Chereads / CINTA PENGANTIN MASA LALU / Chapter 7 - 07. Jaket Hitam

Chapter 7 - 07. Jaket Hitam

Keesokan harinya. Nerisha kembali sibuk dengan aktivitas sehari-harinya yaitu sekolah.

Namun, ada yang berbeda dengan Nerisha hari ini. Di dalam kelasnya, gadis yang memang tidak suka bergaul itu tampak murung di tempat duduknya.

Nerisha terlihat sedang banyak pikiran. Entah apa yang tengah mengganggu gadis berseragam SMA itu, sepertinya dia masih memikirkan kejadian kemarin.

Tentu, waktu di mana foto Bintang, gadis yang menjadi misteri dalam kasus ini tiba-tiba bersinar ketika dia dan kakaknya hendak pulang.

****

Kemarin, di salah satu gang sempit yang terletak di sekitaran Distrik B04. Tanpa diketahui keduanya tiba-tiba saja foto Bintang mengeluarkan cahaya yang begitu terang dan menyilaukan mata.

"Ada apa ini Kakak? Kenapa fotonya bercahaya?"

"Kakak juga tidak tahu, tapi cahayanya ini membuat Kakak sulit untuk melihat." 

Natasha menutupi matanya dan mencoba menghindari cahaya yang begitu terang tersebut. Hal serupa juga dilakukan Nerisha, sebab Kilauan yang keluar dari foto membuat mata mereka sulit melihat.

Tak berselang lama, cahayanya perlahan mulai memudar dan menghilang apa yang terjadi selanjutnya? Foto itu berubah menjadi hologram seperti yang biasa terjadi sebelumnya.

Hal tersebut tidak serta merta mengejutkan Berushaa dan Natasha. Namun, keduanya memiliki firasat buruk tentang hologram itu.

"Kakak, lihat. Ternyata fotonya berubah menjadi hologram, tapi kenapa?"

Hal yang terjadi secara mendadak itu membuat Natasha dan Nerisha bertanya-tanya. Apa yang akan terjadi selanjutnya?

"Sepertinya foto itu akan menunjukan petunjuk baru," ungkap Natasha menebak-nebak.

Seiring dengan pemikiran Natasha, yang diungkapkannya benar. Nerisha untuk kali ini melihati foto itu berubah menjadi petunjuk baru yang keduanya tidak tahu itu akan membawa dampak positif atau buruk?

Tertulis, "Selamatkan Gadis itu sebelum pukul 00.00 besok. Kalian memiliki waktu 24 jam dari sekarang untuk menemukan gadis yang bernama Bintang itu atau, kalian akan kehilangan nyawa dia!"

Petunjuknya sangatlah mengerikan, dengan beriring tetesan darah dari hologram tersebut dan sedikit terlihat wajah seorang gadis dari hologram yang bersinar di depan mata mereka.

Namun, Nerisha beserta Natasha tidak bisa memastikan itu Bintang atau bukan, karena gambarnya juga terlihat kabur. Jadi sulit untuk menganalisa meski jarak pandang sangat dekat.

Sesaat membaca itu semua, dalam waktu bersamaan, hologramnya berubah menjadi anak panah yang seperti penunjuk jalan.

Anak panah itu tampaknya ingin Nerisha serta Natasha mengikutinya, sebab terlihat jelas anak panahnya yang bergerak-gerak tidak jelas mengarah ke arah barat.

"Sepertinya kita harus mengikuti anak panah itu, Nerisha?" tebak Natasha yang terus memperhatikan setiap gerak dari anak panah tersebut.

"Sepertinya, Kak."

"Ya, sudah tunggu apa lagi, ayo kita ikuti anak panah itu!"

Anak panahnya telah bergerak cukup cepat ke arah barat. Pergi menjauh dari gedung konser yang sebelumnya Natasha dan Nerisha datangi.

Maksudnya, anak panah itu pergi ke arah lain dari lokasi terakhir yang Bintang datangi.

"Ayo, Nerisha!"teriak Natasha yang antusias. Sementara Nerisha mengikuti di belakang dengan napas yang terengah-engah.

"Iya, Kak."

Keduanya berlari mengejar anak panah itu, yang sudah terlebih dahulu bergerak menjauhi keduanya. Belum dapat diketahui kemana arah sesungguhnya dari anak panah tersebut. Namun, keduanya memiliki firasat bahwa akan ada keajaiban di depan sana 

******

Lima belas menit telah berlalu. Ini sudah cukup jauh dari tempat kejadian sebelumnya. Kedua gadis yang sejak tadi berlari anpa henti mulai merasa kelelahan.

"Aduh, Kak. Aku sudah lelah. Kita berhenti dahulu Kak, rasanya kaki ini sudah tidak kuat untuk berlari lagi," keluh Nerisha sambil membungkuk memegangi lututnya yang mulai terasa linu.

"Ya, Kakak juga sudah sangat lelah. Rasanya jantung ini ingin lepas saja. Kakak juga sudah tidak kuat lagi untuk berlari. Kita istirahat dulu di sini untuk sementara."

