Joy yang sudah puas minum dan bertemu dengan seorang wanita malam, tentu saja pergi bersama meninggalkan Clark dan teman lamanya, pria tua bernama Bosman.
Di samping Clark, Bosman tengah menunduk frustasi. Wajah itu baru ditunjukan setelah Joy pergi bersama wanita yang dikenalnya.
"Ada apa, Bosman?" tanya Clark, pria itu terlihat peduli.
Bosman menoleh. "Aku sedang berada diambang kehancuran, Clark," jawabnya dengan suara parau.
"Apa maksudmu?" Clark sangat terlihat penasaran dan juga khawatir.
Bosman meneguk minumannya sebelum menjelaskan apa yang sedang terjadi pada dirinya. "Mr. Dalton memintaku untuk membawakan seorang gadis suci," jawabnya dengan suara frustasi.
"Apa masalahmu dengan Mr. Dalton? Kau tahu sendiri bagaimana liciknya dia, Bosman."
"Aku tahu, Clark. Hanya saja saat itu aku benar-benar membutuhkan bantuannya."
Clark meneguk minumannya hingga tandas, kemudian merubah posisi duduknya menjadi menghadap Bosman. "Apa yang membuatmu bisa meminta bantuan padanya?" tanya Clark dengan suara sedikit pelan, terkesan berhati-hati.
"Mafia itu mengejarku, Clark. Aku tidak bisa menemukan tempat untuk berlindung," jawab Bosman dengan suara pelan juga.
"Mafia? Maksudmu si Angelo-Saxon? Apa yang kamu lakukan sehingga terlibat dengan orang sekejam dia?!" Clark terdengar murka dengan suara pelan yang sengaja ditahannya.
"Aku mengambil Desert Eagle miliknya," Bosman menjawab dengan suara yang lebih pelan.
"Apa?!" Clark sudah tidak bisa menahan suaranya lagi, pria itu bersuara cukup kencang sehingga menarik perhatian pengunjung yang lain. Clark yang menyadarinya segera meneguk minumannya dan berlagak tidak terjadi apa-apa. "Apa yang ada di dalam kepalamu sehingga berani mencuri Desert Eagle miliknya. Beruntungnya kau tidak mati saat itu juga."
"Antonio menginginkan Desert Eagle itu, tapi Angle-Saxon tidak menjualnya. Bahkan saat Antonio menawarkan uang yang begitu banyaknya, dia tetap tidak ingin menjualnya."
"Lalu kau mencuri Desert Eagle itu lalu menjualnya pada Antonio?" tebak Clark.
"Ya. Satu juta dollar untuk benda itu, Clark. Tentu saja aku tergiur."
"Dan kau tidak memikirkan resikonya?! Kau bodoh, Bosman. Kau sama bodohnya seperti Joy."
"Ya, mungkin aku bodoh, tapi setidaknya aku tidak mati di tangan mafia itu."
"Lantas apa yang terjadi antara kau dan Mr. Dalton?"
"Aku meminta perlindungan darinya. Dia menyetujuinya. Saat Angelo-Saxon berusaha mengambilku dari perlindungan Mr. Dalton, tanpa sengaja gadis berharga miliknya mati. Dan Mr. Dalton memintaku untuk menggantikannya dengan yang baru atau dia akan menyeretku ke hadapan sang Angelo-Saxon dengan tangannya sendiri."
"Lalu urusanmu dengan sang Angelo-Saxon bagaimana?"
"Sudah selesai. Mr. Dalton menggunakan kuasanya sebagai seorang partner untuk melindungiku. Sekarang urusanku hanya dengan Mr. Dalton."
Clark terdiam sejenak seperti sedang berpikir. "Apa yang akan Mr. Dalton lakukan dengan gadis suci itu?"
"Entahlah. Aku juga tidak tahu."
"Mungkin… aku memiliki sedikit solusi untuk masalahmu," kata Clark dengan suara sangat pelan, bahkan hampir menyerupai bisikan.
"Apa itu, Clark?" Bosman terlihat penasaran.
"Gadis Sicario itu masih suci. Kita culik dia saja."
Bosman terlihat terkejut, bahkan pria tua itu sempat menjauhkan tubuhnya lalu meneguk minumannya. "Kau gila, Clark! Berteman dengan Joy saja kita pasti akan mati jika Sicario itu sampai tahu. Apalagi sampai menyerahkannya pada Mr. Dalton."
"Kalau begitu cari informasi tentang Sicario itu. Apakah dia berada di New York atau tidak? Jika tidak kita bisa menggunakan gadis Sicario itu untuk menyelesaikan permasalahanmu."
Bosman menatap Clark dengan penuh curiga. "Kau tidak mungkin suka rela membantuku begitu saja, bukan?!"
