Chereads / CINTA PENGANTIN MASA LALU / Chapter 17 - 17. Jepitan Rambut

Chapter 17 - 17. Jepitan Rambut

"Permisi. Permisi!"

Nerisha menarik tangan Orion sampai keduanya hadir di tengah-tengah keributan yang ada.

Gadis bertubuh mungil itu berdesakan dengan murid yang masih memadati area tersebut, kendati Nerisha tidak menyerah begitu saja dia tetap berjalan apa pun yang terjadi, sebelum akhirnya beberapa murid memberikan sedikit jalan pada gadis itu.

Orion pun mengikutinya di belakang seperti bayi. Beberapa murid melihat kejadian tersebut dan berpikir bahwa terjalin suatu hubungan antara Nerisha dengan Orion. Namun, gadis itu menegaskan tidak ada hubungannya menarik tangan dengan perasaan, yang menurut sebagian orang mungkin bergejolak di dalam dada.

Nana yang berada tidak jauh seketika mengepalkan kedua tangannya sambil membulatkan mata, meremas seragam sekolahnya sampai seseorang menegurnya.

"Kau cemburu dengan mereka?"

Nana membalikan badan seketika itu juga aura kemarahannya terpancar jelas dari sorot mata. Murid yang tanpa sengaja menegurnya itu merasa takut dan memilih menjauh dari Nana. Sedikit pun dia tidak berpikir bahwa tanggapan Nana akan seperti ini, seolah gadis itu berubah menjadi Harimau yang lapar.

"Pergi kau!"

Nana membentaknya. Bagaimana juga dia memang cemburu dan tidak bisa dipungkiri hatinya merasa sakit ketika melihat Orion bersama dengan Nerisha.

Pemuda itu pun pergi sambil menggelengkan kepalanya, menyadari bahwa keberadaan tidaklah menguntungkan untuk sekarang, terutama ketika seorang wanita tengah cemburu.

Di lain sisi, Nerisha dan Orion telah berada tepat di bibir pintu. Guru serta petugas yang hadir menaikan satu alis mereka, memandang Nerisha dan Orion bersama-sama.

"Nerisha, Orion, sedang apa kalian di sini?" Guru itu bertanya sambil melipat tangannya di dada, berdiri tegak memandang Nerisha dan Orion dari atas kepala sampai kaki.

"Paman, apa aku bisa memeriksanya?"

Nerisha sama sekali tidak menggubris pertanyaan Gurunya itu. Sebaliknya dia langsung memposisikan diri untuk membuka gembok yang sedari tadi tidak kunjung terbuka.

Petugas membuka mulutnya. Namun, dia tidak bisa menyusun kata-katanya sampai Guru Sains itu yang membalas perkataan Nerisha.

"Apa maksudmu berkata seperti itu, Nerisha? Petugas ini saja tidak bisa membuka gemboknya dengan semua kunci-kunci yanga ada, lalu bagaimana caramu untuk membuka gembok ini tanpa kunci satupun di tanganmu?"

Setelah pertanyaan itu, Nerisha baru menyadari keberadaan Gurunya tersebut. Beberapa saat lalu dia hanya berfokus pada gembok itu saja dan tidak sekalipun menoleh pada Gurunya.

Pria dewasa itu mengelah napas panjang. Bagaimana caranya menjelaskan pada anak muridnya yang satu ini? Nerisha dikenal memiliki IQ yang tinggi. Namun, hal seperti ini bukanlah pelajaran Sains yang dapat dipecahkan dengan begitu saja.

"Bapak memercayaiku tidak andai memang percaya maka biarkan aku yang membuka gemboknya dengan kunci ini!"

Nerisha menunjukan benda kecil yang sebelumnya menghias di rambutnya. Benda itu dia gunakan untuk menjepit beberapa helai rambut agar tidak mengenai telinganya.

Bukan hanya Guru dan petugas itu saja yang terkejut, tetapi Orion yang tadi datang bersama dengan Nerisha juga terperanjat saat tahu benda kecil itu akan digunakan untuk membuka gembok.

Semua orang terkejut termasuk murid-murid yang berada tidak jauh dari Nerisha, saat mereka mendengar bahwa gadis itu akan menggunakan jepitan rambutnya untuk membuka pintu yang terpasang gembok itu, semua orang berpikir bahwa Nerisha telah gila.

Bagaimana bisa sebuah benda kecil berwarna hitam berbentuk runcing itu dapat membuka pintu yang terpasang gembok, sementara sejak tadi tidak ada satu pun anak kunci yang dapat membukanya?

"Nerisha! Jika, kau ingin bermain jangan di tempat seperti ini. Saat ini kami sedang berpikir bagaimana cara untuk membuka gemboknya, bukan sedang bermain boneka. Singkirkan itu dari hadapan Bapak!"

Pria dewasa itu menepis tangan Nerisha yang mengangkat jepitan rambut di depan matanya. Namun, Nerisha sama sekali tidak tersinggung. Dia paham bahwa semua orang pasti tidak akan percaya andai itu terjadi, mungkin hanya ada di film saja.

Nerisha tidak menyerah begitu saja. Gadis itu sebaliknya berusaha meyakinkan yang lain bahwa dia tidak sedang bermain atau berusaha membuat lelucon.

