Biasanya Adalyn akan melangkah dengan rasa percaya diri, selain ada Troy di sampingnya dia juga sudah mengenal beberapa orang di arena petarungan bawah tanah. Namun, kali ini Adalyn merasa kehilangan rasa percaya dirinya, tempat asing, orang-orang asing dan terlebih lagi tidak adanya Troy di sampingnya.
Kedatangan Adalyn, seorang gadis bertubuh mungil dengan wajah cantik nan polos menjadi pertanyaan untuk semua orang. Lain cerita jika Adalyn adalah seorang wanita glamor yang ingin menghabiskan uangnya di atas meja judi yang ada di arena tersebut atau Adalyn seorang wanita tomboy, bertato dan berwajah tegas serta seram, sudah di pastikan mereka akan tahu kalau Adalyn adalah calon petarung atau hanya penonton yang menyukai pertarungan bawah tanah.
"Aku ingin lawan yang tangguh!" ujar Joy pada seorang pria bertato dan beranting, membuat Adalyn mengalihkan pandangannya ke lantai.
"Tapi dia hanya seorang gadis kecil," pria tua di sebelahnya yang membalas.
"Kau tidak usah khawatir, dia petarung hebat," timpal Clark.
"Kau yakin, Clark? Aku tidak ingin bertanggung jawab kalau gadis itu mati di sini."
"Percayalah padaku, Limoste. Gadis itu cukup tangguh," Clark meyakinkan.
"Baiklah. Tapi kau yang harus bertanggung jawab jika gadis itu terkapar di atas ring," pria tua itu mengalah. Dia menoleh pada pria bertato di sampingnya. "Masukkan Diablo."
Pria bertato hanya mengangguk lalu pergi.
"Adalyn, bersiaplah!" ujar Joy dengan suara tegas.
Adalyn mengangguk, gadis itu membuka jaketnya dan hendak diletakan di lantai, tapi Clark segera mengulurkan tangannya.
"Biar aku saja yang memegangnya."
Adalyn mengulas senyum sebagai tanda terima kasihnya. Gadis itu segera masuk ke dalam ring.
Adalyn dapat mendengar para penonton berbisik meragukannya, hal itu membuat nyali Adalyn menciut seketika. Namun, dia berusaha kuat untuk tetap mempertahankan rasa percaya dirinya. Membayangkan wajah Troy adalah pembangkit rasa percaya diri dan keberaniannya.
Seorang pria bertubuh tinggi dan besar masuk ke dalam ring, pria itu menatap Adalyn dengan tatapan mengejek.
'Dia sama besarnya dengan orang-orang milik paman Clark. Aku harus bisa mengusai pertarungan ini tanpa mengeluarkan senjata andalan sampai pertarungan berakhir atau paman Joy akan memarahiku'
Percaya diri, kepintaran serta dapat melihat celah dan kelemahan musuh, itulah yang selalu diajarkan Troy dan Joy padanya, maka Adalyn selalu menggunakan ilmu itu ketika berada di atas ring.
Tubuhnya yang kecil dan kadang rapuh, membuat Adalyn harus segera menghindar dari serangan lawannya. Adalyn akan terus menghindar sampai dia menemukan celah untuk membalas serangan lawan.
Lawannya yang memiliki tubuh besar dan kekar selalu menjadi kesulitan tersendiri untuk Adalyn, bahkan tak jarang pula dia akan selalu mendapatkan pukulan ataupun tendangan. Meskipun begitu, itulah resiko yang harus dia tanggung sebagai seorang petarung.
Adalyn merasa lelah dan tenaganya hampir habis, tapi lawannya masih sanggup untuk menyerang. Tidak ingin kalah apalagi sampai mati di atas ring, Adalyn menggunakan teknik tersembunyinya.
Gadis bertubuh mungil itu berdiri di sisi ring, memasang ancang-ancang. Tepat saat lawannya hendak mendekatinya. Adalyn berlari lurus menuju sisi ring di seberangnya, kemudian sedikit berlari ke atas ring lalu memutar tubuhnya dengan kaki yang lurus menargetkan kepala lawannya.
Adalyn menang, dengan leher lawannya yang patah dan tergeletak di lantai ring. Tendangan Adalyn berhasil melumpuhkan lawannya hanya dalam satu tendangan oleh kaki kecilnya.
Penonton sempat tidak percaya dengan kehebatan Adalyn yang berhasil mengalah petarung hebat yang hampir tak terkalahkan di sana. Namun, itulah yang terjadi. Mereka bangkit bersorak gembira menyambut kemenangan pendatang baru.
