Chereads / HAIKAL / Chapter 8 - PART : BERTEMU 3

Chapter 8 - PART : BERTEMU 3

Willy dan Haikal berada disebuah kafe yang tak jauh dari tempat kejadian mereka ribut barusan. Haikal barusaja selesai solat dan Willy langsung mengajaknya untuk makan sebagai rasa terimakasih karna telah menolongnya. Meskipun awalnya Haikal menolak, tapi Willy berhasil membujuknya.

"Pak Willy kok bisa disini? Lagi ngapain? Mau solat ya?" Tanya Haikal.

Willy menggeleng lalu tersenyum, "Saya gak solat."

Hanya satu kalimat, Haikal langsung paham ucapan Willy barusan.

"Oh maaf, saya kira seiman," ujar Haikal.

"Saya ikutin kamu," ucap Willy dengan jawaban to the point.

"Ikutin saya? Kenapa pak?" Tanya Haikal bingung.

"Karna kamu mirip adik kandung saya, Kevin."

Haikal terdiam sejenak, "Ah gitu ya."

Willy merogoh saku jasnya lalu mengambil sebuah foto yang ia selalu ia simpan didompetnya, lalu memperlihatkannya pada Haikal.

Haikal melihat foto seorang pemuda yang membuatnya diam seribu kata.

"Kok mirip saya?" Ujarnya pelan.

"Seperti yang saya bilang, kamu mirip adik saya."

Haikal mengangguk, benar benar bingung, kenapa bisa sangat mirip.

"Kok bisa?" Lagi lagi Haikal tak percaya.

"Namanya Kevin, dia udah meninggal 5 Tahun lalu.."

Haikal terkejut setelah Willy membenarkan faktanya, ada hati yang ikut tersayat juga, pasalnya Haikal juga kehilangan Ayahnya 5 Tahun lalu.

"Maaf kalo saya membuat bapak keinget adik bapak," ujar Haikal pelan.

"Saya dan Kevin tinggal di Panti, usia 5 Tahun Kevin di Adopsi dan kami berpisah... Saat itu juga saya sendirian.. diumur 17 tahun sama kabur bersama adik saya dipanti, dan saya kembali dipertemukan kembali dengan Kevin.."

Haikal hanya diam, mendengarkan dan membiarkan Willy bercerita.

"Kevin sakit kanker, dan tidak ada yang tau termasuk orangtua angkatnya.."

"Saya kira setelah Kevin mendapat orangtua barunya dia akan bahagia, merasakan kasih sayang, dan hidup lebih baik.."

".. Tapi nyatanya tidak, Kevin hanya dijadikan robot.."

"Kevin hanya dijadikan budak, dia mendapatkan penekanan, belajar setiap hari untuk mendapatkan nilai sempurna lalu dibanggakan, dan kalau tidak yang Kevin dapat kekerasan.."

".. saya pikir Kevin baik baik saja, tapi nyatanya tidak..."

"Kevin mendapatkan kekerasan fisik, batin bahkan mental, dia sakit tapi tak ada yang tau.."

"Hingga suatu hari ia koma, dan hanya bangun beberapa hari, setelah itu dia pergi.."

Willy tersenyum getir ketika mengingat kejadian masa lalu itu, matanya mulai memanas, sementara Haikal, pria itu hanya terdiam dan tidak tau harus berbuat apa.

"Dan saat itu juga menjadi penyesalan seumur hidup saya.. andai saja saya egois.." ujarnya lalu menatap Haikal tersenyum getir.

"Jadi karna itu bapak ikutin saya.." Haikal mulai bersuara.

"Awalnya saya pikir saya sedang berhalusinasi, karna saya sering memikirkan Kevin... Tapi ternyata tidak, saya benar benar melihat Kevin, meskipun kalian bertolak belakang," jelas Willy.

"Saya mengerti, tapi saya Haikal, bukan Kevin.. maaf, tapi saya hanya ingin bapak ikhlas," ujar Haikal.

"Iya.. kamu benar, saya belum ikhlas karna itu sama selalu keinget Kevin, sampai sampai istri saya sering saya abaikan.."

"Mungkin saya hanya sekedar mirip, bapak boleh ketemu saya kalau kangen adik bapak, tapi bapak perlu ingat, saya Haikal.." lagi lagi Haikal menekan kan dirinya bukan adik dari Willy.

"Maaf," singkat Willy.

"Pak.. udah malem, istri bapak nunggu bapak, saya juga nanti dicariin Bunda."

"Iya.. makasih sebelumnya udah nolong saya."

"Sama sama pak, maafin temen saya ya pak, emang suka bikin ribut."

"Iya.. ketemu berikutnya saya boleh bicara santai?"

"Ah iya."

"Jangan panggil saya pak, saya hanya lebih tua 2 tahun dari kamu."

"Kok tau?"

"Om kamu yang cerita."

"Aaah iya, Om saya suka blak blakan emang, haha.."

"Kalo begitu saya pamit."

"Hati hati pak!"

Haikal bergegas setelah memakai helm nya, sejenak ia melihat Willy lalu kembali fokus pada motornya sampai akhirnya ia melaju sedikit lebih kencang.

Sementara Willy, pria itu masih terdiam setelah melihat Haikal yang perlahan mulai menjauh, menaiki motornya. Ia sangat berharap Haikal mau kenal lebih dekat dengannya, mungkin bisa sedikit mengobati rasa rindu dia pada Kevin.

"Dia mirip kamu Kevin..." ujar Willy pelan.

Dari lubuk hati yang paling dalam, Willy sangat ingin mengobrol lebih lama dengan Haikal, namun melihat reaksi Haikal setelah ia menunjukkan fotonya bersama Kevin, seolah Haikal benar benar menamparnya pada kenyataan, bahwa ia benar benar bukan adiknya, terlebih saat Haikal menegaskan bahwa dia Haikal, bukan Kevin. Willy memang egois, karna rasa penyesalannya ia menjadi lebih egois, ia ingin Haikal menjadi Kevin, tapi itu tidak bisa, mereka hanya mirip.

Willy melihat jam ditangannya yang sudah menunjukkan pukul 9 malam, ia harus pulang, hari ini tak terlalu sibuk, hanya ada 2 kali pertemuan penting saja dan itu tidak lama. Willy lalu menyalakan mesin mobilnya, lalu melaju pelan, menuju rumah, istrinya pasti sedang menunggu.