"Ray, Lo bisa kerja gak sih? Laporan yang Lo buat bener-bener hancur, Lo kenapa sih?" tanya Dirga dengan menghentak Tita.
Wajah Tita tampak tegang sejak pagi, sampai jam makan siang, bahkan gadis itu tak bisa menelan sesuap makanan pun.
"Kenapa? Ada masalah cerita sama gue!" seru Dirga.
Dirga dan Tita merupakan sahabat akrab Ashilla. Keduanya memiliki sifat yang jauh berbeda. Tita gadis yang tenang dan penyayang dia juga merupakan pendengar yang baik, hanya saja Tita terlalu berhati-hati atau mungkin lebih tepatnya penakut.
Sedangkan Dirga, karena ia pria satu-satunya, dia jadi sosok pelindung untuk kedua sahabat wanitanya, dia juga orang yang tegas dan pemberani tapi sayang sisi negatifnya Dirga gampang emosi dan juga keras kepala.
Apalagi saat Tita ataupun Ashilla bucin, Dirga jadi orang pertama yang menyadarkan kebucinan itu. Sampai-sampai Tita di buat terisak-isak olehnya.
Flashback..
17 Desember
Huhu..
Suara tangis itu terdengar sampai ke meja kerja Dirga, yang jaraknya cukup lumayan dan juga berbatas dinding.
Sementara Ashilla terus berusaha menenangkan Tita, dengan mengelus punggung sahabatnya. Juga menyodorkan segelas teh manis.
"Udah Ray, udah, jangan nangis lagi dong kan ada gue," ucap Ashilla dengan suara lembut.
Sudah hampir lebih setengah jam Tita menangis di meja kerjanya, bahkan gadis 23 tahun itu sudah 2 hari tak makan.
Ashilla terus menyodorkan tisu, dan menempatkan kotak sampah di bawah meja Tita.
Mungkin hampir dua roll tisu toilet itu dihabiskan olehnya.
"Cupp.. cupp.. udah dong Ray, mau sampai kapan coba? Lo nangis juga gak akan bikin tu cowok balik lagi," ucap Ashilla yang mulai kesal, melihat sahabatnya terus menangis.
Mendengar ucapan Ashilla bukan membuat Tita sadar, tapi gadis itu semakin tersedu-sedu. Dan air matanya semakin deras.
Membuat Ashilla makin bingung, berbagai cara sudah ia lakukan untuk menenangkan sahabatnya. Tapi belum juga berhasil.
Tita terus saja memandangi foto lawasnya bersama mantan di ponsel. Padahal Ashilla sudah meminta Tita untuk menghapus semua kenangan itu.
Lagi-lagi Tita tak ingin ia belum sanggup melupakan mantan sepenuhnya, dan terus meratapi kebersamaannya.
Ashilla hanya bisa menggelengkan kepalanya, dan sesekali menghela nafas panjang.
Tiqah bangkit dan mencoba merapikan tas milik Tita, karena jam kantor sudah berakhir sejam yang lalu.
Sebentar lagi pasti OB datang untuk mengusir keduanya.
Zretttt, resleting tas itu di katup.
Tiqah sudah merapikan tas kerja milik Tita, juga beserta tisu-tisu yang berceceran.
Huhuk…
"Jahat banget, kenapa sih lo ninggalin gue, kenapa? Kenapa? Apa karena gue kalah cantik? Apa karena gue gendut?" jerit Tita dengan diselingi suara tangis.
"Coba aja kalau gue langsing, tinggi pasti gue jauh lebih cantik dari cewek itu!" teriak Tita makin menjadi-jadi.
Tiqah tak ambil pusing, ia sudah siap dengan dua tas di tangannya. "Ayo Ray pulang!" ajak Tiqah dengan memboyong sebelah tangan sahabatnya.
Tapi Tita masih enggan bangkit dari kursinya, ia tetap saja memilih duduk dan terus menangis.
Sementara Tiqah sudah terlihat gelisah, bagaimana tidak sejam dibuang begitu saja, sejam hanya dihabiskan untuk mendengarkan tangisan sahabatnya Tita.
Huhuk…
Brakkk,,
Suara seseorang menghantam permukaan meja, mengagetkan Ashilla juga Tita.
Membuat tangisan itu seketika berhenti. Dan benar saja Dirga datang, dengan menarik kasar lengan Tita.
"Cukup Ray!" Serunya.
Tiqah hanya membelit, dan memilih diam melihat Dirga yang melotot pada Tita.
"Gue bilang cukup nangisnya! Lo jangan bego, cowok banyak Ray banyak diluar sana yang lebih dari dia,"
Tita menggelengkan kepalanya, dan menepis tangan Dirga. Tapi Dirga tak membiarkan Tita terlepas.