Keduanya sama-sama menepi ke salah satu toko yang berjajar di jalan ini. Bersandar pada dinding penyangganya. 

Kakak beradik ini mencoba mengatur kembali tenaga mereka yang hampir habis itu.

Sedangkan anak panahnya seketika menghilang tanpa sepengetahuan Nerisha dan Natasha.

"Kemana pergi anak panahnya?" Natasha menyadari kalau mereka kehilangan anak panah yang menjadi penunjuk jalan beberapa saat lalu.

"Jika anak panahnya menghilang, lalu bagaimana kita bisa menemukan keberadaan Bintang, Kak?" tanya Nerisha sembari berdiri dan mengatur napas yang perlahan mulai stabil.

"Ayo berpikir Natasha. Anak panah itu membawamu ke tempat ini pasti ada sebabnya. Tidak mungkin anak panahnya menghilang begitu saja, bukan?" batin Natasha sambil menganalisa sekitar.

Sembari mengisi kembali tenaganya, Natasha juga berpikir apa tujuan anak panah itu menunjukan jalan kepada mereka ke tempat ini? Pasti ada sebabnya?

"Kakak!" tegur Nerisha sedikit bernada ketika mendapati Natasha yang melamun dengan raut wajah seperti orang yang sedang banyak pikiran.

"Ada apa?" Natasha tersadar saat tahu adiknya sudah berdiri di hadapannya dengan membawa satu botol air mineral di tangan kanannya.

"Ini, aku membelikan minum ini untuk Kakak."

Nerisha memberikan satu botol air mineral yang beberapa saat lalu dia beli di toko terdekat. Secara senang hati Natasha menerimanya, toh dia juga sangat kehausan.

Keduanya sama-sama minum air mineral itu. Nerisha tidak membeli satu botol saja, tetapi dia juga membeli untuk dirinya juga.

Selagi beristirahat, tiba-tiba saja penglihatan Natasha terganggu. Dia terpelongo ketika melihat seorang gadis yang berjalan di seberang jalan sana.

"Nerisha!" Gadis memakai kacamata minus itu segera memanggil Nerisha yang tengah minum dan hasilnya Nerisha tersedak karena Natasha yang menepuk bahunya begitu keras.

"Ada apa Kak? Mengapa kau memukulku seperti itu? Apa yang sebenarnya Kakak lihat?" Nerisha mengernyitkan dahinya, memandang Natasha dengan tatapan bertanya-tanya.

"Coba kamu lihat gadis yang sedang berjalan di seberang sana?"

Natasha menunjuk ke satu arah, mengarahkan adiknya untuk melihat gadis yang berjalan sendiri di ujung jalan sana. Gadis itu memakai jaket hitam dan menutupi kepalanya. Gerak-gerik gadis itu sangat mencurigakan.

Nerisha menyipitkan mata, mengalihkan pandangannya pada gadis yang ditunjuk Natasha.

"Apa yang salah dengan dia, Kak?"

"Kamu benar memang tidak ada yang salah dari dia, tetapi apa kamu perhatikan jaket yang dia pakai? Itu bukanlah milik Bintang, yang dia pakai saat malam konser beberapa hari yang lalu?"

Nerisha memperhatikan jaket yang dimaksud Natasha tersebut dan benar yang dikatakan kakaknya. Setelah diperhatikan secara detail itu memang jaket yang dipakai Bintang beberapa saat lalu.

"Yah, Kakak benar. Itu jaket sama, yang saat itu Bintang pakai. Ya, aku masih mengingatnya. Jaket itu memang sama persis seperti yang Binang pakai saat malam konser. Akan tetapi, kenapa gadis itu memakai jaketnya Bintang?"

Pertanyaan bagus. Itu berarti gadis itu ada sangkut pautnya dengan Bintang. Setidaknya ini yang Natasha pikirkan.

"Bagaimana kalau kita mengikuti dia, Kak? Mungkin saja dia tahu banyak tentang Bintang atau, dia orang terakhir yang berkomunikasi dengan Bintang?"

Dugaan Nerisha begitu tepat. Natasha pun satu pemikiran dengan adiknya. "Kau benar. Jadi, tunggu apa lagi. Ayo, kita kejar dia, sebelum dia pergi jauh!"

"Ayo, Kak!"

Seperti yang sudah dipikirkan, keduanya berlari bersama untuk mengejar gadis yang memakai jaket serupa seperti milik Bintang. Walaupun di antara keduanya belum bisa memastikan identitas gadis itu. Namun, firasat mereka mengatakan. Bintang akan ditemukan setelah ini.

*****

Gadis itu berjalan perlahan di depan, Nerisha beserta Natasha mengikuti di belakang dengan gerak gerik mereka yang seperti penguntit.

