ADA kalanya, luka yang terbesit sangat dalam pun perlu dirayakan dengan kerelaan. Bagaimanapun, hidup ini selalu memiliki hal-hal yang menyakitkan bahkan menyenangkan. Semua makhluk di dunia ini, tidak ada yang diciptakan dengan abadi. Semua harus datang untuk belajar tentang sesuatu. Dan pergi jika dirasa cukup. Menyakitkan. Benar. Jika seseorang sudah saling melekat damai. Akan ada yang merasa tersakiti saat salah satu dari mereka pergi. Namun, harus bagaimana lagi, ini merupakan cara kerja alam. Cara kerja semesta. Membuat dunia ini unik. Kita sebagai makhluk yang tercipta dengan maksud yang baik, harus berusaha baik dengan kehidupan yang semesta berikan. Dan berusaha kuat juga ikhlas ketika semesta ingin mengambil seseorang bahkan kita sekalipun.
Sama seperti gadis berambut cokelat yang kini sedang memasang jepit merah. Dan berbicara dengan cermin di depannya. Memaksa supaya sudut mata dan mulutnya menarik ke atas. Sedari tadi, gadis itu memperbaiki bahunya. Senyumnya. Dan rambut sepunggungnya. Dia benar-benar ingin menjadi gadis yang diinginkan ayahnya. Walaupun, ayahnya tidak bisa melihat dirinya lagi. Namun, dia berharap. Agar semesta diam-diam memberitahu ayahnya. Bahwa anaknya sekarang sangatlah cantik. Dia mulai memperbaiki semuanya.
"Kelly, bukankah hari ini kamu mau ke perpustakaan?" teriak Elen yang sedang memotong ikan di dapur.
"Iya, nek. Aku akan berangkat," jawabnya dengan ramah
'Kamu sangat cantik hari ini. Berusahalah untuk kuat dan lapang, Kelly' batin nya dengan menatap cermin itu.
"Nek, aku pergi dulu," pamit Kelly yang terlihat gugup.
"Kamu gugup?" tanya Elen.
"Ah, iya. Aku merasa aneh hari ini," jawabnya ragu.
"Tidak apa-apa. Bergegaslah Kelly," perintah Elen.
"Baik, selamat tinggal nek," pamit Kelly. Dia mulai berenang menuju perpustakaan.
Sesampainya di perpustakaan, dia menatap kembali gedung tersebut. Namun, dia tidak lama menatapnya. Dia bergegas masuk dan mulai memilah buku mana yang akan dia baca. Dia menggeser badan kanan kiri. Kemudian, dia naik ke rak paling atas. Saat dia ingin membawa salah satu buku dengan cover biru, sebuah kertas tiba-tiba jatuh di hadapannya. Dia mulai membuka lalu membaca isi dari kertas tersebut.
'Untuk anakku, Kelly'
Dia tercengang dengan kalimat pertama yang dia baca di kertas tersebut. Kelly mulai mengangkat kepalanya di langit-langit, untuk menahan air matanya. Dia pun mulai membaca seluruh isi surat tersebut. Hingga dia sampai pada kalimat yang menyebutkan bahwa, Leon menyiapkan ikan langka untuknya. Ikan tersebut merupakan ikan halibut. Leon berusaha sangat keras untuk memberikan ikan itu padanya. Leon tahu, bahwa Kelly sangat menyukai ikan itu. Namun, karena langka, ikan itu memang harus dicari sendiri dengan sabar. Leon berhasil membuat anaknya merasa senang.
Kelly segera bergegas mencari ikan yang di sembunyikan untuk anaknya tersebut.
"Ketemu, ikan halibut ini. Aku menemukannya," ucap Kelly dengan hati yang mengembang senang. "Ayah, terima kasih," sambungnya. Dia segera memakan ikan itu di sana. Sambil memasang wajah terharu nya. Lagi dan lagi. Dia menangis lagi di sana.
"Ayah, ternyata aku cengeng. Ayah pasti tertawa melihatku makan sambil menghujani ruangan ayah," ucapnya sambil menangis tersedu-sedu.
Setelah menghabiskan ikan itu, Kelly berdiam diri sambil memeluk ekornya. Sesekali dia melihat langit-langit dan berbicara sendiri
"Ayah, aku memakai jepit pemberianmu. Aku merasa kamu dekat denganku saat memakai jepit ini. Apakah kamu senang sekarang?" bisiknya terhadap gelembung yang mengapung di langit-langit.
"Ayah, hari ini, aku bebas. Dan malam ini aku akan mengadakan perayaan kebebasanku. Atas rasa syukur aku. Sayang sekali ayah tidak hadir di pestaku. Tidak apa-apa. Aku akan menjadi anak baik sebagai gantinya," sambungnya.
"Kelly, kamu sudah gila?" kata Anna. Yang tiba-tiba muncul dibelakang Kelly.
