Chereads / Jodohku Bukan Kamu / Chapter 15 - Salting

Chapter 15 - Salting

Aku segera melepaskan diri, jika tidak bisa-bisa aku terjepit di pintu lift yang akan tertutup.

Tak luput ku ucapkan terimakasih, pada laki-laki berperawakan tinggi dan rambutnya ikal, hanya itu yang aku ingat.

Tingg!!

Suara alarm ku berbunyi.

Seharusnya aku sudah ada di meja, astaga gumamku dengan menepuk jidat ku yang cukup menonjol.

Aku berlarian tapi lagi-lagi aku terlambat, semua karyawan sudah berdiri rapi di sudut meja kerja, dan siap menyambut CEO baru.

Termasuk Dirga yang menatap kedatangan ku. Wajahnya tak kalah tegang dengan wajahku.

CK! Lidah ku seolah tergigit, mendapati laki-laki bermata biru lewat dengan wajah arogan.

Tas kecil di sebelah tangan ku terjatuh, aku tak bisa mengelak, ia datang mendekat padaku.

Dugg..

Dugg..

Dia berbisik pada laki-laki di belakang, yang ku ingat dia lah yang menangkap tubuhku di lift.

Dari rambutnya yang ikal dan tinggi badannya, tak salah lagi, ucapku.

"Nona, kau diminta ke lantai 3!" bisikan itu terdengar tak merdu.

Ha? Aku mendelik, keberatan. Sementara orang-orang tampak menyoroti ku.

Tak banyak waktu aku pun mengikuti langkah 2 laki-laki yang belum aku kenal. Dan berjalan di belakangnya.

Dengan wajah masih tertutup masker. Langkahku terasa berat dan tentunya jantung ku terus menari-nari takut.

Stop! Tenanglah kawan tenang sedikit, aku berbicara pada diri ku sendiri, seolah meminta jantung itu kembali bekerja semestinya.

Ruangan ini, ini bukankah ruangan tempo hari, ruangan Bu Martha yang ditata ulang olehku, dan sekarang--

Aku mengedarkan pandangan, semuanya tampak berbeda, tak ada satupun yang sama dengan yang aku tata kemarin.

Laki-laki berambut ikal itu pun meninggalkan ku, bersama dengan seorang laki-laki bermata biru yang terkesan tak ramah.

Wajahnya sih tampan hanya saja terlihat wajah itu tak pernah tersenyum sedikitpun. Ia membuka penutup mulutnya. Dan kembali menyoroti penampilan ku.

Mata biru itu tampak mendelik padaku, gleg, aku hanya bisa meneguk ludah. Mencoba mengatur nafas dan juga membuangnya perlahan.

Tak terdengar ia menawariku untuk duduk, apa aku dibiarkan terus berdiri, seperti di hukum saat masih sekolah, ucapku dalam hati.

"Hmm,"

Laki-laki itu berdehem dan menundukkan wajahnya.

Kau akan naik jabatan, dan ku minta kau tak berpenampilan seburuk ini," gumamnya pada ku.

Aku tak percaya, mata ku melotot, dan mulutku terbuka lebar. "A--apa?" tanyaku yang ragu.

"Bukan aku yang minta, tapi Bu Martha," pungkasnya.

Aku mendekat, dan ku lihat nama laki-laki itu, ia bernama Antonio. "Be-benarkah pak?" tanyaku.

Ia mengangguk, lalu batin ku bertanya, apa mungkin ia adalah anak Bu Martha. Tapi aku tak berani. Akhirnya aku memilih diam.

Kini perasaan ku benar-benar tak karuan, aku senang dan juga khawatir. Aku takut jika aku tak pantas menduduki jabatan itu.

"Gajimu akan dinaikkan 2x lipat," lagi-lagi aku hanya bisa melongo kebingungan.

Seharusnya aku meloncat-loncat karena girang, tapi entahlah kenapa perasaanku jadi kaku.

Antonio tampak merapikan meja kerjanya, dan aku tak bisa tinggal diam, ku bantu pak Antonio. Dan ia sempat menolaknya.

Aku tak perduli, aku ingin menunjukkan kinerja ku yang bagus, "Sudah pak serahkan semua padaku," ucapku dengan penuh percaya diri.

Akhirnya ia memperbolehkan ku, dan laki-laki itu memilih bangkit dari kursinya. Dan terlihat ia bersiap meninggalkan ruangan.

"Pak!" Panggil ku menahan langkah pak Antonio. Ia menoleh dan melirik ku.

