Chereads / CINTA PENGANTIN MASA LALU / Chapter 8 - 08. Bulan

Chapter 8 - 08. Bulan

"Hei tunggu!"

Natasha memanggil gadis yang hendak pergi jauh itu, sontak dia berjaket hitam menghentikan langkahnya, bersamaan dengan itu dia mengerutkan keningnya dan berbalik badan menatap Natasha serta Nerisha secara bersama-sama.

"Apa kau mengenal Bintang?" tanya Natasha diawal kalimatnya. Pertanyaan yang sempat Natasha utarakan beberapa saat lalu.

Gadis berjaket hitam itu belum memberikan respon yang berarti apa-apa. Di waktu bersamaan dia membuka penutup kepalanya, menunjukan wajah asli di depan Nerisha dan Natasha secara langsung.

"Bintang?" Sebut serentak keduanya, sesaat setelah mendapati rupa gadis itu yang begitu mirip dengan Bintang. Meski sempat melihatnya tadi. Namun, Nerisha serta Natasha tidak bisa menutupi keterkejutannya.

Tidak, itu memang Bintang, pikir keduanya yang membuka mulut lebar-lebar. Namun, tidak banyak kata yang dapat keluar.

"Lihat Kak, wajahnya begitu mirip dengan Bintang! Mengapa dari ujung rambut hingga kaki tidak berbeda dengan Bintang?" tunjuk Nerisha yang didengar jelas oleh gadis tersebut.

"Kakak juga tidak tahu. Bagaimana bisa dia memiliki wajah yang serupa dengan Bintang? Jelas sekali dia bukan Bintang?"

Natasha memicingkan mata, memokuskan pandangan pada gadis yang ada di hadapannya sekarang. Bukan hanya Natasha saja, Nerisha juga ikut memperhatikan gadis itu dari ujung rambut hingga kaki.

"Atau jangan-jangan yang ada di foto itu adalah dia? Jika memang Bintang adalah gadis itu, lalu gadis yang ada di dalam misi kali ini siapa, jika bukan Bintang?"

Nerisha menerka-nerka bahwa saat ini mereka sedang dipermainkan oleh Misi konyol. Sesungguhnya dalam hal ini tidak ada yang terluka dan dia beserta kakaknya, nyatanya hanya membuang waktu hanya demi wanita yang sebenarnya berada dalam kondisi baik.

Sementara keduanya tengah sibuk menebak-nebak, gadis itu hanya diam dan mendengarkan saja. Dia tidaklah bisu, tetapi dia menunggu waktu yang tepat untuk mengatakan semuanya.

Gadis bermanik hitam itu terpaku ketika mendengar bahwa kedua orang yang berniat melukainya ternyata mengenal sosok Bintang.

"Lalu, kau siapa? Apa dirimu Bintang?" 

Lagi dan lagi Natasha bertanya hal yang sama, sebab sejak tadi tidak ada kalimat yang dapat menjawab rasa penasarannya. 

"Tidak! Aku bukan Bintang. Aku adalah Bulan, saudara kembar Bintang Kejora."

Gadis itu mengungkapkan identitasnya dengan begitu tegas. Terkuak sudah ternyata dia adalah Bulan, saudari kembar dari Bintang kejora. Setidaknya itu yang diungkapkan secara gamblang oleh gadis tersebut.

"Ini tidak masuk diakal. Jadi, ternyata kau adalah saudari kembar Bintang Kejora, Ya?"

Natasha masih belum mempercayai seutuhnya kalau Bulan adalah saudari dari Bintang. Rupa Bulan begitu mirip dengan Bintang, tidak ada pembedaan dari keduanya. Setidaknya itu yang sejak tadi mengganggu pikiran Natasha.

"Atau, jangan-jangan yang ada di foto itu adalah dirimu?" Natasha menerka ke arah sana. Dia berpikir, jika gadis yang ada di dalam foto waktu itu bukanlah Bintang yang sesungguhnya, melainkan Bulan saudari dari Bintang.

"Kakak, benar. Jangan-jangan gadis yang ada di foto itu adalah Bulan dan bukan Bintang. Sudah dapat dipastikan jika yang ada di foto itu bukanlah Bintang yang sesungguhnya. Melainkan saudari kembarnya. Iya, bukan Kakak?"

Nerisha juga berpikir yang sama dengan Natasha. Namun, biarpun keduanya menerka-nerka Bulan sendiri belum berkata apa-apa. Dia hanya diam di sana. Membisu sembari menatap keduanya dengan tatapan tajam.