"Hah, Anna. Kamu mengagetkan aku saja. Sejak kapan kamu muncul disini? Aku bahkan tidak mendengar apa-apa," jawab Kelly sinis.
"Aku sudah memanggilmu. Kamu saja yang sengaja tidak mendengarnya," jawabnya
"Ada apa kamu datang kesini?" tanya Kelly.
"Tidak ada. Aku hanya ingin melihatmu saja," jawabnya bohong.
"Ck, bohong. Kamu melihatnya bukan?" tanya Kelly yang saat ini sudah melototkan matanya.
"Kalau kamu tahu, kenapa kamu makan ikan itu sendiri? Ish, dasar wanita jahat," jawab Anna yang memegang pinggangnya.
"I-ini ayahku memberikannya khusus untukku. Nenek pun tidak aku beri, apalagi kamu," jawabnya ketus. Sambil memaju-majukan bibirnya.
"Iya, iya. Kalau begitu, apakah pesta malam ini jadi?" tanya Anna yang mulai mendekati gadis itu.
"Ish, kenapa kamu menempel seperti ini? tanya nya risih.
"Jadi gimana? Malam ini?" tanya Anna dengan penasaran dan mata yang berkedip beberapa kali.
"Tidak," jawabnya santai
"Hah?" ucap seorang laki-laki yang mengintip sedari tadi.
"Hei, Olix. Kau mengintip dari tadi? Kenapa tidak masuk?" kata Kelly kesal.
"Oh, bagaimana denganmu? Apakah masih sedih?" tanya Olix dengan gengsi. Dia berbicara dengan pandangan ke arah kanan dan kiri. Lalu menggaruk kepalanya sesekali.
"Cih, menyebalkan," desis Kelly.
"Kenapa tidak jadi, Kelly? tanya Anna penasaran.
"Jadinya besok pagi," jawab Kelly sambil menopang dagu dan senyum yang memancar ke arah mereka.
"Aish, aku pikir tidak jadi sama sekali," ucap Olix sambil memukul punggung Anna.
"Ck, kalian bersemangat?" tanya Kelly.
"Heem," jawab Olix dan Anna berbarengan.
"Hahaha. Kalian selalu kompak. Jangan-jangan kalian berjodoh," ucap Kelly yang beriringi tawa itu.
"Ah, tidak" ucap Anna yang saat ini wajahnya memerah dan juga panas.
Sedangkan Olix, dia menatap marah kepada Kelly.
"Hahaha. Baiklah teman-temanku. Terima kasih sudah menghibur. Pokoknya, pesta akan diadakan besok pagi. Kalian jangan lupa beritahu teman-teman yang lain ya," kata Kelly sambil mengalungkan tangannya ke punggung kedua sahabatnya itu.
"Baiklah, jangan lupa siapkan makanan yang banyak," celetuk Olix dengan wajah dinginnya.
"Kamu pantas bodoh. Otakmu hanya makanan saja," sindir Anna kepada Olix.
"Bukankah kamu lebih bodoh?" balas Olix dengan mengangkat satu alisnya.
"Hei," balas Anna yang dengan cepat memukul Olix
Sedangkan di tengah. Tampak gadis murung selama lima tahun, kini bisa tertawa lepas. Seakan-akan. Beban hidupnya ikut berjatuhan bersamaan tawanya.
"Kelly," seseorang memanggil Kelly.
"Hah, nenek sihir!" celetuk Olix.
"Hei, mulutmu," jawab Anna disusul dengan pukulan yang mendarat kepala Olix. Semua orang takut kepada nenek Kelly. Dia tampak menakutkan dan sangat tegas.
"Nenek, ada apa?" tanya Kelly yang masih mencekik kedua temannya itu.
"Kalian berdua di sini. Memang sahabat sejati ya, kalian tidak bisa dipisahkan. Nenek ingin membicarakan sesuatu denganmu Kelly. Pulanglah sebentar lagi," perintahnya.
"B-baik nek," jawab Kelly
"Ka-kamu mau pulang? Ka-kalau begitu ... leherku ..." kata Olix sambil terbata-bata.
"Ah, maaf. Aku lupa temanku hampir saja menemui ajalnya," canda Kelly.
"Ish, kalo begitu, aku dan Olix akan memberitahu teman-teman," kata Anna.
"Kenapa bersamaku? Kamu saja sendiri," tanya Olix dengan kesal.
"Harus sama kamu Olix. Sampai ketemu besok, Kelly," pamit Anna sambil menjewer telinga Olix.
"Hah, dasar. Anak-anak itu," ucap Kelly yang menggeleng heran.
Kelly pun mulai berenang menuju rumahnya. Sepertinya akan ada pembicaraan tentang pesta besok. Kelly berenang pelan. Matanya berbinar melihat gaun yang berjajar rapi di salah satu toko gaun Siren tersebut.