Adalyn terpesona begitu melihat mansion milik Lynford yang mewah, besar bak istana. Adalyn bahkan tidak menyangka bisa menginjakan kaki di mansion yang mewah tersebut.
Saat turun dari mobil, Adalyn belum beranjak karena terlalu terpesona, kedua matanya yang berbinar memandangi apa yang dia pandangi.
Di sampingnya, nyonya Ariana terkekeh melihat Adalyn, wanita paruh baya itu tidak perlu repot-repot untuk menarik Adalyn dan membiarkan gadis muda yang polos itu menikmati apa yang sedang dinikmatinya.
"Nyonya," ucap seorang pelayan pria di sampingnya.
"Biarkan saja, Walson. Biarkan gadis muda yang polos ini menikmati pemandangan yang membuat mata berbinar."
"Maaf, Nyonya. Siapakah gadis itu?"
"Dia orang yang akan menjagaku mulai sekarang."
"Dia?! Nyonya tidak salah? Dia hanya-"
"Jangan menilai seseorang dari luarnya, Walson. Dia satu-satunya gadis yang berhasil membuat Ellard masuk ke rumah sakit."
"Apa?!" Walson hampir berteriak. "Maaf, Nyonya. Jadi bagaimana keadaan tuan Ellard?"
"Ah, dia baik-baik saja. dia hanya terlalu terkejut bisa sampai dikalahkan oleh seorang gadis yang menjadi…penghangat ranjangnya."
"Maksud Anda, gadis itu…"
"Iya. Hadiah dari Mr. Dalton."
"Tapi sepertinya Mr. Dalton salah memilihkan hadiah untuk tuan Ellard."
Nyonya Ariana mengibaskan tangannya. "Tidak. Itu tidak benar. Mr. Dalton justru memberikan hadiah yang paling istimewa."
"Istimewa, Nyonya? Karena dia akan menjadi penjaga Anda atau…karena sudah berhasil membuat tuan Ellard masuk ke rumah sakit."
Nyonya Ariana terkekeh. "Tentu saja karena sudah membuat Ellard masuk ke rumah sakit."
Nyonya Ariana dan Walson tertawa. Tawa mereka menyadarakan Adalyn.
Adalyn tersentak begitu menyadari kalau dia telah bersikap tidak sopan di hadapan nyonya Ariana. Gadis itu segera menunduk meminta maaf.
Nyonya Ariana yang sedikit mengerti apa yang maksud Adalyn hanya mengibaskan tangannya. "Tidak perlu meminta maaf, Adalyn. Kamu tidak salah mengagumi tempat ini," nyonya Ariana menggandeng Adalyn. "Aku akan menunjukan keindahan yang lainnya. Simpan kekagumanmu untuk nanti."
Apa yang dikatakan nyonya Ariana memang benar, saat Adalyn masuk ke dalam mansion. Lagi-lagi dia dibuat terpesona. Dan nyonya Ariana masih setia menemani Adalyn yang sedang memandangi keindahan mansionnya.
"Mom!" sebuah teriakan terdengar, Adalyn menarik diri, nyonya Ariana dan Walson menoleh. "Mom! Aku khawatir saat tahu Mommy tidak ada di mansion."
Seorang pria berhambur memeluk nyonya Ariana.
"Mommy sedang menemani kakakmu di rumah sakit."
"Apa yang terjadi dengannya?"
"Tidak perlu khawatir. Dia baik-baik saja. Hanya sedikit…terkejut."
"Terkejut? Apa maksudnya , Mom?"
"Ah, nanti Mommy akan ceritakan. Sekarang Mommy ingin kamu berkenalan dengan seseorang," nyonya Ariana menunjuk Adalyn.
Pria itu memandangi Adalyn dari atas hingga ke bawah, hal itu membuat Adalyn merasa kurang nyaman.
"Jangan memandanginya seperti itu, Harold. Kamu membuatnya tidak nyaman!" tukas nyonya Ariana.
Pria bernama Harold tidak mendengarkan ucapan nyonya Ariana. "Mom, siapa dia?"
"Dia adalah Adalyn, orang yang akan menjaga Mommy."
"Apa?!" Harold menoleh cepat pada ibunya. "Mommy, yakin? Dia seorang wanita, tubuhnya kecil bahkan kurus, dia terlalu polos atau bodoh untuk menjaga Mommy!"
Adalyn menahan kekesalannya, apa yang dikatakan pria di hadapannya memang benar, kalau dirinya bertubuh mungil dan kurus, tapi bodoh, Adalyn merasa dirinya tidak terlalu bodoh. Jika yang ada di hadapannya adalah Troy, dia pasti sudah memukulnya. Tapi pria yang ada di hadapannya ini pasti memiliki kuasa seperti Ellard, maka Adalyn hanya bisa menahan kekesalannya saja.
Nyonya Ariana memukul bahu Harold. "Jaga bicaramu, Harold. Adalyn ini satu-satunya gadis yang berhasil membuat kakakmu masuk ke rumah sakit. Satu-satunya gadis yang belum tersentuh oleh Ellard!"
