Chereads / Siren Soul. / Chapter 5 - Freedom Day

Chapter 5 - Freedom Day

SELEPAS Kelly dan neneknya berbincang mengenai pesta yang akan diadakan pagi ini. Kelly yang malam tadi sangat nyenyak tidur, dia kini mulai membuka matanya perlahan. Mata nya yang masih melihat buram sekitar. Terlihat kain merah di hadapannya. Kelly mulai mengangkat tubuhnya. Menggisik matanya dan memastikan apa yang dilihatnya sekarang.

"Hah? Gaun merah yang aku lihat kemarin malam. Nenek menyiapkan gaun ini untukku?" Ucapnya dengan terkejut dan senang.

"Nenek, apakah ini gaun darimu?" tanya nya sambil menempelkan gaun itu ke tubuhnya dan berputar-putar.

"Kamu menyukainya?" tanya Elen yang sedang melihat reaksi senang cucunya itu.

"Iya. Aku senang. Terima kasih," jawabnya dengan wajah yang cerah.

"Bergegaslah membersihkan wajah dan badanmu. Lalu pakailah gaun itu. Acara akan dimulai sebentar lagi," perintah Elen yang sedari tadi duduk di ruang tamu. 

Elen pun duduk di ruang tamu yang sedari tadi menatap bingkai foto. Di sana terdapat tiga orang dewasa dan satu bayi. Elen tampak larut dengan tatapan sendu dan jari yang mengusap lama dan pelan bingkai itu.

Tiba-tiba, seekor kuda laut mengetuk pintu. Sebutlah dia Joy. Dia menyampaikan pesan bahwa Elen mendapatkan perintah mendadak dari Poseidon–Raja laut. Saat Kuda laut dan Elen berbincang, Kelly keluar dari kamar dengan gaun merah indah yang menambah kecantikan Kelly. 

"Kelly, nenek meminta maaf. Ada pekerjaan mendadak. Tidak apa-apa jika hanya bersama teman-temanmu?" tanya Elen dengan wajah yang merasa bersalah.

"Ah, iya. Ti-tidak apa-apa," jawabnya pelan.

"Maafkan nenek ya. Lain kali, nenek akan mengajakmu makan malam bersama di luar. Nenek buru-buru. Nenek pergi dulu," pamitnya. Elen tampak terburu-buru dengan urusannya. Bahkan, dua lumba-lumba pun diperintahkan Raja untuk menjemput Elen.

'Hah, tidak ada ayah. Tidak ada nenek' batinnya. Gadis itu menghela nafas bosan. Belum ada satupun temannya yang datang. Sembari menunggu temannya, dia memasuki kamar dan mulai membaca buku. Membaca buku baginya sudah seperti jantung yang melekat. Kertas tebal tersebut sudah terbiasa menemani gadis itu. 

Gadis itu semakin masuk kedalam cerita di bukunya. Hingga tak terasa, Kelly menghabiskan waktunya satu jam untuk membaca. Dia pun mulai bosan. Namun, tetap melanjutkan kegiatannya itu. Sambil memukul-mukul rak buku di belakang dengan kepalanya pelan. 

GLUTUK

Sesuatu jatuh dari rak tersebut. Botol hijau tampak usang dan berdebu. Kelly melihat sesuatu di dalamnya. Semacam kertas yang digulung. Kelly mulai membuka tutup botol itu, lalu mengambil gulungan kertas tersebut. 

"Kelly, apakah kau di rumah?" panggil sahabatnya Anna. 

Kelly yang akan melihat isi kertas tersebut mengurungkan niatnya. Dia buru-buru menyimpan kertas itu di lacinya. 

"Hai, kalian sudah datang?" sapa Kelly.

"Wah, Kelly. Kamu cantik sekali," puji Anna. 

Gadis itu memang lebih cantik hari ini. Gaun merah yang menghiasi tubuhnya. Tidak lupa, jepit merah yang menambah kesan menggemaskan. 

Sedangkan di sana. Olix memandang lama gadis itu. Kemudian membuang pandangannya. Dengan pipi yang semerah kepiting rebus. 

"Olix, kamu tidak mau mengatakan apa-apa padaku?" tanya Kelly dengan tatapan menyeramkan.

"Tidak," jawabnya ketus. Laki-laki tersebut tampak gugup saat ditanya seperti itu. Dia bahkan sampai tersedak saat minum. 

"Aish, dasar bocah sialan! Bilang saja kalau aku cantik," cetus gadis itu yang kemudian meraih tangan Anna, kemudian menemaninya menyambut para tamu.

"Selamat ya, Kel. Kamu sudah bisa berenang bebas sekarang," ucap beberapa teman yang datang. Mereka ikut senang dan tampak melemparkan candaan.

'Sial. Gadis itu semakin cantik' batin Olix. Dia sedari tadi hanya memandang Kelly dari jauh. Sampai tidak sadar. Jika ada yang memanggilnya sedari tadi.

"Olix," panggil seorang temannya yang seumuran dengan Olix.

