SETELAH menghabiskan waktu di tempat kerjanya, Daniel merasa energinya terkuras banyak saat ini. Dia pun berjalan sambil menutup pintu minimarket, dengan ransel yang dia gendong sebelah.
Dilihatnya lampu kedap kedip itu. Entah kenapa, jika dia meninggalkan pekerjaannya ini, akan sedikit membuat dirinya merindukan tempat itu. Pasalnya, Daniel sudah lama bekerja di sana.
Untuk mengistirahatkan tubuhnya, Daniel berjalan menghampiri cafe di dekat rumahnya. Seorang Waitress melambaikan tangannya. "Hey," panggilnya dengan hangat. Daniel menatapnya dengan setengah sadar, karena pikirannya cukup penuh.
Cafe tersebut selalu ramai, dan sekarang lebih ramai lagi. Daniel yang baru datang saja, sudah ada banyak gadis yang berlari sambil berebut tempat duduk. Hal itu dilihat Lupin.
"Daniel, sepertinya kamu tidak akan dapat kursi kali ini," ucapnya sambil mendekati Daniel sejajar. Menatap para gadis-gadis yang baru saja legal itu.
Daniel menggelengkan kepalanya.
"Kamu bantu aku saja. Akan boss aku bayar satu hari full karena banyak pelanggan. Aku akan bicara padanya terlebih dahulu. Kamu tunggu dulu di sini, ya," ucapnya. Lupin masuk untuk berbicara kepada pemiliknya.
Daniel mengangguk. "Bagaimana dia tidak bertanya dulu aku mau atau tidak. Hm, ramai juga, ya. Kerja di sini pasti melelahkan," ucapnya pelan yang terdengar Lupin tidak sengaja.
Lupin pun membisikan sesuatu. "Tapi gajinya dua kali lipat gajimu," bisiknya.
"Hey, sejak kapan kamu di situ? Suaramu berjalan tidak terdengar gara-gara tempat ini sangat bising," kata Daniel sambil mengorek-ngorek kupingnya.
"Ck, dasar," jawabnya. "Daniel, bagaimana?" tanya Lupin memberi kode.
"Apa?" tanya Daniel bingung.
"Kerja di tempat ini. Jangan hari ini saja. Tapi datanglah besok dan seterusnya," kata Lupin dengan tersenyum.
"Heh! Kata siapa aku mau kerja di sini setiap hari?" jawabnya dengan terkejut.
"Ayolah, aku tahu kamu sedang butuh pekerjaan, 'kan?" katanya kembali.
"Betul. Aku kerja di sini saja, deh. Lagian gajinya lumayan dan dekat rumahku," ungkapnya cepat.
"Baiklah. Bosku sudah membolehkanmu bekerja mulai besok juga," kata Lupin sambil tertawa senang.
"Ah, sepertinya besok aku tidak bisa. Aku boleh keluar dari pekerjaanku setelah mendapatkan gantinya. Dan itu, pemiliknya ingin aku yang menemukan penggantinya," jawabnya dengan lesu.
"Wah, kamu anak emas juga, ya. Walaupun sering di marahi," kata Lupin sambil memukul punggung Daniel pelan.
"Aku berjanji. Aku akan bekerja di sini setelah mendapatkan gantinya di minimarket. Apakah itu boleh?" tanya anak dengan tas yang dia gendong bagaikan anak SD itu.
"Boleh, Daniel. Tapi, jangan lama-lama, ya," ucap pemilik cafe ini. Suaranya yang keras menggelegar mengejutkan Daniel.
"Hah! Aku terkejut kedua kalinya," ucap Daniel yang dibalas tawa renyah kedua pria di sampingnya itu.
"Malam ini kamu sibuk?" tanya pemilik cafe tersebut.
Daniel menggelengkan kepalanya, dengan mata penuh harap.
"Hahaha. Baiklah, bocah. Kerja bersamaku malam ini. Aku akan bayar seperti gaji sehari," katanya sambil memasuki ruang dapur. Dia berbalik arah. "Lupin, berikan dia pekerjaan mengantarkan makanan itu," sambungnya.
"Baik, Pak," jawabnya cepat sambil menjewer telinga Daniel karena seperti orang yang kebingungan sedari tadi.
"Aaaa! Sa-sakiiittt!" teriaknya.
Setelah melihat-lihat seluruh ruangan cafe tersebut, Daniel mulai mengerti. Saat bekerja di tempat ini nanti, dia harus mengerjakan apa saja. Jangan sampai diam. Begitulah pikirnya.
"Daniel, bawakan hidangan ini untuk meja nomor 14," kata Lupin sambil membawakan nampan berisi mie pedas asia.
"Baik," jawabnya cepat dengan langkah kaki hati-hati.