"Kamu hebat, Adalyn," puji Clark seraya memberikan kembali jaket milik Adalyn.
Adalyn hanya tersenyum tipis sambil menganggukan kepalanya sedikit sebagai tanda terima kasihnya pada Clark.
"Untuk merayakan kemenanganmu, bagaimana kalau aku me-"
"Tidak!" Joy menyela ucapan Clark dari arah belakang. "Adalyn harus segera pulang untuk merawat lukanya sendiri."
"Jangan terlalu mengekangnya, Joy."
"Aku tidak mengekangnya. Semua itu untuk kebaikannya. Lagi pula dia pasti lelah dan membutuhkan waktu istirahat."
"Baiklah, kalau begitu kita pulang."
"Biarkan dia pulang sendiri menggunakan taksi. Kita pergi ke bar, aku harus menghitung uangnya," ujar Joy seraya menunjukan saku bagian dalam jas yang dipakainya.
"Kau membiarkan Adalyn pulang sendiri? Kau ceroboh, Joy!" tukas Clark.
"Memangnya kenapa? Dia bisa melindungi dirinya sendiri."
"New york sangat berbeda dari Trenton, Joy. New York lebih kejam dan tragis. Malam ini Adalyn baru saja mengalahkan petarung hebat, apa kamu pikir orang-orang akan takut padanya? Jawabannya tidak. Semakin hebat Adalyn, maka semakin banyak pula ornag-orang yang ingin membunuhnya," ujar Clark dengan suara pelan.
Joy menelan ludah mendengar ucapan Clark, ditambah dengan suaranya yang terbilang tegas dan mendrama. Seketika rasa khawatir tumbuh di hatinya, bukan khawatir akan keselamatan Adalyn, tapi lebih kekhawatir sumber uangnya akan menghilang.
Clark akhirnya mengantarkan Adalyn pulang lebih dulu sampai ke depan apartemennya, sementara dirinya dan Joy pergi ke bar sesuai dengan ucapan Joy.
Sesampainya di dalam apartemen, Adalyn langsung mencari ponselnya. Gadis itu mengirimkan pesan pada Troy tentang kemenangannya malam ini dan tentang percakapan Clark yang tidak sengaja ia dengar.
Troy : Benarkah? Kalau begitu kamu harus lebih berhati-hati lagi, Adalyn.
Adalyn : Ternyata menjadi petarung di sini tidak semenyenangkan di Trenton. Di sana aku ditakuti.
Troy : Tidak perlu khawatir. Dengarkan ucapan Clark dan paman Joy, kamu pasti akan aman.
Bagaimana dengan lukamu? Sudah diobati?
Adalyn : Belum. Aku langsung menghubungimu.
Troy : Obati lukamu lebih dulu. Aku akan tetap terhubung denganmu.
Adalyn mengulas senyum, gadis itu kembali memasukan ponselnya ke dalam tas.
Di lain tempat, Clark dan Joy terlibat percakapan ringan di dalam sebuah bar dengan seorang pria tua asing.
"Dia bukan seperti dirimu, Joy? Siapa yang mengajarinya?" tanya pria tua asing.
"Ya, sejak awal aku memang menyadari kalau gaya bertarungnya tidak mirip denganmu, Joy," timpal Clark.
Joy yang sedang meneguk minumannya meletakan gelas di atas meja dengan cukup kencang, kesadarannya sedikit menghilang akibat minumannya.
"Anak itu tidak cocok dengan gaya bertarungku. Sehingga Troy yang mengajarinya, itulah gaya bertarung yang diajarkan Troy dan yang dia ciptakan sendiri."
"Troy? Siapa dia?"
"Anak dari wanitaku. Dia mantan petarung jalanan."
"Lalu ke mana dia? Kau tidak membawanya ke New York?" tanya Clark.
"Dia pergi ke Mexico."
"Gaya bertarung anak itu cukup unik, Joy. Dia tidak hanya menggunakan kekuatannya saja, tapi dia juga menggunakan kecerdasannya. Diablo petarung handal, bahkan petarung milik Clark saja belum tentu bisa mengalahkannya," kata pria tua asing itu.
"Apa yang dikatakan Bosman, benar. Petarungku saja belum tentu mampu. Mulai sekarang kamu harus memperlakukan Adalyn dengan baik, Joy."
"Memperlakukan dia dengan baik atau tidak itu urusanku, Clark. Jangan mencampurinya."