Chereads / Jodohku Bukan Kamu / Chapter 11 - Wanita Itu

Chapter 11 - Wanita Itu

Pembicaraan itu harus terputus, karena jam kantor sudah berakhir. Tita dan Dirga pun tampak bergegas keduanya kompak mengajak Ashilla pulang.

Walaupun arah rumah Ashilla berbeda sendiri, tapi Dirga dan Tita tak keberatan mengantarkan lebih dulu.

Untuk pertama kalinya Ashilla terpaksa menolak, karena ia sudah lebih dulu memiliki janji dengan kekasihnya Gernald.

Lagipula kedua sahabatnya itu tak terlihat riang seperti biasanya, wajah Tita dan Dirga tampak menyimpan beban. Entah apa, sulit bagi Ashilla untuk menebaknya.

Dirga meminta Tita dan Ashilla seperti biasa, berdiri di depan pagar, dan ia akan menyusul dan memboyong mobil merah kesayangannya.

"Ya," Tita mengiyakan, dan berdiri di sebelah Ashilla.

Sementara Ashilla gadis itu tampak Sangat gelisah, seolah takut tertinggal tiket kereta api.

"Hei, ayo!" tepuk Tita pada pundak Ashilla. Juga klakson Dirga yang sudah berbunyi beberapa kali.

Membuat Ashilla tersadar, "Hufft, eh… kalian, ma--maaf gue ada janji," ucap Ashilla dengan gelagapan.

Membuat Tita dan Dirga saling lirik. Tentu saja keduanya tak tau jika Ashilla bukanlah seorang jomblo melainkan memiliki pacar.

"Yakin gak bareng kita?" tanya Tita sekali lagi.

Ashilla menggelengkan kepalanya, "Yah, soalnya gue gak enak ngebatalin mendadak, sorry ya guys," wajah bersalah itu ditunjukkan Ashilla.

"Sepenting itu yah? Emang janji sama siapa sih," tanya Dirga.

Tita langsung menyikut perut Dirga, "Hush kepo! Memangnya semua urusan cewek lo harus tau," timpal Tita dengan wajah jengkel.

"Ya udah cabut yuk! Gue udah ditungguin nyokap bokap ni," seru Tita.

"Huh cabut sana, kasihan Tita, Lo tau kan nyokap bokap ya kayak apa," pungkas Ashilla.

"Huhh, yah nih anak mami," Dirga menertawai Tita. Dan mobil merah itu pun berlalu meninggalkan Ashilla.

Dirga membunyikan klakson beberapa kali sebelum akhirnya ia benar-benar meninggalkan Ashilla.

Walau kedua bola matanya masih memperhatikan Ashilla dari kaca spion mobil.

"Ehmm," Tita memasang wajah cemburu. Walaupun Tita tau tak ada hubungan spesial di antara keduanya, tapi entah kenapa, kalau Dirga membagi perhatiannya pada Ashilla gadis itu terlihat keberatan.

_________________

Laporan semua sudah selesai dan tinggal di tanda tangani pak," ucap sekretaris cantik, dengan tinggi semampai juga memiliki mata indah.

Gadis itu biasa dipanggil Grace, walaupun itu bukan nama sebenarnya. Grace gadis dengan tinggi 168 Senti, rambut tergerai panjang dan hidung mancung dengan lesung pipi di sebelah, membuat senyumnya begitu memikat. Tapi tidak untuk Gernald.

Laki-laki itu tetap menautkan hatinya hanya kepada Ashilla, walaupun sejauh ini hubungan mereka hanya diam-diam.

Gernald Bahkan tak sekalipun melirik Grace, meskipun Gernald tak mengelak dan tak bisa menangkis, bahwa Grace memang benar-benar cantik.

Bahkan gadis itu memang sebelumnya berprofesi sebagai model salah satu majalah ternama di ibukota. Tapi entah kenapa ia memilih keluar dari dunia entertainment.

Dunia yang memang digandrungi oleh banyak wanita cantik di luar sana. Memiliki warna kulit eksotis juga pinggang ramping serta bentuk wajah yang menjual membuat Grace dilirik agent juga label-label ternama.

Tapi gadis itu sudah bulat dengan tekadnya, tapi selintas pernah terdengar, jika Grace adalah anak dari sahabat Nyonya Sisca.

Yah, Nyonya Sisca sengaja mempekerjakan Grace di kantor putranya, dengan alasan Grace cukup bisa diandalkan, karena wanita cantik itu cukup memikat calon klien, juga Grace adalah gadis yang pintar, ia menguasai beberapa macam bahasa.

Seperti bahasa Inggris, Mandarin juga sedikit bahasa Jerman. Dimana ada dua investor besar yang berasal dari Jerman.

Menurut Nyonya Sisca, Grace adalah gadis yang tepat untuk putranya Gernald.

