Chereads / AKSARA (Aksa Dan Zahra) / Chapter 3 - 3. Bertemu Lagi

Chapter 3 - 3. Bertemu Lagi

Zahra menyusuri jalan yang menjadi tempat Ia melihat dengan jelas tindakan kriminal itu. Namun bukan itu yang menjadi Fokus ingatannya, namun Sosok Aksa.

Zahra bingung. Bagaimana bisa seorang cowok tampan sepertinya melakukan tindakan yang mencelakai orang lain.

Padahal.. Ah, sudahlah.

Sebagai seorang perempuan, sebenarnya Zahra tidak munafik jika Ia menyukai cowok ganteng. Bukan, lebih tepatnya mengagumi. Tapi Ia ingat kata Umma nya.

Ya, sekadar senang saja melihatnya tak apa, kan?

Dan jujur.. Zahra ingin bertemu lagi.

"Zahra!"

Gadis itu berbalik badan dan menemukan sahabatnya.

"Icha." Zahra tersenyum sedangkan sosok Icha itu memeluknya.

"Kangen banget sama kamu," ucap Icha sedikit mencebik.

Zahra terkekeh. "Ya kan aku emang ngangenin."

Icha tersenyum simpul. "Mau kemana?"

Zahra berfikir sebentar, sebenarnya Ia hanya ingin jalan-jalan karena suntuk di rumah.

Tenang saja, Ia tak takut akan Gangster karena mereka hanya ada pada malam hari.

"Aku mau Beli es krim, mau ikut gak?" ajak Icha.

"Boleh, tuh. Aku juga lagi pengin, nih."

"Yuk!" Icha menggandeng tangan Zahra lalu mereka berjalan meninggalkan tempat itu.

Tidak tahu saja Jika ada motor sport yang baru saja berhenti di belakang mereka.

Dia Aksa.

"Ngapain gue kesini, sih?" tanya Aksa pada dirinya sendiri. Tidak tahu mengapa, Ia keluar dari barisan motor para sahabatnya dan random mampir kesini.

Aksa sejenak terdiam. Matanya meneliti tempat itu berharap Mendapat jawaban atas keresahan hatinya.

Aksa tidak tahu, Namun Ia merasa ingin bertemu lagi dengan Zahra

***

"Beli yang rasa apa, Ra?"

"Strawberry aja."

Icha mengangguk dengan tangan mencari-cari es krim yang di maksud.

"Cha. Aku mau keliling, ya."

Icha yang dalam mode serius hanya mengacungkan jempolnya.

Zahra mengelilingi supermarket, Ia sedang mencari Mie instan. Mumpung Umma dan Abba nya sedang di luar dan Kakaknya di rumah nya sendiri.

Azizah memang sudah menikah. Perempuan cantik itu ikut tinggal di rumah suaminya dan sekarang sudah hamil 4 bulan.

Jangan tanya bagaimana menderitanya Ia menuruti ngidam Sang Kakak. Bahkan, Zahra merasa jika Kakaknya itu hanya menyusahkannya saja.

Mungkin ini hanya perasaannya.

"Beli yang mana, ya?" seperti biasa, Zahra akan bermonolog. Di tangannya ada dua bungkus Mie berbeda merk dan rasa.

Sekali-kali, Ia ingin memakan Mie instan.

"Yang rasa ini enak kali, ya?" ucap Zahra sambil memasukkan Mie itu ke dalam keranjang, namun Satunya lagi juga Ia masukkan karena dilema.

"Udah Belum, Ra?" tanya Icha berjalan mendekati gadis itu.

"Udah."

"Kamu beli Mie? Emang boleh sama Umma?"

"Aish." Zahra cemberut. "Ya kamu jangan Bilang-bilang sama Yang lain."

Icha memutar bola mata malas. Ia lagi yang akan menjadi kambing hitam.

"Tapi serius deh, Ra. Lo tuh gak boleh makan sembarangan."

"Aku Baik-baik aja, Cha," ucap Zahra Berjalan ke jajaran jajan dan mengambil camilan disana.

Icha yang ada di belakangnya hanya tersenyum masam.

"Kamu bakal sekolah kalo Baik-baik aja," gumamnya sangat pelan.

***

"Kakak kok ada disini?" tanya Zahra panik saat melihat sosok Kakaknya. Seperti biasa, perempuan hamil itu sedang menonton TV.

Zahra jadi heran. Memang Azizah tidak punya TV ya di rumah? Huff, memang menyebalkan.

"Kakak mau minta tolong."

Zahra menyembunyikan bungkusan plastik di belakang tubuhnya lalu mengangkat alis.

"Apa?"

Azizah tersenyum singkat lalu mencolek dagu adiknya membuat Zahra mengernyit.

"Nih," ujar Azizah sambil menyodorkan sebuah Rantang.

Hah?

Zahra melongo.

Ini kakaknya aneh sekali. Padahal Kan Zaman sudah modern. Masa pake Rantang Susun?

"Anterin ke Suami Kakak."

"Dih?" respon Zahra.

"Anterin, dek," ucap Azizah dengan melirik plastik di belakang tubuh Zahra.

