Chereads / DINGINNYA SUAMIKU / Chapter 9 - BAB 9

Chapter 9 - BAB 9

Terdengar langkah kaki yang berjalan mendekat, menuju ke arah kami. Aku melirik ada dua orang berjalan mendekat. Netraku tertuju pada sepasang kaki seorang perempuan. Aliran darahku semakin berdesir kuat tatkala melihat kaki yang terlihat sangat cantik. Aku angkat kepalaku perlahan, berusaha menatap wajah perempuan tersebut. Kedua bola mataku terbelalak ketika melihat siapa perempuan itu.

Saat perempuan itu mengangkat wajahnya dan berjalan ke arah kami, serasa aku tidak percaya melihatnya. Mulutku terbungkam seribu bahasa begitu juga dengan, Keyla. Aku dan Keyla saling pandang satu sama lain. Kemudian memandang perempuan tersebut dari ujung kaki hingga ujung rambut.

"Rey-na, kena-pa kamu ada di sini?" tanyaku terbata. Sementara Reyna hanya mengulas senyum, seakan mengejekku.

"Pak Reyhan dan Ibu Keyla, silahkan duduk!" perintah Reyna kepadaku dan Keyla yang sempat berdiri karena keterkejutan oleh kedatangannya.

Aku dan Keyla kembali duduk. Aku kepalkan kedua tanganku di atas meja. Amarah di dalam dada kian bergemuruh. Bagaimana dia bisa bekerja di perusahaan sebesar ini? Sementara ijazah dia masih ada sama aku. Dan laki-laki ini adalah seorang yang bersama Reyna kemarin malam. Pasti tak salah lagi, kalau Reyna memang simpanan laki-laki ini. Pantas saja dia meminta cerai. Rupanya dia memiliki seseorang yang lebih kaya dari aku.

"Terimakasih kepada Bapak Reyhan dan Ibu Keyla, yang sudah datang ke perusahan kami. Saya harap perusahaan Bapak Reyhan bisa bekerja sama dengan perusahaan kami," ucap Haris. Laki-laki yang tak asing di mataku.

Aku tarik sudut bibirku naik ke atas membentuk sebuah senyuman sinis. Ku tatap keduanya dengan sorot mata tajam. Sepertinya Reyna bisa membaca raut wajahku yang dipenuhi oleh amarah. Namun, dia seakan tak memperdulikannya dan bersikap tenang seakan tak pernah terjadi apa-apa diantara kami sebelumnya.

"Saya batalkan kerjasama dengan, Bapak. Saya tidak suka bekerja sama dengan seorang penghianat seperti kalian," ucapku tanpa basa-basi. Kemudian aku berdiri berniat meninggalkan ruangan tersebut.

"Tunggu, Pak Reyhan! Kenapa anda tiba-tiba membatalkan kerja sama dengan perusahaan kami?" tanya Haris. Aku hanya diam tanpa menjawab pertanyaannya. 0Kemudian ia berdiri di susul oleh Reyna dan juga Keyla.

"Karena laki-laki ini kan kamu meminta cerai dariku?" tanyaku pada Reyna dengan tatapan penuh kebencian.

"Maaf, Pak Reyhan! Ini kantor tempat saya bekerja. Sebaiknya jangan membahas masalah pribadi di sini," ujar Reyna yang terlihat masih begitu tenang. Berbeda dengan diriku yang sudah dikuasai oleh amarah.

Sementara Haris hanya menatapku dan tersenyum seakan mengejekku. Wajah santainya membuat dadaku kian bergemuruh. Kenapa ada rasa tidak rela jika Reyna bahagia setelah tidak denganku? Kenapa aku ingin melihatnya jauh lebih menderita? Kenapa dia tidak mengemis untuk kembali padaku?

Aku berjalan mendekat ke arah Haris dan Reyna. Aku tarik kerah kemeja Haris dengan kasar. "Saya akan menghancurkan hidup anda!" ancamku. Sementara dia hanya tersenyum tipis. Lalu, melepas tanganku dengan kasar.

"Silahkan, anda dan sekretaris anda meninggalkan kantor saya!" titah Haris. Reyna nampak menggelengkan kepala melihat tingkahku yang seperti cacing kepanasan.

Aku dan Keyla bergegas meninggalkan perusahaan milik, Haris. Aku buka pintu dan menutupnya kasar. Beberapa staff perusahaan menatapku dengan tatapan yang aneh. Mungkin karena wajahku masih menampakkan kemarahan.