Tapi sudah 3 setengah tahun Grace menjadi sekretaris Gernald, tak sekalipun Gernald menyatakan cintanya pada Grace.

Padahal Gernald terlihat memiliki ketertarikan pada Grace, dimana Gernald cukup sering mengantarkan Grace pulang ke rumah, dan bahkan keduanya kerap keluar kota walaupun dalam urusan bisnis.

Grace juga menyampaikan jika Gernald memperlakukannya sangat manis dan hangat. Dimana ia terlihat begitu perhatian, ia selalu bertutur lembut juga tak lupa mengingatkan Grace untuk rutin olahraga dan teratur makan.

Padahal Grace seorang diet yang bisa dikategorikan akut, gadis berusia 24 tahun itu bahkan sedari memakai seragam putih abu-abu, ia memutuskan untuk tidak memakan sebutir nasi pun.

Tapi setelah mengenal Gernald, banyak yang berubah dari diri Grace, gadis itu bisa dan mau makan nasi, dan ia tak terlalu masalah dengan berat tubuhnya sekarang.

Malah gadis itu semakin terlihat lebih menarik juga lebih cantik, auranya bahkan lebih terpancar berkali lipat dari sebelumnya.

Gernald melirik kedatangan Grace yang memang sudah ia duga. "Letakan saja semuanya di atas meja," seru Gernald dengan memanjangkan lengan bajunya.

Laki-laki itu tampak merapikan pakaiannya, dan juga membuka satu kancing kemejanya. Gernald bahkan menyemprotkan parfum beraroma maskulin di hadapan Grace.

Membuat wanita itu deg-degan. "Huk..hukk,," Grace terbatuk-batuk menerima aroma menyengat menusuk rongga hidungnya.

Haha

"I'm so--sorry," ucap Gernald yang langsung menutup parfum dengan botol bening di sebelah tangannya. Dan menyembunyikannya cepat.

Grace melirik kalender di atas meja, "Sorry, bukankah ini hari Rabu," ucap Grace.

Gernald menganggukkan kepalanya, "Yeah, that right!" Sahut Gernald yang tampak bergegas untuk meninggalkan ruangannya.

Grace makin bingung, tak seperti biasanya, wanita itu menoleh, "Lalu--," tanya Grace dengan wajah penasaran.

"Aku memiliki janji, kau bisa merapikan ruangan ku!" pinta Gernald pada Grace.

"What??"

Bukankah biasanya Gernald selalu menawarkan tumpangan untuknya, tapi kenapa dengan hari ini. "Hmm," wanita itu hanya berdehem.

"Apa anda akan menemui se--seorang?" tanya Grace.

Belum selesai wanita itu bertanya tapi Gernald tampak sudah berlalu meninggalkannya.

Tapi belum benar-benar pergi, Gernald bersembunyi di kamar mandi menyelesaikan urusannya.

Sementara Grace mempercepat pergerakannya, ia merapikan meja kerja Gernald, dan dengan cepat meraih tas kecilnya, juga mengenakan blazer hitam kesayangannya.

Dan menunggu Gernald keluar dari kamar kecil, wanita itu bahkan sengaja berdiri di depan pintu. Seolah menunggu Gernald mengajaknya pulang.

"Huhh, legah," cairan mendadak itu keluar. Sedari tadi ia sudah menahannya, akibat minum teh terlalu banyak.

Krekk,

Gernald menutup pintu toilet.

Laki-laki berhidung mancung itu menyingkapkan jam di tangannya, dan bersemangat mempercepat langkah kakinya.

"Yeah!!" Ia dengan cepat meraih jasnya yang tergantung di balik pintu. Dan bersiap menemui janji pada seorang gadis.

Grekk…

"Pak!" panggil Grace yang mengagetkan Gernald.

Bagaimana tidak baru saja Gernald keluar pintu, Grace menyapanya dengan cepat.

"Astaga! Mengagetkan ku saja," sahut Gernald memegangi jasnya erat.

Hehe, Grace tersenyum simpul.

Keduanya selalu berjalan menuju koridor bersama-sama, seperti saat ini.

Mereka tampak sangat akrab, di kantor Grace memang memanggil Gernald dengan sebutan pak, tapi setelah jam kantor berakhir mereka menyebut nama satu sama lain.

"Thank ya Jas, udah bantu banyak hari ini, thanks banget,"

Grace tersenyum senang, bahkan gadis itu tak bisa menutupi rasa bahagianya, terpancar jelas wajahnya merah karena malu.

"Sama-sama, udah tugas gue kan sebagai sekretaris Lo," jawab Grace.

"Ya udah gue cabut duluan yah, gak apa-apa kan?" tanya Gernald.

"Ha?? Duluan?? Oh ya, no problem," wajah getir itu diperlihatkan.

Grace hanya bisa menggigit sebagian kecil ujung bibirnya. Dan melambaikan tangan ke arah Gernald.