Daniel sudah berada di meja yang dituju.
"Mie asia original dan pedas sudah datang. Untuk minuman dan cake nya, akan kami antarkan sebentar lagi. Mohon untuk menunggu, ya. Karena pelanggan kami sedang banyak saat ini," kata Daniel dengan ramah pada gadis-gadis berbaju mini itu.
"Hey, kamu orang baru, ya?" tanya seorang gadis paling pendek.
Daniel menjawabnya dengan anggukan pelan.
"Kamu sangat tampan," ucap seorang gadis paling dingin di antara mereka. "Tapi culun," sambungnya yang di susuli dengan gelak tawa puas lima wanita tersebut.
Daniel tidak menghiraukan hal itu. Dia sudah sering mendengarnya saat di sekolah maupun minimarket.
Lupin menunggunya. Dan saat Daniel menghampiri Lupin, Lupin berbicara. "Jangan dengarkan mereka. Mereka memang suka menggoda pria dan sangat sering datang ke tempat ini. Jadi, dia merasa asing denganmu sepertinya," ucap Lupin. Memupuk bahu Daniel pelan.
"Ck, cara menghiburmu, seperti pada anak yang baru pertama kerja saja. Aku sudah tahu dan di minimarket lebih mengerikan," jawabnya sambil menyenggol perut Lupin dengan sikunya, pelan.
"Hahaha. Kamu benar. Menjadi kita memang diperlukan kesabaran ekstra, ya. Tapi kita jadi tahu, keegoisan bermacam-macam manusia," ucap Lupin sambil memandangi orang-orang yang sedang makan itu.
"Tidak semuanya. Ada yang baik juga," kata Daniel dengan semangat.
"Tidak semua, tapi hampir semua. Ya, namanya juga bekerja. Di tempat apapun, kita akan berhadapan dengan orang semacam itu," kata Lupin. Memegang pundak Daniel. Mengajaknya mengantarkan beberapa pesanan kembali.
"Aku tidak mau bekerja, mau rebahan saja di rumah," celetuk Daniel.
Lupin mencubit bibir Daniel bagaikan bebek. "Kalau begitu, siap-siap jadi gembel!" sentaknya dengan kasar.
"Bercanda, hehehe," kata Daniel cengengesan. Mengusap-usap bibir yang Lupin cubit.
***
Langit sudah semakin pekat. Para pelanggan sudah meninggalkan kursinya masing-masing. Kini, hanya ada para pelayan cafe di sana. Termasuk, Daniel.
Mereka kompak membersihkan meja yang lumayan berantakan. Dengan sabar, Daniel juga ikut membereskannya.
Hingga tiba mata Daniel melihat hal menjijikan. "Lupin, apa itu? Siapa seseorang yang memuntahkannya?" tanya Daniel sambil menutupi hidungnya dengan kain. Para pelayan lain pun, menutupi hidungnya masing-masing.
Lupin mendaratkan lututnya di lantai, dengan pembersih dan lap. Dia dengan berani membersihkan bekas muntahan orang lain. "Selalu ada yang seperti ini. Memuntahkan di tempat yang tidak seharusnya. Aish, menambah pekerjaan saja," kata Lupin.
"A-apakah kamu tidak merasa jijik?" tanya Daniel yang masih setia menutupi hidungnya.
"Jijik! Jijik sekali! Tapi tidak ada yang mau membersihkan ini jika bukan aku. Aish, harusnya separuh gaji kalian berikan padaku," kata Lupin sambil memutar bola matanya dengan cepat.
Daniel dan yang lain terus menatap Lupin.
"Argh! Apa yang kalian lihat? Kalian ingin menggantikan aku?" tanyanya pada Daniel dan rekan-rekannya.
Mereka menolak dengan kompak dan cepat membereskan kursi dan meja.
"Kalau begitu cepat selesaikan supaya cepat pulang," perintahnya.
"Baik. Baik," jawab mereka.
Pak Esa-pemilik cafe menghampiri pegawai-pegawainya. "Eh, ada apa ribut-ribut? Cepat selesaikan pekerjaan kalian," kata Pak Esa dengan tersenyum.
"Ah, ada yang muntah di sini lagi, ya? Dia ini sengaja atau apa? Teman-teman, harusnya salah satu dari kalian mengawasi para pelanggan supaya hal ini tidak terjadi lagi, ya?" kata Pak Esa sambil memegang pundak Daniel.
"Ah, baik, Pak," jawab Daniel dengan gugup.
"Ini gaji untukmu hari ini. Saya harap, kamu secepatnya menjadi pegawai di sini, ya. Seperti yang dikatakan Lupin, kamu cukup pekerja keras," kata Pak Esa.
"B-baik, Pak," jawabnya.