Clark tertawa saat Bosman mengetahui maksudnya. "Kamu memang temanku, Bosman."
"Apa yang kau rencanakan?" tanya Bosman.
"Aku ingin menjual gadis itu pada Mr. Dalton."
"Apakah akan berhasil, Clark? Mungkinkah gadis itu cukup penting sehingga Mr. Dalton mau mengeluarkan uangnya untuk kita?"
"Kita coba saja. Lagi pula dia gadis Sicario, Bosman. Keturunan Sicario."
"Tapi sayangnya ini bukan London, Clark. Ini New York."
"Ya, kita coba saja."
"Baiklah."
"Kalau begitu kita tidak perlu menyelidiki keberadaan Sicario itu. Karena ini bukan London."
"Ya, kau benar, Clark. Mungkin sebaiknya kita berpikir bagaimana mendapatkan gadis itu."
Di pertandingan hari berikutnya, Adalyn akan selalu dijemput dan diantar oleh Clark menggunakan mobilnya dan Joy akan pergi ke bar bersama Clark setelahnya.
Setelah beberapa kali melakukan pertandingan di arena pertandingan bawah tanah, Adalyn akan selalu memenangkan pertandingan tersebut. Hal itu membuat nama Adalyn cukup terkenal sehingga mengalahkan Diablo, petarung hebat sebelumnya.
Dalam seminggu ini, Joy hanya memperbolehkan Adalyn untuk libur satu hari. Itu pun karena pertandingan semalam membuat Adalyn menerima banyak luka. Bahkan pergelangan kakinya sedikit bengkak.
"Bagaimana lukamu?" tanya Joy dengan suara yang tidak ramah.
Adalyn mengangkat tangannya, dia sedang memberikan Joy jawaban.
'Masih sakit. Apalagi di bagian pergelangan kaki, Paman'
"Apa yang dia katakan?" tanya Clark pada Joy. Pria itu berkunjung karena khawatir setelah melihat Adalyn yang menerima luka cukup banyak setelah pertandingan semalam melawan petarung milik seorang Billionaire yang sering menghamburkan uangnya di sana.
"Di masih sakit. Terutama di kakinya," jawab Joy seadanya.
"Mungkin untuk sementara waktu Adalyn harus beristirahat sampai kakinya sembuh, Joy."
Adalyn yang mendengar ucapan Clark mengulas senyum tipis sambil menatap pria tua itu, seolah sedang berterima kasih pada Clark.
"Tidak! Besok dia harus kembali bertanding. Jangan menjadi gadis lemah, Adalyn. Aku membesarkanmu bukan untuk menjadi gadis manja!" tukas Joy.
Senyum di wajah cantik Adalyn pudar, gadis itu mengangguk sambil tertunduk dalam. Jika Adalyn adalah orang biasa dan bukan Joy yang mendidiknya, sudah dipastikan Adalyn sedang menangis saat itu. Namun, gadis itu hanya terdiam sambil menunduk.
"Ayolah, Joy. Jangan terlalu keras padanya," Clark berusaha membela Adalyn.
"Tidak, Clark. Jangan mancampuri didikanku padanya."
"Kamu bisa membunuhnya, Joy. Kakinya terkilir, dia akan sulit untuk bergerak," Clark berusaha membuka mata Joy.
"Hanya luka seperti itu. Dia pasti bisa mengatasinya."
Clark terlihat geram dengan keegoisan Joy, tapi pria tua itu tampaknya sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi kecuali berusaha menguatkan Adalyn.
"Adalyn, aku akan keluar untuk membelikanmu obat. Kamu ingin makan sesuatu?" tanya Clark dengan suara lembut.
Adalyn perlahan mengangkat kepalanya, pertama dia melirik Joy yang duduk sambil menonton televisi, kemudian beralih pada Clark yang berada di sampingnya.
"Katakan kamu ingin apa. Tidak perlu takut pada Joy, aku yang akan bertanggung jawab."
Adalyn mengulas senyum, gadis itu menggerakan kedua tangannya, memberikan segala list makanan yang sangat ingin dia makan, sayangnya Clark tidak mengerti dengan bahasa itu sehingga pria itu menoleh pada Joy, berharap temannya mau menerjemahkan pergerakan tangan Adalyn.
"Dia ingin makanan cepat saji dan cola. Burger besar dan ayam," ujar Joy tanpa menoleh sedikit pun pada Clark yang menatapnya. Seolah dia tahu apa yang ada di dalam kepala Adalyn saat membicarakan makanan.
Clark mengulas senyum tipis, pria itu merasa bangga pada Joy. Meski dapat dikatakan kejam pada Adalyn, tapi Joy dapat mengetahui kesukaan gadis itu.
"Apa itu benar, Adalyn?" tanyanya hanya untuk memastikan dan Adalyn mengangguk dengan mata yang berbinar.