Gadis yang menutupi kepalanya itu merasa sedang dibuntuti oleh orang lain. Dia dengan jelas mengetahui bahwa di belakangnya ada dua orang yang mengikutinya sampai di sini. Merasa dibuntuti seperti ini, membuat dia ketakutan dan risih takut-takut kedua orang itu akan merampok dirinya.

Gadis memakai jaket hitam dengan tinggi sekitar 165 cm itu menambah kecepatan jalannya, sedangkan Natasha dan Nerisha juga menambah kecepatan mereka, sebab keduanya merasa gadis itu sudah tahu tentang situasi sekarang.

Remaja di balik jaket hitam itu semakin merasa takut, sehingga dia berlari dari dua orang yang mengikutinya di belakang.

Nerisha dan Natasha yang menyadari hal janggal tersebut segera ikut berlari pula untu mengejar gadis yang belum diketahui namanya. Keduanya tidak akan melepaskan dia.

Gadis yang usianya berkisar 18 tahun itu berlari kencang, sampailah mereka di ujung jalan buntu. Gadis berjaket hitam itu salah jalan. Dia tanpa sadar sudah masuk ke salah satu jalan buntu, hingga membuat dirinya terpojok karena tidak ada jalan lagi di depannya. Sedangkan Nerisha dan Natasha masih terpantau berlari di belakang.

"Aku harus apa? Orang-orang itu tidak mau berhenti berlari. Apa yang mereka inginkan dariku?"

Gadis itu mencoba untuk mencari jalan keluarnya. Dia tak ingin berdiam diri di sana. Gang ini terhimpit dua gedung besar, tidak mungkin dia memanjat salah satu dindingnya sebab dia bukan seekor laba-laba yang bisa merayap di dinding.

Namun, gadis berjaket hitam berwajah lucu itu melihat tumpukan sampah yang ada di sekitar gang. Mungkin itu sampah pemilik gedung tersebut.

"Sepertinya tidak ada cara lain, aku harus segera bersembunyi atau orang-orang itu akan mengambil nyawaku."

Gadis itu tidak memiliki waktu untuk berpikir panjang, dia memutuskan untuk menimbun dirinya di antara tumpukan sampah. Namun, sebelum rencana itu selesai Natasha dan Nerisha  telah sampai di sana.

"Hei, kau!"

Natasha memanggilnya dengan nada tinggi. Gadis yang sangat suka membawa buku catatan kecil itu berlari begitu kencang guna mendapatkan mangsa berjaket hitam yang berusaha bersembunyi itu.

Setelah sampai Natasha segera menarik tangan gadis tersebut, dengan dibantu Nerisha akhirnya kerja sama mereka membawakan hasil.

Natasha berhasil menangkap gadis tersebut dengan perlawanan sengit, sedangkan dia yang merasa tidak bersalah terus mencoba untuk melepaskan diri dari Nerisha beserta kakaknya yang dia sendiri tidak kenal.

"Lepaskan! Aku tidak mengenal kalian! Jangan tanggap aku! Aku tidak akan mengukuti kalian! Lepaskan aku! Kalian tidak bisa memaksaku seperti ini!"

Dia memberontak meminta untuk dilepaskan. Kedua tangannya yang digeram oleh Natasha, terus memberikan perlawanan. Sementara Nerisha berusaha mempertahankan genggaman tangannya agar gadis berjaket hitam itu tidak pergi.

"Katakan, bagaimana bisa kau memiliki jaket ini? Jaket hitam yang kau pakai sekarang, ini adalah milik Bintang, Bukan?"

Natasha bertanya demikian, sontak membuat gadis itu mengernyitkan alisnya dan memandang satu demi satu wajah Nerisha dan Natasha tanpa berkedip.

Dia tak lagi memberontak seperti sebelumnya. "Bagaimana kalian tahu jaket ini milik Bintang? Siapa kalian, kenapa kalian mengenal Bintang?" 

Gadis itu berbalik bertanya pada Natasha yang masih menggenggam tanganya dengan erat seolah Natasha tidak ingin mangsanya pergi lagi.

Pertanyaan dari gadis berjaket hitam itu pula membuat Natasha terdiam, terutama ketika gadis itu menunjukkan wajahnya yang sebelumnya tertutup jaket.

"Siapa kalian? Bagaimana kalian bisa mengenal Bintang?" Kembali gadis itu berteriak dan bertanya hal yang sama. Natasha dan Nerisha saling berpandangan sebelum akhirnya mereka kembali memandang gadis tersebut.

Sesaat setelah berteriak. Gadis itu kembali memberontak, kali ini tenaganya begitu besar sampai membuat Natasha dan Nerisha kewalahan untuk mengimbangi kekuatan tersebut.

Setelah berusaha keras, akhirnya gadis itu berhasil lepas dari cengkraman Nerisha beserta kakaknya. Dia berlari untuk beberapa langlah dan menjauh dari kedua gadis yang sama sekali tidak dikenalnya.

"Hei, tunggu!" Natasha memanghilnya tanpa ragu, sontak gadis itu berhenti dengan raut wajah yang begitu bersedih.

Dia berbalik badan dan berkata….