"Kakak tau kalo kamu beli yang enggak-enggak."

"Enggak, kok," elak Zahra semakin menyembunyikan plastik besar itu.

Azizah hanya tersenyum licik melihatnya.

"Iyadeh," hela Zahra menatap malas kakak kandungnya itu.

"Emang kemana, sih?"

"Ke Gym."

"Kan bisa pake Go Send."

"Kakak maunya kamu yang nganter. Eh bukan, Ini permintaan Baba," ucap Azizah kembali duduk sambil memencet-mencet remote.

"Ini Permintaan Baba," cibir Zahra pelan.

"Iyadeh. Zahra yang nganter." Zahra berjalan ke kamarnya untuk menaruh plastik itu. Ia tidak mau Kakaknya itu memakan camilannya. Apalagi jika tiba-tiba Umma dan Abba nya pulang dan melihat ini.

Bisa habis dia di ceramahi Sang Umma.

"Mana alamatnya?" tanya Zahra.

"Gym deket sini, Dek. Gajauh, kok. Kakak juga udah pesenin gojek." penjelasan itu membuat Zahra mengernyit.

"Kalo gitu kenapa bukan Kakak aja yang nganter?"

"Kakak maunya juga gitu tapi ini permintaan.."

"Baba."

Azizah tersenyum manis sedangkan Zahra mendengus pelan.

***

"Rame banget," komen Zahra. Ia sudah berada di depan Gym dan berdiri dengan membawa Rantang seperti anak hilang.

"Disini kan pasti isinya cowok semua."

Zahra menghela nafas lalu membuka bungkusan es krim nya. Ia memilih duduk di kursi dekat situ sambil menikmati es krim.

Terlebih dahulu Ia menaruh Rantang dan satu tangannya membuka ponsel untuk menghubungi Suami kakaknya.

Bisa saja Zahra masuk, tapi Ia takut dosa mengingat bahaya nya roti sobek yang pasti ada banyak di dalam.

Call Arya.

Zahra menunggu sambil menyendok es krim nya untuk kesekian kali. Beberapa kali Ia mendapat tatapan dari beberapa cowok yang lewat. Zahra sebenarnya Risih, tapi mau bagaimana lagi?

Lagian Kakaknya ini benar-benar aneh. Orang olahraga tuh di dukung mengurangi makanan, lah ini malah di suruh makan.

Memang terkadang Zahra pun merasa jika Kakaknya itu mengada-ada.

"Zahra!"

Zahra menoleh, disana Ia bisa melihat Bang Arya, Kakak iparnya yang sedang melambaikan tangan. Sejenak Ia mematikan Sambungan telponnya dulu, Bang Arya memang tipe laki-laki yang peka.

"Nunggu lama, Ra?" tanya Arya begitu Zahra di depannya.

"Enggak kok, bang," ucap Zahra lalu menyerahkan Rantang itu.

"Duh, kayaknya Percuma deh Abang nge Gym." Zahra terkekeh pelan membuat Arya ikut terkekeh.

"Maaf ya Bang. Kak Zizah emang random banget orangnya," ucap Zahra meringis pelan.

"Gak apa-apa kok, Ra. Abang malah seneng liat perhatian Kakak kamu."

Zahra mengulum senyum. Ah, pasangan ini memang paling manis.

"Zahra kesini naik apa?"

"Ojek. Kayaknya Zahra mau jalan aja deh pulangnya, biar jalan-jalan juga."

Arya terlihat mengernyit tak setuju.

"Bahaya lho, Ra. Abang antar aja, ya?"

"Gausah Abang. Zahra bisa sendiri."

"Gak bisa."

Zahra menatap Abang nya dengan Puppy eyes yang konon menggoyahkan iman.

"Please. Kapan lagi Zahra bisa bebas?"

Arya terdiam, perlahan tersenyum lalu laki-laki tampan itu mengacak rambut Zahra dengan gemas.

"Iyaa.. Abang izinin kamu pulang sendiri tapi hati-hati, ya?"

Zahra segera memasang posisi tegap lalu Hormat dengan tampang serius membuat Arya menggeleng pelan.

"Bye abang!" pamit Zahra melambaikan tangan Pada Arya yang terus memperhatikannya. Memastikan Zahra pulang dengan Aman.

Zahra mengangkat bahu, kembali Berjalan dengan pelan namun entah berasal dari mana, Sebuah motor menyerempet tubuhnya Hingga jatuh ke aspal.

Sumpah ya! Ini motor siapa, sih? Padahal kan Zahra sudah jalan di pinggir.

"Eh Bayi!! Lo nabrak orang peleh!"

"Gak sengaja sumpah!!"

Zahra meringis sambil memegangi kain lengannya yang sobek. Ia melirik ke arah pintu masuk Gym dimana Bang Arya sudah tidak ada disana.

Zahra menghela nafas lega.

"Lo gapapa?" sebuah tangan Terulur di depan wajah Zahra membuat gadis itu mendongak.

"Aksa?"

Aksa, cowok itu Seketika terdiam saat melihat siapa gadis ini. Padahal hatinya sudah menerka jika Itu adalah Dia.