Matanya benar-benar indah, walau wajahnya terkesan tak ramah. "Ya!" Jawabnya singkat.

Aku bingung, kenapa lidahku seolah berat, aku canggung ingin menanyakan apa.

Akhirnya ia berlalu begitu saja, dan pintu itu tertutup. Membuat ku harus bekerja dengan ekstra.

Kurapikan ruangan luas itu, dan ku sentuh semua benda aku lap dan aku bersihkan. Aku tak memindahkan satu barang pun. Karena aku takut jika merusak tatanan ruangan baru itu.

Huhh, aku menghela nafas panjang. Setelah rapi aku segera ke kamar kecil. Merapikan tatanan ku dan juga aku mulai memoles wajah ku dengan make up.

Menggunakan serum favoritku, BB cream dan juga bedak dengan pilihan warna pink. Dan mengakhirinya dengan sentuhan lipstik nude.

Ku kecap-kecap bibir tipis ku, dan juga aku bubuhkan sedikit perona bibir di kedua pipi ku. Kini aku tampak percaya diri.

Aku keluar dengan orang yang baru, dan juga jabatan baru ku. Aku berjalan dengan anggun dan selalu setia di sebelah pak Antonio.

Ku perhatikan wajah Kinnan dan teman-temannya yang terlihat tak suka dengan keberadaan ku di sebelah pak Antonio.

Tapi aku malah melemparkan senyum, yah, aku hanya ingin sedikit mengejeknya balik.

Ternyata akulah yang pantas mendampingi si tampan pak Antonio. Ceo Baru di perusahaan ku.

Kami berjalan dengan berdampingan, menuju pusaran perkumpulan karyawan. Ruang yang luar itu mempertemukan semua karyawan, dan ini adalah meeting pertama kami tanpa kehadiran Bu Martha.

Jam 10.00

Semua mata menyorot kami, atau mungkin pak Antonio lebih tepatnya, dimana beliau memimpin meeting pagi ini.

"Pagi!"

Sapa beliau pada para karyawan, aku segera membuka laptop dan menyalakannya, seolah aku benar-benar sudah menguasai jobdesk ku sebagai sekretaris handal.

Padahal itu hanya insting saja, aku tertawa kecil atas kemenangan ku. Bisa ada di posisi saat ini. Aku terus menyunggingkan senyum pada orang-orang di hadapan ku.

Pak Antonio mulai menyampaikan beberapa materi, termasuk visi misi perusahaan kedepannya. Walaupun seharusnya beliau memperkenalkan diri terlebih dulu.

"Baiklah, saya harap kita akan bekerja sama lebih baik lagi, walaupun nantinya perusahaan ini akan dipimpin oleh kakak saya,"

Ha? Apa? Aku terkejut, dan lebih melotot dibandingkan orang-orang. Ku kira pak Antonio lah yang akan memimpin perusahaan ini. Tapi ternyata aku salah.

Padahal aku sudah merasa nyaman dengan beliau, tapi sayang, gumamku penuh sesal.

Krekkk,

Pintu itu terbuka, dan semua melirik, termasuk aku. Ada 5 orang masuk mereka berpakaian serba hitam. Dan seorang laki-laki bertubuh kekar, gagah dan juga bermata coklat. Ia mendekat, dan Antonio menjemputnya.

"Hai.. kak," sapa Antonio.

Lagi-lagi aku penasaran, seperti apa wajah anak Bu Martha? Yah, semua tau siapa Bu Martha.

Wanita berusia 54 tahun, dengan pembawaan keibuan, lembut, berwibawa dan smart. Dia benar-benar atasan yang bisa mengayomi.

Yah, pasti anak beliau mewarisi sikap dan sifat beliau, walaupun tak 100%. Gumamku.

*****

"Agh, aku takut jika dia yang memimpin perusahaan ini, aku takut kita tak memiliki kebebasan seperti sekarang,"

Kinnan menganggukkan kepalanya, seolah ia setuju dengan ucapan temannya.

"Yah, gue udah telusuri, dia orang yang dingin arogan dan juga bad boy," jawab Kinnan yakin.

"Sudah gue duga, dari tampangnya ajah liat! Matanya, cara dia berpose, itu benar-benar,"

"Agh, sial!! Gue harap Bu Martha kembali sehat dan balik ngantor,"

"Mustahil Kir, lagipula lambat laun pasti si sombong itu juga yang akan mengepalai kita."

Huhh, keduanya menghela nafas panjang…

Kinnan mencolek teman di sebelahnya, seolah ia memberikan kode. "Ssst, lihat! Dibelakang Lo!"