Dua gadis manis dengan penuh harapan mencoba menelusuri setiap jalan yang ada di tempat konstruksi pembangunan tersebut. Tanpa peduli Bintang ada atau tidak keduanya tidak menyerah begitu saja, meski waktu terus berlalu dengan cepat.
"Bintang! Di mana kamu? Jika kamu mendengar suara ini, tolong beri isyarat pada kami!"
"Bintang! Aku tahu jika kamu ada di sini, tapi aku mohon tunjukan dirimu, Bintang!"
Natasha dan Nerisha bergantian memanggil Bintang yang entah di mana keberadaannya? Tanpa terasa sudah hampir satu jam keduanya menghabiskan waktu untuk menjelajah area tersebut dan belum menemukan hasilnya
Sementara keduanya sedang kebingungan mencari keberadaan Bintang yang kemungkinan besar tidak ada di sana. Namun, nyatanya memercayai firasat tidak buruk kemungkinan ada benarnya juga.
Benar sekali, yang Nerisha rasakan tidak seutuhnya salah. Bintang memang ditahan di tempat Konstruksi ini. Mengapa juga Nerisha dan Natasha belum menemukan keberadaan Bintang karena keadaan gadis itu yang tak sadarkan diri. Alias pingsan.
Bukan hanya itu saja, kedua kaki serta tangannya diikat dengan tali, yang memungkinkan Bintang sulit untuk bergerak andaipun dia terbangun nantinya.
Ketika Bintang yang belum membuka matanya, di saat bersamaan tiba-tiba sebuah mobil eskavator besar sedang melaju menuju Bintang dengan seseorang berpakaian hitam berada di balik kemudinya.
Tidak lupa skrup mobil itu telah terisi penuh oleh tanah merah, yang siap untuk menimbun lubang-lubang yang ada di sana. Namun, tampaknya pengemudi mobil eskavator tersebut bukan bermaksud untuk meratakan tanah, melainkan ingin menimbun hidup-hidup Bintang yang masih tidak sadarkan diri itu.
Pengemudi berbalut jaket hitam serta ditutup topi hitam tersebut tampak begitu lihai mengendarai kendaraan besar itu seolah dia adalah pemiliknya. Perlahan dan pasti kendaraan besar pengangkut tanah itu semakin dekat dengan Bintang sebab suara bising yang diciptakan membuat gadis itu akhirnya tersadar juga.
"Aaa!"
Dia yang baru saja membuka mata harus dikejutkan dengan kendaraan super besar yang datang mendekat padanya. Teriakannya begitu keras hingga terdengar sampai ke telinga Nerisha dan Natasha yang jaraknya memang tidak jauh dari lokasi tersebut.
"Apa kau mendengarnya, Nerisha?"
"Iya, Kak. Ada seseorang yang berteriak dari arah sana. Kemungkinan itu adalah Bintang, Kakak?"
"Ayo. Kita jangan membuang waktu lagi. Kita harus segera menyelamatkan Bintang andai itu memang dia!"
"Iya, Kakak. Suara itu sepertinya tidak jauh dari sini. Kita harus segera bergegas, Kak!"
"Ayo!"
Tanpa berpikir panjang, keduanya segera berlari ke sumber suara tadi. Teriakan seseorang yang berada tidak jauh itu semakin menguatkan firasat Nerisha tentang keberadaan Bintang di tempat tersebut.
****
Tanpa lelah, keduanya berlari dan hanya mengandalkan insting saja. Mencari sumber suara yang sebelumnya terdengar seperti suara teriakan keras.
Nyatanya firasat yang selama ini Nerisha rasakan akhirnya terjawab juga. Bintang memang berada di area ini, dengan keadaan gadis memakai jaket hitam itu yang terikat oleh tali dan yang paling mengejutkan, di depannya sebuah kendaraan besar konstruksi mencoba mendekat pada gadis malang itu.
"Kakak, itu Bintang! Kakak, lihat kendaraan berat itu. Ada gundukan tanah di skrupnya. Apa Bintang akan ditimbun dengan tumpukan tanah itu?"
Natasha juga melihat apa yang dilihat Nerisha. Hati nuraninya terus bergerak, menuntun langkah kakinya untuk berjalan lebih cepat kendapun dia tidak tahu maut telah mengancam di depan mata.
"Kakak!"
Nerisha tidak bisa berdiam diri ketika Natasha berlari kencang guna melindungi Bintang yang tengah ketakutan itu. Dia menyusul Natasha meskipun nyawanya ikut terancam.
"Bintang!"
