"Bereskan semuanya, sampai tempat ini benar-benar rapi," seru laki-laki berwajah asing pada Ashilla.
Tak hanya membersihkan tapi gadis itu juga disuruh mengubah tampilan ruangan, dan memindahkan beberapa meja juga posisi pajangan dinding.
Membuat Ashilla menggerutu, padahal ada Office Boy. Tapi kenapa semua itu dilimpahkan padanya.
"Mungkin karena orang itu adalah supervisor baru," fikir Ashilla dengan menerima saja perintah yang diberikan padanya.
Percuma ia tampil cantik dan rapi pagi ini, percuma juga ia meminjam alat make up Tita, jika pada akhirnya ia harus bergelut dengan debu juga kain pel.
Ashilla mengedarkan pandangannya, ia merasa suasana terlalu hening dan tak seperti biasanya.
Bukankah lantai 3 itu harusnya ruangan khusus milik Bu Martha alias pemilik perusahaan tempat ia bekerja.
Tapi memang 2 hari ini Bu Martha tak terlihat masuk kantor, tersiar kabar jika beliau sedang tak enak badan.
Foto kecil di atas meja itu diraih oleh Ashilla, meski tampak ragu. Foto bu Martha sedang menggandeng mesra anak laki-laki yah sekitar umur 7 tahun, dengan tubuh gendut juga sedang memegang ice cream.
Membuat Ashilla spontan tertawa, "Haha..," padal gadis itu sudah berusaha menahannya tapi karena wajah anak laki-laki itu terlalu menggemaskan membuat tawanya pecah.
Klep..
Suara pintu terbuka,
Laki-laki asing itu lagi!
Ia datang dan mendekat pada Ashilla yang sedang memegang frame kecil berukuran 5 R.
Dengan kasar ia merebutnya dari tangan Ashilla. Dan dengan sukarela Ashilla membiarkannya.
Laki-laki asing itu membelitkan matanya, ikut memperhatikan frame yang ia rebut. Bibirnya tersungging setengah.
Hehh,
"Lucu sekali anak laki-laki ini," ucapnya.
Membuat Ashilla melongo bingung, dan memilih untuk berbalik badan seolah mengerjakan pekerjaan lainnya.
"Hei tunggu!" pintanya, sebelum Ashilla berlalu menuju rak buku di sudut ruangan.
Ashilla menoleh, melihat wajah laki-laki asing itu dengan wajah datar dan malas.
"Ya!" jawab Ashilla singkat.
"Kau pasti sama, menertawai laki-laki gendut ini kan!" ucapnya.
Membuat Ashilla tersenyum tipis dan tak mengiyakan juga tak mengelak. Tapi ia memilih main aman.
Laki-laki itu tampak tak puas dengan jawaban Ashilla. "Iya kan, mengaku saja," ucapnya diselingi senyum.
Jika tersenyum wajah laki-laki itu cukup menarik dan manis. Ashilla membalasnya dengan senyum simpul.
'Benar dugaan ku, dasar wanita sialan, bisa-bisanya dia mengatai foto kecilku," batinnya kesal.
Melirik sekitar, terlihat sentuhan tangan gadis itu cukup lumayan, walaupun laki-laki itu enggan memujinya.
"Ehmm, cepat keluar jika kau sudah menyelesaikan tugasmu, karena si pemilik ruangan ini akan datang," suara laki-laki itu setengah berbisik di kuping Ashilla.
Ashilla hanya membelitkan matanya, dan mempercepat pergerakannya. Tinggal sedikit lagi, ia hanya butuh mengganti air dalam vas bunga kaca di sudut meja.
Dan selain itu, semua terlihat sudah sesuai dengan yang Ashilla inginkan, "Semoga si pemilik ruangan suka," gumam Ashilla dengan menatap ruangan yang selesai ia tata.
Mengipas-ngipaskan kedua tangannya, dan tak lupa memakai hand sanitizer, Ashilla siap untuk keluar ruangan dan kembali ke meja kerjanya.
Huhh,
Ternyata butuh setengah hari bagi Ashilla menata ruangan Manager. Membuat gadis itu bahkan melewatkan jam makan siang yang hampir habis.