"Tolong katakan sesuatu. Siapa dirimu yang sesungguhnya? Apa kamu bersama dengan Bintang saat konser musik beberapa hari yang lalu di gedung serbaguna?"

Natasha kembali melontarkan pertanyaan, sedangkan Bulan belum juga mau berkata. Entah, dia yang tak mau menjawab atau dia memang bisu tak bisa berbicara? 

"Tidak usah takut. Kamu hanya perlu mengatakan semuanya kepada kami. Saat ini keteranganmu sangat berarti, kemungkinan sekarang nyawa saudari kembarmu dalam bahaya … Kamu tidak ingin saudari kembarmu terluka bukan?"

Natasha terus mencoba meyakinkan Bulan untuk membuka mulutnya. Namun, hal itu belum bisa meyakinkan Bulan, tampaknya dia masih senang diam dan menyimak saja.

"Benar yang Kakakku katakan. Jika kamu tidak ingin mengatakan apa-apa jangan salahkan kami jika kamu tidak akan melihat wajah saudarimu itu lagi," sambung Nerisha ikut meyakinkan Bulan.

"Nerisha!"

Natasha mendadak menegurnya. Ungkapan Nerisha yang baru saja itu bukan membuat suasana menjadi membaik, melainkan sebaliknya akan membuat Bulan semakin ketakutan.

"Maaf, Kak," sesal Nerisha sambil mengatupkan bibir bawahnya. Setelahnya dia tidak berani membuka mulutnya untuk saat ini.

Natasha kembali berbicara pada Bulan. Dia tidak ingin membuat Bulan merasa cemas apa lagi takut. Takut akan kehilangan saudari kembarnya yang bernama Bintang.

"Kamu tidak usah takut. Aku tahu jika kamu adalah orang yang terakhir bersama dengan Bintang. Jadi kamu bisa mengatakan semuanya pada kami. Aku  berjanji akan menyelamatkan saudarimu itu. Asalkan kamu mau bekerja sama dengan kami … Bulan."

Natasha kembali meyakinkan Bulan. Namun, seberapa penjelasan yang dibuat Natasha tersebut tetap saja Bulan tak mau berbicara.

Mungkin tidak setelah ini.

Tiba-tiba setelahnya Bulan berlari mendekat pada Nerisha dan Natasha. Suaranya begitu lantang tidak lama dia langsung berlutut dibawah kaki Natasha.

"Aku mohon selamatkan nyawa Kakakku. Aku tidak tahu harus meminta bantuan kepada siapa lagi. Aku sangat takut … Diri ini tidak berani untuk melapor kepada Polisi karena dia mengancamku ... Andai saja aku melapor pada pihak yang berwajib, maka nyawa Bintang tidak akan selamat."

Bulan akhirnya mau mengatakannya, bahkan sampai menangis di bawah kaki Nerisha beserta kakaknya. Hal tersebut membuat hati Natasha menjerit, ikut merasakan apa yang saat ini dirasakan Bulan.

"Bangunlah…."

Natasha membantu Bulan untuk berdiri, sebab hati seorang Kakak tidak akan tega melihat pengorbanan seorang adik yang menangis meminta bantuan untuk menyelamatkan Kakaknya.

Nerisha dibantu Kakaknya mencoba memapah Bulan menepi ke salah satu toko serbaguna yang berada tidak jauh dari area tersebut. Bulan tidak banyak memiliki tenaga untuk bisa berjalan sendiri, dia terlalu syok sampai tidak bisa mengendalikan emosinya.

Gadis berkacamata minus dengan rambut panjang bergelombang itu membantu Bulan untuk duduk terlebih dahulu, sementara Nerisha masuk ke toko untuk membeli minum dan makanan ringan.

Lima menit berselang. "Minumlah airnya dulu, setidaknya tenangkan dahulu dirimu," pinta Nerisha sembari memberikan sebotol air mineral pada Bulan yang masih terisak-isak.

Gadis yang memiliki manik hitam, pipi bulat serta berjaket hitam itu langsung meraih botol tersebut dari tangan Nerisha, tidak berselang lama Bulan meneguknya sampai tersisa sebagian.

"Ceritakanlah kejadian malam itu? Aku bertanya, apa benar saat itu kamu bersama dengan Bintang?" tanya Natasha bernada pelan sambil menggenggam tangan Bulan yang perlahan mulai tenang.

"Benar sekali. Beberapa saat sebelum kejadian, aku memang bersama Kak Bintang. Dia memintaku untuk menunggu lima belas menit di pintu masuk menuju ruangan konser dan dia pergi membeli tiket."

Nerisha dan Natasha menaikkan satu alisnya, tidak menutupi keterkejutan mereka terhadap cerita Bulan.