Natasha dengan kesigapannya segera membuka tali yang mengikat tubuh Bintang. Sedangkan gadis itu membuka mulutnya lebar-lebar. Namun, tidak ada kata-kata yang diucapkan Bintang, hanya saja air mata terus mengalir deras dari matanya.
Kendaraan berat itu semakin dekat, bahkan sangat dekat. Skrupnya juga mulai terangkat tampaknya tumpukan tanah yang beratnya tidak bisa dihitung itu akan segera menimbun mereka. Hal ini yang terus-menerus menghantui pikiran Bintang.
"Tolong lepaskan ikatan ini. Aku tidak mau mati di tempat ini!"
Bintang akhirnya tersadar dari lamunannya, ketika menyadari keberadaan Natasha. Dia juga memohon agar gadis memakai kacamata minus itu segera melepaskan tali yang mengikat tubuhnya.
Natasha mencoba sekuat tenaga untuk membuka simpul talinya dengan begitu cepat dengan dibantu Nerisha juga. Keduanya bekerja keras guna melepaskan ikatan yang membelenggu Bintang sampai gadis berjaket hitam itu sulit bergerak.
Namun, gundukan tanah itu tumpah sedikit demi sedikit. Sempatkah Nerisha dan Natasha menyelamatkan Bintang sesuai yang diharapkan?
Sementara itu, Bintang juga tak mau kalah. Setelah bagian tangannya terbuka, dia juga berusaha keras membantu untuk membuka tali yang mengikat kedua kakinya. Pada akhirnya bekerja keras mereka tidak sia-sia. Semua tali berhasil dilepaskan.
Nerisha dan Natasha memapah Bintang untuk menepi ke tempat yang lebih aman. Tidak butuh waktu lama, gundukan tanah itu jatuh bertepatan dengan mereka yang berhasil menepi ke sisi lain.
Ketiganya tersungkur bersama-sama. Berguling ke sisi lain sesaat setelah gundukan tanah itu jatuh. Desir debu yang berhembus kencang membuat Bintang terbatuk-batuk dan begitu juga dengan Nerisha dan Natasha yang menutup mulut dengan telapak tangan.
"Terima kasih," ucap Bintang dengan penuh haru, sesudah dirinya terlepas dari maut.
Gadis yang masih memakai jaket hitam yang sama dengan Bulan itu mengucapkan beribu-ribu terima kasih kepada penyelamatnya.
Tangisan kembali teriring saat mengetahui bahwa dia tidak akan meninggalkan dunia ini cepat. Setidaknya Bintang masih bisa melihat senyuman orang-orang yang dicintainya.
"Kalian sangat pemberani. Apalah jadinya jika tidak ada kalian. Mungkin, diriku akan tertimbun bersama dengan tumbukan tanah-tanah itu dan tidak akan ada yang pernah mengetahuinya," ujar Bintang menambahkan.
Natasha dan Nerisha masih mengatur napas yang masih terasa sesak. Tampaknya kakak beradik ini belum bisa percaya jika mereka berhasil menyelamatkan Bintang yang nyawanya hampir tiada itu.
"Bukan masalah besar. Ini semua berkat doa adikmu. Dia sangat mencemaskan saudarinya, kau Bintang," papar Nerisha yang mulai bangun sesaat tenaga yang semula terkuras perlahan mulai kembali.
"Adikku? Apa Bulan yang meminta kalian untuk menyelamatkanku?"
Bintang menatap Nerisha dan Natasha satu persatu. Memperhatikan mereka dari atas sampai bawah. Dia membuka mulut, tetapi hanya sedikit kata yang keluar dari mulutnya.
Memang hanya Bulan yang dia miliki dan begitu pula, jika bukan karena keterangan Bulan kemungkinan Bintang tidak akan pernah ditemukan.
Sudah dapat dibayangkan bagaimana nasib Bintang di sini andai saja Nerisha dan Natasha tidak dapat menemukannya?
"Kakak, ingin kemana?"
"Aku akan memeriksa sesuatu, sebentar."
Natasha ikut beranjak bangun, keteranganya singkat, selanjutnya dia pergi menuju eskavator yang telah berhenti tidak jauh dari mereka. Natasha penasaran, siapa yang sudah mengemudikan mobil besar tersebut?
Orang yang seperti apa, yang tega ingin mengubur hidup-hidup seorang gadis? Entah disengaja atau tidak, tetap saja orang itu harus dikenakan hukuman.
Natasha telah siap-siap ingin memarahi pengemudi tersebut. Namun, saat sampai di sana, apa yang terjadi?
