian detik, motor sport itu pergi lagi dari halaman.
"Lo harus siap-siap ngaku tentang kesalahan lo."
Bayu menghela nafas berat. Sepertinya Ia Harus siap menjadi Samsak hidup Aksa.
***
"Bos! Ada cecan tuh."
"Mana?"
Tiga orang Laki-laki dengan motor besarnya menatap Sosok gadis cantik yang sedang berjalan dengan lesu.
"Buset... Ukhti bos!"
Laki-laki dengan rahang tegas dan alis tebal yang di panggil Bos itu menyeringai melihat mangsanya menghampiri lebih dulu.
"Keliatannya masih perawan."
"Yaiyalah! Yakali Ukhti nakal."
Dua orang lainnya terkekeh jahat, lain dengan Laki-laki tadi yang langsung tancap gas menghampiri gadis dengan baju menutupi auratnya itu.
"Buset. Si bos garcep banget kalo soal ginian."
"Hai cewek!" sapa laki-laki itu.
Gadis yang tidak lain adalah Zahra itu terkejut bukan main. Ia tadi sedang memikirkan tentang Keadaan Aksa hingga tak sadar jika Di perhatikan oleh orang. Dan orang itu bukan orang baik. Zahra menatap penampilan laki-laki itu yang terlihat seperti seorang preman. Jika Aksa yang memakai tentu Zahra tak akan takut, Ia justru nyaman-nyaman saja. Namun berbeda sekali dengan laki-laki ini.
"Nama lo siapa?"
Zahra memundurkan tubuhnya dengan ekspresi takut.
"Kok malah menghindar?" laki-laki itu terkekeh melihat raut wajah Zahra. "gue gak jahat, kok. Cuma mau kenalan aja. Siapa tau bisa booking hotel bareng, kan?"
Zahra semakin tidak nyaman, ia meremas tali ranselnya dengan pandangan menunduk. Seharusnya Ia tidak nekat kesini jika tau akan begini jadinya.
Tadi saat berangkat kesini tentu aman-aman saja karena Zahra naik Go Car. Tapi sekarang mana bisa?
"Jangan ganggu saya."
Laki-laki itu tersenyum lalu turun dari motornya membuat Zahra melotot panik.
"Lucu banget sih? Gue kan cuma mau tau nama lo."
Laki-laki itu baru ingin menyentuh tangan Zahra namun sebuah suara bernada dingin dan Datar terdengar tegas menginterupsi mereka.
"Sekali lo sentuh, gue pastiin tulang lengan lo gak akan ada di posisi semula."
Laki-laki itu menarik kembali tangannya dan berbalik badan.
"Aksa?" decih Laki-laki itu terdengar tak suka.
"Mau ikut campur urusan gue lagi? Gak bisa ya urus hidup lo sendiri aja?"
Aksa menatap Tajam Laki-laki itu.
Dia adalah orang yang sama yang telah membuat Ia masuk rumah sakit kemarin.
Xavier.
Entah berapa lagi benci yang akan Aksa berikan pada laki-laki itu.
Melihat Aksa, Zahra Langsung berlari ke arahnya sambil menatap Aksa dengan wajah menahan tangis.
"Aksa," lirih Zahra sambil bersembunyi di belakang tubuh Aksa sambil Memegang bagian bawah jaketnya.
"Lo gapapa?" Aksa bertanya balik tanpa menghilangkan nada cemasnya.
Zahra menggeleng pelan, Ia merasakan jika tangan Aksa mengusap kepalanya lembut.
"Lo jauh-jauh dari sini ya, gue mau hajar orang kurang ajar itu."
Zahra ingin sekali melarang Aksa namun tatapan mata Aksa terlihat sedang menahan Amarah.
Zahra menghela nafas lalu mengangguk, Ia berlindung di belakang pohon yang cukup jauh dari mereka.
"Pacar lo?" tanya Xavier.
"Bukan urusan lo," balas Aksa Dingin.
"Cantik ya pacar lo, udah di apain aja?"
Rahang Aksa mengeras, tatapan tajamnya semakin terlihat mengerikan karena merasa Marah dengan ucapan Xavier yang terdengar menjatuhkan Zahra.
