Terlihat mereka tengah duduk rapi. Mataku menyapu pada mereka yang nampak tidak sabar untuk menunggu hasil pengumuman. Tak sengaja mataku tertuju pada sepasang suami istri, yaitu Mas Reyhan dan Keyla. Mereka nampak sumringah.
"Itu laki-laki yang di sebelah kiri Keyla, bukannya yang waktu itu kepergok di depan kontrakan? Kok bisa-bisanya mereka duduk berdampingan seperti itu? Memang gila itu orang," gumamku dalam hati ketika melihat mereka.
Pandanganku aku alihkan pada Pak Adit yang sedang berdiri di atas panggung, memberikan sambutan kepada seluruh tamu. Pengumuman sebentar lagi akan dimulai. Jujur aku tak sabar siapa yang akan menang dalam tender ini.
"Dan kontrak besar satu triliun ini dimenangkan oleh perusahaan PT MILK TEA milik Pak Reyhan. Kami melakukan kerja sama dengan perusahaan beliau. Kepada Pak Reyhan, silahkan untuk maju ke depan! Menandatangi kontrak kerja sama ini," ujar Pak Adit. Semua bersorak gembira. Nampak jelas wajah Reyhan dan Keyla tertawa penuh bahagia.
"Selamat, Pak Reyhan," ucap Pak Adit. Beliau tertawa lebar, lalu membungkuk. Reyhan nampak menandatangani kontrak tersebut.
"Ehem-ehem!" terdengar Haris berdehem. Aku melihatnya sekilas, kemudian memperhatikan Reyhan kembali. Jujur aku masih sakit hati oleh perlakuannya terhadapku. "Kita lihat saja, Mas! Siapa yang akan berjaya di kehidupan yang akan datang," lirihku.
Acara sudah selesai. Tinggal acara selanjutnya yaitu menikmati makanan dan minuman yang telah disajikan. Nampak, semua orang asyik memberikan ucapan kepada Reyhan. Tapi tidak dengan aku dan Haris. Entahlah, aku enggan untuk memberikan selamat padanya. Semua itu atas ideku. Sehingga perusahaan milik Reyhan bisa menang. Tapi dia bisa setega itu sama aku. Menikahi sahabatku sendiri dan mengusirku dari rumah hanya karena tak mau dimadu.
Ketika aku dan Haris hendak mengambil minuman, ada seseorang yang datang mendekat pada Reyhan. "Pak Reyhan, Ibu Reyna kemana? Dari tadi aku aku tidak melihat beliau? Tapi hanya sekretarisnya Bapak saja, yang terlihat bersama, Pak Reyhan? tanya seseorang itu.
Deg!
Mendengar namaku disebut, jantungku tiba-tiba berdegub kencang. Tanganku gemetar saat memegang gelas yang berisi minuman.
Prank!
Gelas yang berisi minuman tersebut akhirnya jatuh dan pecah. Semua mata tertuju padaku. Sekilas aku perhatikan, nampak Reyhan dan seseorang yang bernama Adit itu menoleh padaku. Wajahku berubah menjadi pucat pasi, dan aku menunduk malu. "Semoga saja mereka tidak melihat ke arahku," aku membatin.
Bergegas aku hendak menjauh dari tempat itu. Namun, tiba-tiba Stiletto heel yang aku pakai ini membuat aku tergelincir hingga tubuhku oleng ke belakang.
Secepat kilat Haris menangkap tubuhku dan tak sengaja mata kami saling berpandangan. "Hati-hati Reyna! Cepat bangun! Jangan sampai kita menjadi seperti yang ada di sinetron-sinetron itu, ya!" tutur Haris. Masih saja dia bisa bercanda saat situasi seperti ini. Tak tau apa kalau aku lagi panik.
Nampak Reyhan dan Adit berjalan mendekat ke arahku. Segera aku melepas pegangannya Haris.
"Kamu tak apa-apa, Reyna?" tanya Reyhan tiba-tiba. Aku hanya diam tanpa menjawab. "Maaf, Pak Adit! Tadi aku belum sempat jawab pertanyaannya Pak Adit, eem ini Pak, Reyna." tutur Reyhan sambil tangannya mencoba meraih tanganku. Dengan cepat kilat aku menepisnya.
"Mas Reyhan!" panggil Keyla. Tak tau dari arah mana dia muncul tiba-tiba. "Heh, Reyna! Kamu jangan coba-coba untuk menggoda mas Reyhan kembali, ya!" ucap Keyla menatap sinis ke arahku.
Adit yang melihat kejadian tersebut, sempat bingung dan terlihat beliau hendak mengatakan sesuatu, tapi memilih untuk tidak mengutarakannya.