Empat mata mereka saling menatap. Mata merah Dirga seolah siap menerkam Tita.
Dirga merampas ponsel genggam Tita dan mengusap layar ponsel itu dengan lincah.
Tita terus berusaha merebutnya dari Dirga, tapi ia kalah cepat. Foto-foto kebersamaan Tita dan mantan kekasihnya itu sudah di delete oleh Dirga.
Kali ini Tita yang menatap tajam Dirga, gadis itu menarik kasar ponsel genggamnya dari tangan Dirga, dan bahkan sebelah tangannya terasa gatal ingin mendaratkan tamparan di pipi Dirga.
"Apa? Lancang banget, tega banget si Lo," gerutu Tita berwajah masam. Air mata Tita makin deras dan ia bahkan terlihat lebih sedih dari sebelumnya.
Tiqah dengan cepat mendekat dan memeluk juga menenangkan Tita, "Udah, udah lupain ajah, lupain cowok itu Ray," ucap Tiqah dengan suara setengah berbisik.
Dirga kembali melirik Tita dengan tajam, dan menunjuk ke batang hidung Tita, "Sekali lagi Lo nangis karena cowok itu, gue gak segan-segan--,"
"Apa? Lo mau apa? Lo gak ngerti perasaan gue, gimana sakitnya di duain," jawab Tita dengan wajah marah.
"Ray!!"
Dirga kembali merampas ponsel Tita, dan seketika ponsel itu dilempar olehnya. "What?" mata Tita melotot tak percaya.
Mendapati ponsel iPhone seri terbarunya sudah hancur berkeping-keping. "Denyyyy!" teriak Tita tak terima.
Dirga malah berdecak pinggang, dan terkesan tak bersalah, lagi-lagi tangis Tita pecah.
Tapi kali ini bukan perihal putus cinta melainkan menangisi ponselnya yang hancur.
"Huhhh," Tiqah hanya bisa menepuk dahi. Melihat kedua sahabatnya yang memang sering ribut.
"Huhuk.. Tiqah!! Bantuin dong!" pinta Tita dengan memelas, Tiqah pun ikut memungut kepingan-kepingan bagian ponsel yang tercerai berai.
Sementara Dirga, laki-laki itu juga ikut berjongkok, tapi bukan untuk ikut memungut ia justru meminta maaf pada Tita.
"Ray, Sorry yah, gu--gue gak sengaja," ucap Dirga dengan suara pelan juga wajah Mengemis.
Tita yang kesal tentu saja membuang dahinya, dan ia terus mengelak saat Dirga mencoba mendapati wajahnya.
"Ray, sorry I really didn't mean to. I didn't mean that. but I was emotional. please don't be angry. help.." Dirga melipat kedua tangannya. dan terus berjongkok. Sementara Tita sudah berdiri lebih dulu.
Tiqah mencoba menengahi keduanya, tapi percuma Tita tetap saja memasang wajah masam bahkan tak hanya pada Dirga tapi juga Tiqah.
"Ray, maaf, gue bakal ganti handphone Lo, ta--tapi nyicil yah!!" ucap Dirga dengan setengah bercanda. Membuat Tita pun tak bisa menahan tawanya.
Haha…
Tawa itu terdengar, gadis itu menyeka air matanya dengan kerah baju, dan kini Tita kembali tersenyum pada Dirga juga Tiqah.
Walau cara Dirga terkesan kasar tapi itu berhasil membuat Tita melupakan mantan kekasihnya, gadis itu ternyata lebih menyayangi ponsel iPhone nya dibandingkan sang mantan.
"Yeah, gue berhasil, walaupun gue rugi banyak," ucap Dirga dengan alis bertaut.
Tiqah pun ikut menertawai sahabatnya, dan memegang sebelah bahu Dirga, "Sabar ya, nanti gue bantu deh, bantu doa,"
Haha…
Tawa ketiganya pecah, dan mereka berjalan kompak. Meninggalkan kantor tepat pada pukul 6 sore.
Tiqah dan Tita keduanya ikut mobil Dirga, mobil keluaran Honda yang cukup nyaman untuk memboyong teman wanita.
Yah, Dirga termasuk orang mampu, kedua orangtuanya bekerja di perusahaan swasta milik asing. Yang tentu gaji kedua orangtuanya bisa berlipat-lipat lebih dibandingkan Dirga saat ini.
Tapi sayang, meski memiliki tampang lumayan juga keuangan yang lumayan, Dirga tetap saja menjomblo, mungkin karena...