Perut yang berbunyi sedari tadi, membuat Ashilla tak ingin membuang waktu, ia berlari menuju kantin.
Walau dengan nafas terengah-engah. "Bu ice tea lemon 1," pintanya.
"Makannya gak sekalian, Bu Tiqah?"
Ashilla menganggukkan kepalanya, Nasi soto babat 1, siomay 1 dan batagor 1,"
Membuat pemilik kantin pun menertawai Ashilla. "Gak salah Bu? jam udah mepet Lo, memangnya ibu habis pesan sebanyak itu?"
Tiqah menganggukkan kepalanya, "Habis dong! Cepet Bu laper ni," seru Ashilla menunjukan wajah memelasnya.
Pemilik Kantin itu mengulas senyum. Dan bergegas mempersiapkan pesanan.
"Sial! Lagi-lagi aku harus menunggu," gerutu Tiqah yang sudah siap dengan sendok garpu di kedua tangannya.
Saking tak sabarnya, Tiqah Bahkan tak sadar jika diujung sana ada Dirga juga Tita yang hampir selesai makan.
Grekkk…
"Kenyang!" pungkas Tita puas.
"Jorok!"
Walaupun Tita wanita tapi ia lebih jorok daripada laki-laki, sendawa tanpa menutup mulut juga makan dengan suara, itulah Tita.
Dirga bangkit lebih dulu, dan disusul Tita yang segera bangkit. Sudah tentu Tita tak mau menjadi orang terakhir, karena siapapun yang terakhir makan maka ia yang berhak membayar bill tagihan.
"Huhh," Dirga terpaksa mengalah dibuat Tita. Padahal makanan yang dipesan Tita 3x lebih banyak dari dia.
Tita tersenyum legah dan senang, melihat sahabatnya mengeluarkan dompet, dan ia bisa dengan cepat kembali ke meja kerjanya.
But,
Melihat punggung Ashilla dari jauh membuat Tita mengurungkan niatnya, ia kenal betul itu adalah sahabatnya.
Tita menarik lengan Dirga dengan kasar, "Den-- itu!" tunjuk Tita dengan paksa.
"Apa lagi? Lo mau makan apa lagi," jawab Dirga yang mengira Tita sedang menunjuk tenda lainnya.
Tita menggelengkan kepalanya, "Bukan, i--itu Tiqah!" ucap Tita lantang.
Membuat Dirga menoleh dengan seksama, Dirga mengernyitkan dahinya dan mengikuti arah telunjuk Tita.
Tak salah lagi itu sahabat mereka, Ashilla. Dirga terlihat jauh lebih bersemangat dari Tita dan bergerak cepat mendekati Ashilla.
Bahkan Dirga melupakan Tita, yang jelas-jelas tak bisa berjalan secepat dirinya. "I--ih, tunggu!" pinta Tita dengan wajah kesal.
Pasalnya ia tak mungkin berlari, perutnya terlalu engap diajak berlarian. "Aghh! sial!" gerutu Tita masam.
Dengan bersusah payah, Tita harus merelakan segelas Es campur itu untuk tinggal. "Ehmm,"
Huhh, hah,,
Nafas Tita terengah-engah mengejar Dirga. "Tunggu ih!" teriak Tita manja.
Dirga paling tak bisa mendengar suara memelas juga melihat wajah meringis seperti yang Tita pertunjukan Sekarang. Membuat ia berhenti dan memilih kembali mendekat pada Tita.
Melihat Dirga yang berbalik arah membuat Tita tersenyum tipis, ia senang itu berarti Dirga lebih memilih dirinya dibandingkan Ashilla.
Huhhh,
"Gadis ini, benar-benar menguji kesabaran ku," gerutu Dirga dengan wajah terpaksa.
Kini ia menarik kasar Tita, agar berjalan cepat serasi dengan langkahnya.
"Ih-- sabar!
Mendengar suara keduanya yang khas dan juga sudah akrab di kuping Ashilla, gadis itu menoleh.
Dan melambaikan tangannya, "Hei!" sapa Tiqah menyeringai.
"Sini!!!" ajak Ashilla.