"Maaf, Pak Adit! Aku dan mas Reyhan, sudah bercerai secara agama. Dan mas Reyhan sudah menikah dengan sekretarisnya yang tak lain adalah sahabat baikku sendiri! Dan sekarang aku bekerja di perusahaan milik Haris," ucapku menjelaskan.
Wajah Reyhan seketika berubah menjadi seperti jambu yang sudah matang dan terlihat sangat gugup mendengar penuturanku. Entahlah, ada rasa puas aku melihatnya seperti itu.
Sementara Adit masih nampak bingung dan tak percaya dengan semua ini. Iya, tapi biar semua ini menjadi urusannya. Yang terpenting aku sudah menjelaskan. Karena aku tidak mau dinilai buruk oleh Keyla, seperti yang sudah dikatakan di depan Adit barusan.
"Maaf, Pak Adit, kalau begitu aku pamit dulu!" ucapku di samping laki-laki yang sudah berdiri di sampingku sejak tadi. Siapa lagi kalau bukan, Haris. "Pak Adit, kami mau mengambil minuman dulu," ucapnya. Adit tersenyum hangat pada kami. Haris langsung menggenggam tanganku erat. Sekilas aku melirik ke arah Reyhan dan istri barunya. Mereka masih berdiri dan diam seribu bahasa. entah apa yang mereka pikirkan.
"Ris, katanya mau ambil minuman? Kok kesini?" protesku pada Haris yang terus membawaku ke arah keluar. Ternyata Taman restoran ini sudah dihias sebagus mungkin. Lalu, Haris memintaku duduk di salah satu meja yang kosong.
"Pantas saja kamu ngotot minta cerai, rupanya sudah punya selingkuhan pengusaha muda," ucap Reyhan yang tak aku sadari kedatangannya. "Inget! Kamu ini masih istri aku." bentaknya kemudian.
Brak!
Haris menggebrak meja.
"Jaga mulutmu, Reyhan!" ucap Haris dengan telunjuk tepat mengarah ke mukanya.
"Tenang! Haris. Kalau kalian gak selingkuh kenapa emosi? Atau karena kamu, Reyna meminta cerai. Dasar laki-laki b***l, perusak rumah tangga orang!" cibir Reyhan. Seketika wajah Haris berubah kemerahan, tangannya mengepal kuat. Ingin menghajar Reyhan. Segera aku bangkit dari tempat duduk dan menggenggam erat tangan Haris.
"Kamu yang sudah menghianati wanita sebaik Reyna, tapi kamu malah menuduhnya. Pantas kalau Reyna meminta cerai," ejek Haris.
Bug
Reyhan mengarahkan pukulan tangannya ke arah perut, Haris. Sontak aku menjerit. "Stop! Mas Reyhan!" teriakku.
"Reyna, kamu itu masih istri aku! Ayo ikut aku!" ucap Reyhan sambil menarik tanganku kuat.
"Hai bro, jangan berani main kasar sama perempuan!" seru Haris. Jelas, semua pandangan mengarah tertuju pada kami.
Reyhan menghampiri Haris, menarik kerah bajunya dan melayangkan pukulannya ke arah perut Haris kembali.
"Ada apa, ini?" tanya Adit. Entah sejak kapan berdiri di sana. Kemudian, Reyhan melepas tangannya.
"Aku melihat Pak Reyhan mendekati Pak Haris. Entah apa yang mereka bicarakan. Tiba-tiba saja Pak Reyhan memukul beliau." jawab salah satu tamu yang hadir.
Adit memandang tajam ke arah Reyhan dan Haris. "Sekarang, anda berdua ikut saya! Ibu Reyna, anda juga ikut saya!" mataku terbelalak mendengar namaku juga disebut. Jujur, ini sangat memalukan.
Kami bertiga mengikuti langkah kaki Adit menuju salah satu meja yang kosong yang nampak sepi di sekelilingnya. Setelah kami duduk, sejenak kami diam. Dan terdengar nafas berat Adit dan mengeluarkannya kasar.
"Saya Aditya Pratama selaku pemilik perusahaan ternama di kota ini, yang akan melakukan kerja sama dengan perusahaan milik Pak Reyhan, sangat menyayangkan atas kejadian seperti ini," ungkap Adit dengan nada yang kecewa.
Kami bertiga hanya duduk terdiam dan menunduk. Sekilas nampak jelas dari sorot mata Adit, menyiratkan kekecewaan yang dalam. Sementara Reyhan hanya terdiam seribu bahasa tanpa ada satu jawaban yang keluar dari mulutnya.
"Eem, maaf Pak Reyhan....! Sejenak Adit menggantungkan ucapannya. Lalu, kembali menatap tajam Reyhan. Sungguh membuat jantungku menjadi berdetak kuat. Apa yang akan dikatakan oleh Adit?