Chereads / Nemesis Book / Chapter 14 - Farewell

Chapter 14 - Farewell

DEG!

"Ti-tidak. Itu bukan apa-apa," elak seorang Daniel. Matanya tidak bisa diam sama halnya dengan jantungnya saat ini. 

Rachel memaksa matanya untuk mengintip laci tersebut, namun tangan Daniel secepat kilat menutupinya kembali. 

'Cih, kamu menyembunyikan itu padaku dan aku sudah terlanjur melihatnya,' batin Rachel. 

Matanya menatap keringat Daniel yang datang lebih cepat dari pada keberuntungannya. "Kenapa terus ditutupi? Kamu pikir aku tidak tahu, bodoh! Cepat berikan buku itu padaku!" perintah Rachel yang membuat Daniel menatap wanita itu dua kali lipat lebih takut.

'Benarkah? Dia melihatnya? Bagaimana ini? Mampus aku!' umpatnya kepada diri sendiri. 

Rachel mengangkat alisnya sebelah, untuk memberi isyarat tentang buku Daniel yang harus ditunjukan saat itu juga. 

"Hey! Tenang saja. Aku tidak akan memberitahumu. Itu bukan komik, 'kan?" tanya Rachel memastikan. Tubuhnya mendekat hingga menampakan bibir yang semakin ingin menyentuh laki-laki di hadapannya. 

'Dasar mengerikan! Begitukah dia merayuku?' batin Daniel marah. 

"Cintaku hanya untuk gadis itu. Kamu, jangan berusaha mendapatkanku. Kamu ... gagal!" jawab Daniel percaya diri. 

Rachel memundurkan tubuhnya dan duduk seperti semula. Tidak lupa dengan kedua tangannya yang dimasukan. Dirinya menahan senyum. "Hey! Siapa juga yang suka kamu? Aku hanya penasaran, ya. Dengan majalah dewasa milikmu. Hahaha. Ayolah, Daniel, kamu memiliki itu, 'kan? Wah! Wah! Sebenarnya aku tidak perlu terkejut walaupun gagal, tapi aku tahu. Terkadang, anak polos sepertimu lebih liar dari yang orang lain bayangkan. Bagaimana? Aku benar?" kata Rachel lebih percaya diri lagi. Wanita dengan tubuh tinggi itu tidak menebak baik buku yang dilihatnya ternyata. 

Daniel merasa lega. "Ah, hahaha. Bi-bisakah kamu menyimpan rahasia ini? A-aku hanya meminjam dari temanku," kata Daniel berusaha berpura-pura gugup. Entahlah. Hanya itu yang bisa Daniel jawab walaupun harga dirinya kini mulai terkoyak. 

"Hahaha. Wah, Daniel! Aku masih tidak menyangka. Baiklah, tapi apa yang bisa kamu lakukan untuk biaya tutup mulutku?" tanya Rachel mendekat kembali. Cara dia mendekat benar-benar membuat Daniel risih. 

"Aku akan menjodohkanmu dengan salah satu guruku. Tampaknya, kamu butuh seseorang untuk menemanimu, ya? Aku akan berusaha," jawabnya sambil menutupi laci buku dengan punggungnya. 

Rachel menyipitkan mata tanda tidak suka. 

"Kenapa? Tidak mau, ya? Baiklah, kalau begitu jangan itu," kata Daniel karena melihat penolakan yang jelas dari wajah wanita berumur 25 tahun tersebut. 

"Aku tidak tertarik pada pria tua," jawabnya singkat. 

"Tapi dia selisih lima tahun lebih tua denganmu. Kalau tidak mau tidak apa-apa," jawab Daniel sambil berdiri dengan tangan membantu Rachel pergi dari rumahnya. 

"Tunggu! Apa dia tampan?" tanya Rachel sembari memundurkan tubuhnya yang di dorong maju keluar rumah oleh Daniel. 

"Dia sangat tampan. Ini fotonya," ucap Daniel sembari memperlihatkan foto guru laki-laki berusia 30 tahun itu. 

"MAU!" jawab Rachel cepat dan lantang. 

"Baiklah. Jadi jaga rahasiaku, ya?" kata Daniel dengan gugup. 

Rachel sedang menempelkan lipstik merah di bibirnya sambil mengalunkan nada yang keluar dari mulutnya. "Iya, aku tahu," jawabnya centil. 

"Kamu akan pergi ke rumahmu sekarang?" tanya Daniel dengan tampang sayu dan polos. 

Rachel melirik Daniel seketika. "Aku akan bertemu pria itu. Kami harus bermalam di sana, bukan?" kata Rachel bersamaan dengan tawa menakutkannya. 

"Untuk apa? Jangan, kak," kata Daniel melarang wanita itu cepat. 

"Bodoh! Ya pulang ke rumah, lah. Lihat! Jam itu sudah bergerak lebih jauh, 'kan? Harusnya aku pulang satu jam lebih cepat, tahu. Kamu harus membayar satu jam tambahan seharusnya. Tapi tidak apa-apa untuk sekarang. Karena kamu berniat memberikan pangeran itu padaku. Hah, senangnya!" kata Rachel yang berjalan pulang gembira sambil menggendong tas di lengan miliknya. 

