Untuk kedua kalinya, Adalyn tidak ingat apa pun kecuali gelap. Terakhir yang ia ingat adalah pria bernama Gregori mengepungnya dan setelahnya hanya gelap.
"Kau sudah sadar, Holy Girl."
Tubuh Adalyn menegang begitu mengenali suara itu, apalagi sebutan barunya disematkan pemilik suara tersebut.
Adalyn menoleh ke sumber suara, dan menemukan pria yang hampir memperkosanya tengah terbaring di atas ranjang rumah sakit. Adalyn juga mengedarkan pandangannya ingin mengetahui di mana dirinya sekarang.
'Ini rumah sakit?' Adalyn menggerakan tangannya, berbicara pada pria di hadapannya.
"Aku tidak mengerti bahasamu!" tukas pria itu kasar.
"Ellard, bersikaplah lembut sedikit pada seorang wanita," sebuah suara menimpali, suara wanita yang anggun di pendengarannya.
Adalyn menoleh, ia terkejut mendapati wanita paruh baya yang anggun sedang duduk di dekatnya. Ia baru sadar.
Melihat Adalyn yang terus menatapnya, wanita paruh baya itu melempar senyum anggun yang membuat Adalyn terpesona. "Selamat pagi, Nona."
Adalyn terkesiap, suaranya serta kelembutan wanita paruh baya itu membuat Adalyn terpesona.
Dia lebih cantik dan lebih lembut dari bibi Marie. Pikir Adalyn.
'Selamat pagi, Nyonya.' Adalyn menggerakan tangannya, membalas dengan bahasanya sendiri.
Wanita paruh baya itu tersenyum kaku karena tidak mengerti apa yang coba Adalyn katakan.
Menyadari kalau nyonya cantik di hadapannya tidak mengerti dengan apa yang ia katakan, Adalyn menunduk merasa malu.
"Mommy tidak akan mengerti bahasanya. Jangan mengajaknya berbicara," ucap pria yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.
Wanita paruh baya itu menghela napas. Dia mengeluarkan ponselnya lalu diberikannya pada Adalyn.
Adalyn mendongak, menatap ponsel dan pemiliknya secara bersamaan.
"Tuliskan apa yang ingin kamu katakan, Nona."
Adalyn mengangguk, dia mengambil ponsel tersebut lalu mengetikan sesuatu di sana.
'Selamat pagi, Nyonya. Siapa Anda? Dan di mana ini, Nyonya? Bagaimana bisa saya berada di sini?'
Adalyn memberikan ponsel ditangannya pada pemiliknya kembali.
Wanita paruh baya itu mengulas senyum tipis begitu melihat catatan yang dituliskan Adalyn.
Sebelum menjawab wanita paruh baya itu melirik putranya yang ada di atas ranjang rumah sakit. "Siapa namamu, Nona?"
Adalyn kembali mengetikan namanya di layar ponsel yang disodorkan wanita paruh baya tersebut.
"Adalyn? Nama yang cantik. Begini Adalyn, semalam kamu dan putra saya berada di kamar hotel. Kamu memukulnya hingga menyebabkan dia masuk ke rumah sakit. Sekarang kamu ada di rumah sakit."
Adalyn terkejut, bukan terkejut karena ingatan semalam, melainkan terkejut karena wanita paruh baya di hadapannya adalah ibu dari pria berengsek yang hendak memperkosanya.
'Nyonya, bisa saya pulang? Saya diculik dan saat sadar, saya sudah berada di dalam kamar hotel dengan pria itu. Dia mencoba memperkosa saya'
Wanita paruh baya itu tersenyum kaku melihat tulisan milik Adalyn, sepertinya dia tidak terlalu terkejut mendengar kabar tentang semalam.
"Kamu harus bertanggung jawab karena sudah membuatku masuk ke rumah sakit, Holy Girl!" ucap Ellard, pria yang terbaring di atas ranjang rumah sakit.
Adalyn menunjuk dirinya sendiri. 'Aku?'
"Iya, kamu."
'Dengan apa aku bertanggung jawab? Aku tidak memiliki uang.'
Dahi Ellard berkerut samar. "Mom, apa yang dia katakan?!"
Wanita paruh baya itu memberikan kembali ponselnya pada Adalyn.
"Dengan apa aku bertanggung jawab? Aku tidak memiliki uang," wanita paruh baya itu mengulang tulisan Adalyn.
Ellard menampilkan seringai tipis yang membuat Adalyn menelan ludahnya.
Seringainya seperti iblis. Adalyn membatin.
Bertanggung jawab atas apa yang sudah dilakukannya pada seorang Ellard Lynford membuat Adalyn harus berurusan dengan pria itu, entah sampai kapan karena tidak ada batas waktu yang ditentukan.