"Bangsat!"
Bughh!
Aksa meninju wajah Xavier.
"Mulut sampah lo bahkan gak pantes buat ngomong sama dia," desis Aksa lalu melayangkan pukulan ke arah perut membuat Xavier terbatuk.
Xavier tidak tinggal diam, Ia ikut melawan namun Aksa lebih dulu menangkis gerakannya seperti bisa membaca arah pikiran Xavier dan sialnya tenaga Aksa terasa sangat kuat.
Xavier membatin dalam hati. Pantas Saja Aksa di juluki tahan banting oleh orang-orang.
"Jangan ganggu Dia lagi atau lo bonyok di tangan gue," ucap Aksa pelan namun penuh penekanan yang membuat Setiap orang berfikir dua kali untuk melanggarnya.
Xavier mencoba melepaskan tangannya Membuat Aksa melemahkan kekuatannya, namun Kembali kuat saat melihat seringai Xavier.
"Gue gak main-main, anjing!"
Xavier menatap Aksa dengan mata memerah. Ia berjanji akan membalas cowok ini.
"Oke," jawab Xavier.
Lalu Aksa melepaskannya dengan mudah membuat Xavier segera pergi dari sana setelah menghampiri motornya.
Aksa Xavier juga di ikuti oleh kedua temannya tadi.
Aksa mengatur nafasnya yang terengah kemudian Ia mendengar suara lembut seseorang.
Aksa menoleh, melihat sosok gadis cantik yang sudah membuatnya hampir kelepasan.
"Aksa." Zahra menubruk tubuh Aksa, tidak peduli dengan sekitar dan juga dosa. Ia benar-benar merasa antara takut dan khawatir.
Dan itu juga membuat Aksa tau Jika Perasaan itu memang nyata adanya.
Bahwa Aksa benar-benar menyayangi gadis dalam pelukannya ini.
***
"Lain kali bilang dulu kalo Mau dateng," ucap Aksa entah sudah yang ke-berapa kali pada Zahra yang asyik melahap es krim nya.
"Iya-iya, Ish! kamu bawel," ucap Zahra sambil menekuk bibirnya ke bawah.
Aksa yang melihat ekspresi lucu gadis itu Seketika tersenyum dan mengusap Kepala Zahra, Lagi.
"Kamu udah sembuh?"
"Kalo Ada Lo gue pasti Sembuh."
blush!
Pipi Zahra merona merah, Ia tidak Tau jika Aksa bisa menggombal juga. Zahra mengalihkan pandangan ke samping guna Menghindari tatapan Aksa yang terlihat teduh di bawah pohon rindang.
"Zahra?" Panggil Aksa.
"Iya, kenapa?" tanya Zahra sambil kembali menatap Aksa karena merasa jika pembicaraan mereka cukup serius.
"Tentang kemarin itu bisa gak kita lupain, ya anggap aja Kita gak tau tentang 'hal itu' dan berteman seperti biasanya."
Zahra telah selesai menghabiskan es krimnya dan tersenyum sambil menatap langit.
"Gapapa Kan Kalo kita beda? Bukannya negara kita menjunjung tinggi Bhineka tunggal ika?"
"Iya."
"Yaudah, kalo gitu kita gak perlu khawatir."
Aksa mengangguk, mengikuti Cara Zahra menatap Langit lalu menghela nafas pelan.
"Gue nyaman sama lo."
Zahra menoleh, memastikan jika pendengarannya tak salah, namun yang dia lihat Adalah Aksa yang menatap lurus ke atas memperlihatkan Rupa Wajahnya yang menawan membuat Zahra Mengelus dada pelan.
"Sebagai Teman Maksudnya," ralat Aksa cepat. Padahal dalam hati berkata lain.
Zahra mengukir senyum.
"Aku juga, Aksa. Karena walaupun kamu Nakal dan berandal." Zahra sejenak menatap Aksa yang terlihat terdiam. "kamu tetap cowok baik yang aku kenal, tetap jadi orang baik ya Aksa, jangan berhenti walaupun orang mandang kamu jahat."
Karena bagi Zahra, Aksa adalah malaikat penolong nya.