Melihat kelakuan Rachel, Daniel tampak menggelengkan kepalanya heran. "Haruskah aku membatalkannya? Aku takut dia memalukanku saat bertemu Pak Guru. Tapi, jika membatalkannya, aku takut dia memberitahu Pak Adam tentang buku majalah dewasa," ucap Daniel sambil melihat buku hitam itu. "Ini bahkan lebih mengerikan dari buku yang kak Rachel maksud. Ck, mana ada aku membeli buku tidak berguna itu. Hah, menyebalkan melihat aku sendiri yang berpura-pura seperti ini. Aku cukup malu dengan reaksinya tadi," sambungnya. 

***

Sore kali ini, cukup mendung. Daniel juga cukup sibuk dengan pekerjaannya. Entah kenapa, hari ini tampak melelahkan walaupun pelanggan tidak terlalu banyak berdatangan. Punggung Daniel, sejak tadi dia usap dan menghiburnya agar tidak menyerah dan tetap kuat. 

Daniel juga terlihat kurang sehat. Pemilik minimarket ini berbaik hati karena ada simpanan di sebelah bos nya itu. 

Bos tersebut mendatanginya. "Daniel? Kamu sakit?" tanya pria dengan perut buncit itu. 

"Ah, ti-tidak apa-apa, Pak. Sebenarnya ada yang ingin saya bicarakan, Pak," jawabnya ragu-ragu. 

Melihat tatapan Daniel, pria itu langsung mengangguk paham. "Sayang, bisakah kamu menunggu sendiri di sini? Ada yang ingin kami bicarakan," kata pria itu kepada wanita cantik di sebelahnya. 

"Jangan lama-lama," jawabnya dengan suara menggoda. Permintaan tersebut di angguki. 

Kini, Daniel dan pria tersebut duduk di ruang gudang minimarket itu. Daniel menyampaikan maksudnya walaupun dengan rasa takut dan tidak enak. 

"Saya ingin mengundurkan diri, Pak. Alasannya, karena setelah sekolah saya mulai sibuk karena harus belajar tambahan di rumah. Tempat ini, cukup jauh sehingga memakan waktu yang banyak," kata Daniel. Tangannya mengepal menjadi satu. 

"Hah? Benarkah? Apakah tidak bisa dipertimbangkan lagi? Bukankah kamu butuh uang untuk biaya hidup dan sekolah adikmu? Atau, kamu sudah memiliki pekerjaan baru?" tanya pria itu dengan nada bicara yang keras namun bukan amarah. 

Daniel mengangguk pelan dan menatap pria itu hati-hati. "I-iya, Pak. Saya sudah mendapatkan pekerjaan dekat tempat tinggal saya," jawabnya hati-hati. 

Pria itu menyandarkan bahunya pada tembok. Dia melihat ke langit-langit dengan mata yang dikedipkan beruang kali. Hal tersebut membuat Daniel benar-benar merasa bersalah. 

"Ah, Pak, ti-tidak jadi kalau begitu," jawabnya tidak enak. 

"Tidak. Aku memahamimu, Daniel. Terlebih, gaji yang kamu dapatkan di sini tidak besar. Aku tahu kebutuhanmu pasti sangat banyak. Daniel, terima kasih sudah menjadi karyawan baik di tempat ini, ya. Saya sangat senang sekali kamu bekerja di sini. Namun, saya lebih senang jika kamu bekerja di tempat lebih baik dengan gaji lebih besar juga. Tapi, bisakah kami keluar dari sini setelah mendapat penggantinya? Saya ingin dapat rekomendasi dari kamu, Daniel. Saya percaya padamu," jawabnya dengan tatapan tidak biasa. 

Benar. Pria tua itu sebenarnya hanya tahu marah-marah saja pada Daniel, namun kali ini dia menunjukan sifat lainnya. Padahal, Daniel merasa dia baik karena malu dengan simpanannya. Namun, dia merasa ada hal yang berbeda pada diri bos nya itu. Daniel melihat ketulusan dari matanya. 

"Sa-saya lebih terima kasih di sini. Maafkan saya karena sudah memakan makanan tanpa izin. Sa-saya, minta maaf, Pak," kata Daniel yang berusaha memohon. Daniel memang anak yang jujur. 

"Diamlah, anak baik! Kamu bahkan memakan makanan yang sudah kadaluarsa. Daniel, aku malu. Kamu mengingatkanku padaku dulu," katanya sambil menutup mata rapat-rapat. 

"Hah? Maksudmu?" tanya Daniel yang mulai penasaran dengan kisah masa lalu bosnya tersebut. 

"Diam. Kamu tidak perlu tahu dan ambilah ini untuk dimakan dengan adikmu. Ini tidak kadaluarsa, ya. Aku berpikir untuk mengakhiri tindakan pelit kepada karyawan termasuk kamu, Daniel. A-aku, benar-benar merasa bersalah," ungkapnya sambil menangis meneriaki seisi ruangan ini. 

Wanita cantik tadi menghampirinya. "Sayang, kenapa menangis?" tanya kekasih pria itu. 

"Pergi kamu! Aku tidak ingin berbuat dosa dengan mengkhianati istriku!" katanya sambil menunjuk wanita itu keluar. 

"Hah? Apa yang kamu katakan padanya?" tanya wanita itu kepada Daniel dengan tatapan mengintimidasi. 

Daniel memberikan tatapan pada wanita itu, bahwa dia tidak mengatakan hal yang berhubungan dengannya. 

"Security!" teriak pria tua itu.