"Pasti bisa. Bapak percaya saja kepadaku. Aku akan membuktikan bahwa dengan jepitan ini, gembok yang terkunci itu akan terbuka. Percayalah Pak!"

"Cobalah. Jika memang kamu yakin, maka cobalah!"

Tidak ada cara lain selain memercayainya terutama melihat sorot mata yang Nerisha panarkan penuh dengan rasa percaya diri yang besar.

Setiap usaha perlu dicoba. Mungkin saja Nerisha yang terkanal dengan IQ-nya yang tinggi benar-benar bisa membuka gembok itu dengan jepit rambutnya, siapa yang tahu?

"Terima kasih, Pak. Aku akan segera mencobanya."

Nerisha tidak membuang waktu untuk segera melakukan kemauannya itu. Seluruh pasang mata ikut menarik napas dalam-dalam, sebab yang diperbuat Nerisha sungguh diluar dugaan mereka.

Setiap murid mencoba mengabadikannya dengan ponsel masing-masing. Namun, lain halnya dengan Nana yang memilih pergi dan melewatkan momen tersebut. Dia terlalu kesal, dadanya merasa sesak di saat semua orang menjadikan Nerisha sebagai pusat perhatian mereka.

"Tunggu!"

Namun, sebelum jepit rambut itu membuka gembok tersebut, seseorang menghentikannya. Nerisha menoleh dan yang lain mengelah napas panjang yang sejak tadi tertahan.

Hati mereka sudah dag dig dug menunggu hasilnya, tetapi harus dihentikan sementara oleh Guru mereka sendiri.

"Ada apa lagi Pak?" Nerisha tidak bisa menahan diri untuk bertanya dan begitu juga dengan yang lain. Tentu mereka sudah siap menunggu hasilnya.

"Semoga berhasil."

Nerisha sampai menahan napasnya menunggu apa yang akan disampaikan Guru Sains-nya itu. Namun, Nerisha tidak merasa kesal meskipun yang dikatakan Gurunya hanya ungkapan singkat.

"Sudah jangan banyak basa-basi lagi. Cepat buka gembok itu, kami sudah tidak sabar ingin melihatnya," tuntut salah seorang murid yang berdiri di barisan paling depan.

Nerisha menganggukkan kepalanya dan segera mengambil posisi siap untuk membuka gembok tersebut.

Tidak ada lagi yang bisa menghentikan Nerisha untuk melakukan aksinya. Semua orang menahan napas dan tidak ada yang berani untuk bersuara lagi.

Keringan bercucur deras dari wajah gadis berponi itu. Orion ingin membantu menghapus keringat yang sepertinya mengganggu penglihatan Nerisha. Namun, Orion mengurungkan niatnya itu. Sebaiknya memang dia tidak menggangu Nerisha untuk sekarang atau konsentrasi akan terganggu.

Nerisha telah memasukan jepitan rambutnya ke dalam lubang gembok itu. Jari-jemarinya digerakkan perlahan, memutar jepitan rambutnya searah dengan arah jarum jam.

Semua orang benar-benar menahan napas dan tidak sedikitpun mereka melewatkan momen besar tersebut.

KREK ...

Terdengar suara seolah ada yang patah. Mereka sudah berspekulasi bahwa gembok itu berhasil terbuka dan benar saja. Seketika gembok itu terlepas dan rantai itu tidak lagi terbelenggu.

"Ah, lihat Bapak. Bagaimana Nerisha melakukan itu? Dia berhasil membuka gemboknya."

Orion yang pertama kali bereaksi sedangkan Nerisha terdiam seolah tidak memercayai bahwa yang dirinya lakukan itu benar-benar dapat membuka gembok tersebut.

"Benar Pak. Murid Bapak ini berhasil membuka gemboknya dengan mudah, hanya dengan jepitan rambutnya saja … Kamu hebat, Nak."

Nerisha mendapatkan pujian dari petugas sekolah, bukan dari pria itu saja, tetapi beberapa murid juga ikut memuji dan bertepuk tangan.

Ketika yang lain bersorak gembira, lain halnya dengan Guru Sains, dia masih terpelongo tak percaya dengan apa yang terjadi di depan matanya.

Seorang gadis polos tanpa anak kunci di tangannya, nyatanya berhasil membuka gembok yang sulit terbuka hanya dengan sebuah benda kecil yang digunakannya sebagai penghias rambut.

Siapa pun akan terkejut dengan kenyataan tersebut. Namun, nyatanya itu bukanlah fanamorgana yang dapat melabui penglihatan.

Setelah pintu terbuka, Nerisha tidak membuang waktunya dengan menerima semua pujian tersebut. Betapa semangatnya dia untuk segera masuk.

Langkahnya sangat cepat sampai semua orang bertanya-tanya. Dia berjalan atau berlari? Sedangkan Orion berpikir untuk menyusul Nerisha di dalam, sebelum langkahnya dimulai mendadak sesuatu terdengar.

"Aaaa!"

Nerisha menjerit dengan sangat keras sampai semua orang dapat mendengar suaranya itu, termasuk Orion yang langsung mencemaskan kondisi Nerisha di dalam sana.

"Nerisha!"