"Ah, iya. Kenapa?" tanya Olix terkejut.

"Kamu menyukainya, hm?" tanya temannya itu sambil memberikan pukulan pelan di sekitaran otot lengan Olix. 

"Ti-tidak. Siapa yang tertarik dengan perempuan seperti laki-laki itu. Jika aku diberikan kesempatan menjadi Raja pun, aku tidak mau bersama gadis menyebalkan itu," balasnya dengan percaya diri. Meyakinkan temannya itu. Bahwa Olix tidak menyukai Kelly.

"Hahaha. Berhentilah membohongi diri sendiri, Olix. Ini kesempatan bagimu. Katakanlah perasaanmu yang sebenarnya," balas temannya itu. Dengan nada meyakinkan. Serta sedikit mengejek Olix.

"Hei, aku tidak menyukainya. Kenapa kamu tiba-tiba pergi? Aku serius. Aku tidak menyukainya," teriak Olix kesal.

Sedangkan teman Olix tersebut. Tampak berenang sambil mendekati gadis lain. Saat Olix berteriak kesal pun, dia hanya memberikan isyarat dengan tangannya. Yang artinya, baiklah. Semoga harimu menyenangkan.

Olix mulai mendekati lingkaran para Siren tersebut. 

"Teman-teman, aku mau mengucapkan terima kasih. Karena, kalian sudah berkenan hadir di pestaku kali ini. Mulai malam ini, aku dinyatakan bebas. Hidupku bukan hanya perihal  membaca buku di rumah maupun perpustakaan. Kali ini, aku diberikan kesempatan untuk berenang di lautan dalam bersama kalian. Seperti dulu. Selama lima tahun, aku sedih karena tidak bisa bergabung dengan kalian. Namun, banyak sekali pelajaran yang dapat aku ambil selama lima tahun tersebut. Pesta ini, ku persembahkan untuk ayahku juga. Jadi, mari kita rayakan kebebasanku ini. Dan nikmatilah makanan di sini," ucap Kelly kepada teman-temannya.

"Kelly, kamu bahagia?" tanya Anna.

"Lebih dari yang kamu bayangkan," jawab Kelly senang. Dia tersenyum indah. Tidak tampak seperti siren. Dia seperti putri duyung yang mirip Ariel di buku dongeng. 

Sementara Olix. Dia tampak memainkan jari dan kukunya di dekat ke dua gadis itu. Suara yang ditimbulkan dari tabrakan kuku dan jari nya sungguh tidak mengenakan telinga gadis itu. 

"Olix, kamu kenapa?" tanya Anna jengkel.

"Kamu sakit?" tanya Kelly sembari menempelkan punggung tangannya ke arah keningnya. 

"Ah, Kelly!" panggil laki-laki itu sambil memegang punggung tangan Kelly yang saat tadi memegang keningnya. 

Olix menahannya. Dia juga mematung. Hal itu membuat gadis di hadapannya bingung.

"Olix," panggil gadis itu dengan menepuk bahu Olix.

"Hah, apa? E-eh," jawab Olix kaku.

"Kelly," ucap laki-laki itu sambil menelan ludahnya.

"Hm?" jawab gadis itu dengan memiringkan wajahnya. 

Siapapun yang melihat Kelly sekarang. Dia akan terpesona. Dia tampak cantik dan menggemaskan. Jantung Olix menjadi-jadi. Detakan jantungnya semakin keras. 

"Kelly, apakah kamu menyukai laki-laki botak di sana?" tanya Olix sembarangan. Dia malah mengatakan hal lain. Dia gagal mengutarakan perasaannya. Dia belum berani. Dia berpikir jika ini bukan waktu yang tepat.

"Hahaha. Olix. Ternyata kamu memiliki humor yang aneh," tawa Anna. Dia sampai berguling-guling di lantai dengan tangan yang memegang perutnya.

"K-kenapa? Apakah aku salah?" jawab Olix malu.

"Olix. Sebenarnya, aku sudah lama ingin mencincangmu. Tanganku sudah sangat gatal ingin menghabisimu," sentak gadis itu yang mulai mengusap kepalan tangannya itu.

Sementara Olix. Dia memundurkan diri.

"A-aku bercanda. Benar. Aku bercanda," ucap laki-laki itu. Dengan tangan yang berusaha melindungi dirinya.

"Hei, kalian. Berhentilah bercanda," teriak Anna.

Merekapun mengakhiri aksinya itu. 

"Kelly, bagaimana jika kamu kami tantang?" ucap Mona.

"Tantangan apa?" tanya Kelly.

"Berenang mendekati daratan. Bukankah sudah lama kamu tidak melihatnya? Sekarang banyak yang berubah Kel. Sangat disayangkan jika kamu tidak mencobanya," ucap Mona dengan melipat tangannya.

"Bagaimana kamu berbicara seperti itu Mona? Lima tahun dia dikurung karena itu," tegas Anna.

"Bagaimana, Kelly? Apakah kamu masih berani?" tanyanya meremehkan.