Adalyn sempat ingin menolak, karena dirinya hanya membela diri. Namun, setelah wanita paruh baya yang disinyalir sebagai nyonya Lynford ikut bersuara, Adalyn merasa tidak sampai hati kalau harus membiarkan wanita cantik dan selembut itu harus terluka.
Menjadi bodyguard nyonya Ariana Lynford, itulah bentuk pertanggung jawaban yang diminta Ellard. Saat Adalyn bertanya kenapa harus dirinya? Maka Ellard akan menjawab, karena kau juga seorang wanita terlebih kau bisa berkelahi.
Adalyn belum mengerti dengan semua ucapan Ellard, tapi Adalyn tidak bisa menolak lagi begitu nyonya Ariana Lynford yang meminta langsung padanya.
Sebelum menyetujui secara resmi keputusan ini, Adalyn memberitahukan siapa dirinya dan memberitahukan tentang satu-satunya keluarga yang dia miliki. Dia mengkhawatirkan paman Joy.
"Aku akan mengurus masalahmu dengan pamanmu itu. Gregori mengenal pamanmu, kau tidak perlu ikut untuk bertemu dengannya. Cukup Gregori saja!" titah Ellard.
Adalyn sempat menolak, tapi Ellard dengan geramnya memberikan kesepakatan yang sangat menggiurkan untuk Adalyn.
Kebebasan, tempat tinggal yang layak dan melunasi hutang-hutangnya pada paman Joy, adalah kesepakatan yang paling menggiurkan yang ada di dunia ini, untuk Adalyn.
Maka dengan wajah polos nan lugunya, Adalyn mengangguk sambil mengulurkan tangan. Saat Ellard membalas jabat tangan tersebut, itu artinya kesepakatan mereka baru dimulai.
Adalyn dan nyonya Ariana dipindahkan ke kediaman Lynford dengan penjagaan super ketat, sementara Ellard masih bertahan di rumah sakit.
"Gregori, apakah kamu yakin kalau dia itu petarung di arena bawah tanah?" tanya Ellard.
"Iya, Tuan. Pada debutnya, saya dikalahkan hingga tidak bergerak. Maka dari itu saya memilih untuk berhenti menjadi petarung."
"Ya, aku akui kalau dia hebat sampai membuatku seperti ini, tapi aku meragukan kemampuannya untuk melindungi ibuku."
"Anda tidak perlu khawatir, Tuan. Meskipun dia bertubuh mungil, lemah dan polos, nyonya Lynford sudah ada di tangan yang tepat."
"Kalau bukan karena usulmu untuk mempekerjakan dia, sudah aku habisi gadis itu sejak semalam," Ellard geram.
"Dia lebih berharga dari yang Anda pikirkan, Tuan."
"Bagaimana dengan walinya?"
"Walinya hanya penggila uang, Tuan. Jika Anda memberikan uang secara langsung di hadapan matanya. Pria tua itu sudah pasti akan langsung menerimanya."
"Kau pergilah temani Harold untuk menemui walinya. Oh ya, jangan lupa ambil barang-barang miliknya, dia memintanya tadi."
"Baik, Tuan. Saya akan pergi sekarang juga."
"Tuan," seorang pria lainnya bersuara. "Bagaimana dengan Mr. Dalton?"
Ellard tampak berpikir sejenak. "Biarkan saja. Sekarang urusan kita hanya dengan wali gadis itu."
"Baik, Tuan."
"Panggilkan Jason."
"Baik, Tuan."
Kedua bawahan Ellard keluar dari kamar rawatnya, tak lama seorang dokter muda masuk.
"Kau memanggilku, Ellard?"
"Ya. Aku ingin pulang sekarang," jawab Ellard seraya bangkit dari atas ranjangnya.
Dahi dokter muda itu berkerut samar. "Kenapa kau baru minta pulang sekarang? Kenapa tidak sejak pagi tadi atau semalam. Padahal lukamu tidak terlalu parah," tukas dokter bernama Jason.
"Tapi tetap saja pukulan gadis itu membuat tubuhku terasa sakit, Jerk!"
Dokter muda itu tertawa. "Ini kabar yang sangat langka dan…unik. Seorang gadis muda, polos dan lugu berhasil membuat seorang Ellard Lynford masuk ke rumah sakit? Dan berita yang lebih menghebohkannya adalah, Ellard Lynford gagal meniduri gadis itu."
"Berhentilah tertawa, Jason. Atau aku akan menendangmu dari rumah sakitku."
Jason menutup mulutnya rapat-rapat dengan air muka yang tegang.