"Di mana pengemudinya? Mengapa tidak ada orang di sini? Jika mobil ini kosong, lalu siapa yang mengemudikannya tadi?"
Wajahnya seketika memucat, saat mengetahui bahwa alat berat tersebut sudah tidak ada pengemudinya lagi.
"Ada apa, Kak? Mengapa wajah Kakak pucat seperti habis melihat hantu saja?"
Nerisha ikut mendatangi alat berat tersebut bersama Bintang yang juga penasaran ingin tahu siapa dalang di balik penculikan serta pelaku yang ingin membunuh dirinya.
"Is, kamu jangan bercanda. Kakak sedang serius sekarang!" Natasha menegur adiknya yang tidak pernah serius dan Nerisha terkekeh geli melihat ekspresi Kakaknya yang berubah kesal.
Sementara itu Bintang menyadari hal yang sama dengan Natasha. Dia yang tadi posisinya adalah korban, melihat dengan jelas kalau alat berat tersebut ada yang mengendalikan.
Namun, mengapa tiba-tiba saja kosong tidak ada wujud dari orang yang mengemudikannya?
"Tadi aku melihatnya! Iya, aku sangat ingat jika mobil besar ini ada yang mengemudi, tetapi di mana sekarang pengemudinya? Mengapa tiba-tiba saja kosong?"
Natasha mencoba berpikir. Dari keterangan Bintang yang baru saja telah menguatkan jika yang mengemudi tadi adalah pelaku di balik penculikan gadis tersebut. Setidaknya itu yang dipikirkan oleh Natasha.
"Bagaimana bisa pengemudinya hilang dan pergi begitu saja? Secara kejadian saat tumpukan tanah itu dituangkan tidaklah terlalu lama bukan? Aku saja tidak melihat ada orang yang turun dari alat berat ini?"
Nerisha, Natasha dan Bintang memiliki dugaan yang sama. Bagaimana bisa orang itu pergi secepat kilat tanpa diketahui oleh orang lain? Kecuali jika Pelaku itu adalah hantu, mungkin saja dia bisa menghilangkan diri dengan cepat?
Sebelum pertanyaan itu terjawab, tak berselang lama, bunyi sirine dari mobil polisi pun telah terdengar jelas. Tampaknya mobil-mobil itu mulai memasuki tempat konstruksi pembangunan.
"Nerisha, kita harus segera pergi!"
"Iya, Kak."
Nerisha mengangguk-anggukkan kepalanya, menyadari keberadaan dia dan Natasha seharusnya tidak diketahui oleh banyak orang. Sedangkan Bintang menaikan satu dan alisnya bertanya-tanya.
"Kalian ingin kemana?"
"Maaf, Bintang. Kami harus segera pergi. Identitas kami jangan sampai diketahui oleh orang lain. Kamu harus berjanji, akan menjaga rahasia ini. Jangan katakan kepada polisi-polisi itu, jika kami yang sudah menyelamatkanmu."
"Mengapa harus disembunyikan? Kenapa para polisi itu tidak boleh tahu identitas kalian. Bukankah itu akan baik untuk kalian andai aku mengatakan bahwa kalian yang sudah menyelamatkanku … Pasti kalian akan menjadi pahlawan di kota ini."
"Sesungguhnya kami ingin mengatakannya, tetapi untuk sekarang tidak … Biarkan ini hanya menjadi rahasia kita bersama. Apa bila sudah tiba waktunya, kami akan mengungkapkannya pada publik ... Berjanjilah Bintang, untuk merahasiakan ini semua!"
Bintang melirik Nerisha. Namun, gadis itu hanya mengangguk pelan saja. Sedangkan Natasha meminta janji yang harus Bintang pegang kuat-kuat. Natasha juga mengangkat jari kelingkingnya dan meminta Bintang untuk tidak mengatakan semuanya pada Polisi nantinya.
"Baiklah. Aku berjanji. Akan tetapi, jika sudah waktunya tiba, kalian harus mengatakan semuanya padaku. Bagaimana?"
Bintang melingkari jari kelingkingnya pada Natasha dan Nerisha pula ikut bergabung, sebagai tanda pertemanan kedunya. Natasha tidak menjawab pertanyaan terakhir Bintang. Namun, Bintang mengerti arti diam itu.
"Ayo, Nerisha kita harus segera pergi!"
Tanpa salam lagi, Natasha dan Nerisha segera pergi dan tidak berselang lama para Polisi beserta Bulan pun tiba di lokasi Bintang berada.
Dari tim kepolisian yang datang tidak sempat melihat wajah Nerisha dan Natasha karena keduanya telah menghilangkan seolah tertelan bumi.