Harold tercengang, dia menatap ibunya kemudian menatap Adalyn dan kembali lagi pada ibunya. "Mom, sedang bercanda'kan?"
"Tidak, Harold. Kalau kamu tidak percaya, tanyakan saja pada kakakmu sendiri," nyonya Ariana menggandeng kembali tangan Adalyn. "Adalyn, aku akan mengantarmu ke kamar milikmu. Ayo Walson!"
"Baik, Nyonya."
Harold memandangi kepergian Adalyn dan ibunya dengan raut muka yang belum mempercayai ucapan ibunya. Di dalam kepalanya ia meragukan ucapan ibunya.
"Dia mengalahkan Ellard? Mustahil, bagaimana tubuh mungilnya bisa mengalahkan Ellard," gumam Harold.
"Harold!" suara bariton terdengar dari arah belakangnya, sontak Harold menoleh.
Harold terkejut melihat Ellard sedang berjalan ke arahnya, dia lebih terkejut melihat luka yang ada di wajah tampan Ellard.
"Kenapa dengan wa-"
"Diam!" Ellard menyela ucapan Harold. "Di mana mommy?"
"Sedang mengantar gadis kecil bernama Adalyn ke kamarnya," jawabnya. "Ellard, siapa gadis itu."
Ellard menghentikan langkahnya tepat di hadapan Harold. "Mommy pasti sudah mengatakannya padamu."
"Iya. Hanya saja aku tidak terlalu mempercayai ucapan mommy."
"Pergilah ke ruang kerjaku bersama Gregori. Dia akan menjelaskan semuanya."
Ellard kembali melanjutkan langkahnya melewati Harold serta meninggalkan pria itu dengan kebingungannya.
"Mr. Harold," sebuah suara kembali terdengar. Harold menoleh. "Saya akan memberitahukan siapa gadis itu."
"Ya, sebaiknya kita langsung pergi ke ruang kerja Ellard."
Di lain tempat, Adalyn begitu senang mendapatkan kamar sendiri, dengan kasur yang empuk, selimut yang lembut serta hangat. Dia juga begitu senang memiliki kamar mandinya sendiri serta walk in closet yang membuatnya lebih bahagia lagi.
"Kamu suka dengan kamar barumu, Adalyn?" tanya nyonya Ariana.
Adalyn yang sedang berdiri di depan pintu walk in closetnya menoleh pada nyonya Ariana, dia berlari menghampiri nyonya barunya kemudian menggerakan tangannya. Namun, sayangnya nyonya Ariana tidak mengerti apa yang coba Adalyn katakan.
"Maaf, Adalyn aku tidak mengerti ucapanmu," nyonya Ariana mengeluarkan ponselnya. "Coba kamu tuliskan di sini."
Adalyn mengangguk kemudian meraih ponsel milik nyonya Ariana.
'Aku sangat suka dengan kamar ini, Nyonya. Terima kasih. Aku tidak pernah memiliki kamar sendiri, kasur yang empuk dan selimut yang hangat. Aku juga tidak memiliki kamar mandi sendiri atau pun walk in closet. Aku benar-benar senang, Nyonya. Terima kasih.'
Nyonya Ariana terenyuh begitu melihat ungkapan hati Adalyn di ponselnya. Reaksi nyonya Ariana ternyata menarik perhatian Ellard yang diam-diam sudah berdiri di ambang pintu.
Ellard masuk ke dalam kamar baru Adalyn, merebut ponsel yang berada di tangan nyonya Ariana kemudian membaca apa yang dituliskan Adalyn.
"Malang sekali hidupmu, Holy Girl," ucap Ellard dengan sinis. "Jika kamu mau tidur denganku, aku akan memberikan kemewahan untukmu."
Nyonya Ariana mendelik kemudian menginjak kaki Ellard dengan high heelsnya yang tajam. "Kalau kamu berani menyentuhnya. Maka kamu harus menikahinya."
"Mom!"
"Apa?!"
Ellard berdecak kemudian melempar ponsel milik ibunya pada Adalyn. "Setelah mengagumi kamar barumu, segera temui aku di ruang kerjaku. Kamu harus tahu apa pekerjaanmu yang sesungguhnya!"
Adalyn mengangguk dalam, seolah siap untuk mengetahui jadwal pekerjaannya.
"Adalyn, sebelum kamu pergi ke ruangan Ellard. Kamu harus ikut denganku. Aku akan mencari pakaian milikku yang muat dengan tubuhmu," ucap nyonya Ariana.
Adalyn menatap dirinya sendiri, menyadari kalau dirinya masih memakai pakaian semalam dan hanya ditutupi oleh tuxedo milik Ellard, Adalyn mencengkram erat tuxedonya.
"Walson. Isi kamar ini dengan kebutuhan Adalyn. Suruh Rosie untuk mengukur tubuh Adalyn lalu membelikan pakaian untuknya."
"Baik, Nyonya!"