Sesampainya di parkiran, aku segera masuk ke dalam mobil yang diikuti, Keyla. Aku mengemudinya dengan kecepatan tinggi, karena diselimuti oleh amarah yang sulit aku kendalikan.

"Pelan-pelan, Mas Reyhan!" teriak Keyla. Saat mobilku hampir menabrak mobil yang ada di depan. "Kenapa kamu seperti ini, Mas Reyhan? Apa kamu cemburu melihat Reyna?" cerocosnya membuat hatiku semakin panas.

"Diam!" bentakku. Aku melajukan mobilku menuju rumah. Hatiku semakin sakit ketika mengingat tentang, Reyna. Rasa tidak ikhlas melihat dia baik-baik saja tanpa aku, membuat niat burukku melintas di pikiranku.

25 menit kemudian aku sampai di kediamanku. Tanpa aku hiraukan Keyla yang banyak protes ini itu. Bergegas aku ke kamar. Kemudian aku hempaskan tubuhku di atas tempat tidur. Pikiranku masih tertuju pada raut wajah Reyna di kantor tadi.

"Mas Reyhan, kamu bilang sudah tidak mencintai Reyna lagi. Tapi kenapa sikap kamu jadi berubah seperti ini? Sejak bertemu dengannya tadi," ujar Keyla dengan melempar tas miliknya ke arahku.

Aku tau banyak hal buruk yang Keyla katakan padaku. Namun, ia memiliki sedikit perhatian. Aku pejamkan mata sejenak. Aku menghela nafas panjang dan membuangnya kasar. Ingin aku bungkam mulutnya yang tak bisa diam sedari tadi.

"Jangan bilang kalau mas Reyhan masih mencintai, Keyla!" ujarnya dengan menindih tubuhku. Lalu, dia melepas pakaiannya satu persatu. Aku masih tetap tidak menghiraukannya. Pikiranku masih sibuk tentang, Reyna.

Keyla yang sepertinya tau tentang apa yang ada di pikiranku, dia menghujaniku dengan ciuman di seluruh wajah dan leherku. Lalu, ia melepas pakaianku satu persatu. Saat bibirnya sampai di pangkal keperkasaanku, tiba-tiba wajah Reyna kuat membayangiku. Gairahku kembali muncul saat aku melihat gundukan kenyal yang terpampang tepat di hadapanku.

Entahlah, Keyla selalu bisa meredamkan amarahku dengan sensani sex yang ia berikan padaku. Ruangan ini pun akhirnya dipenuhi erangan-erangan dua insan manusia yang sedang bercinta, hingga sampai ke puncak kepuasan. Ternyata perempuan yang kini menjadi istriku ini, tidak pernah cukup satu kali pertempuran. Aku sebagai suami tentunya sangat menyukai akan hal ini. Kembali kami melakukan pertempuran yang kedua kalinya. Hingga akhirnya kami mencapai nikmat yang berikutnya. Aku dan Keyla saling melepas lelah dan akhirnya pulas dalam tidur.

*******

Aku meraba sekeliling tempat tidurku, lalu ku buka mata perlahan. Tidak ada Keyla di sampingku. Aku melirik jam di atas nakas, ternyata sudah menunjukkan pukul 10.00 malam. Tapi kemana perginya, Keyla?

"Keyla! Keyla! Kamu di mana?" panggilku. Tidak ada sahutan. Aku beranjak bangun dan mencarinya ke toilet. Namun, dia tidak ada di sana. Segera aku membalut tubuhku dengan handuk. Kemudian keluar kamar untuk melihatnya di dapur. Namun, aku juga tidak menemukannya. Aku cari ke seluruh ruangan, tetap saja tidak ada siapapun.

Bergegas aku kembali ke kamar mengambil ponselku dan mencoba untuk menghubungi, Keyla. Aku tekan layar ponsel untuk menghidupkannya dan mencari namanya. Aku lakukan panggilan telepon dan beberapa saat kemudian terhubung. Namun, suara dering ponsel milik Keyla terdengar begitu dekat. Aku memalingkan wajah mencari sumber suara ponsel tersebut. Ternyata benar, benda persegi milik Keyla ada di atas nakas. Lalu kemana perginya?

Aku mengenakan pakaian dan bergegas keluar menuju halaman rumah.

Cahaya bulan yang begitu indah dengan hembusan angin sepoi-sepoi, meredakan ketakutanku akan hal-hal buruk yang mungkin terjadi sama, Keyla.

Halaman rumahku memiliki pemandangan yang sangat indah yang aku desain sendiri. Aku mempekerjakan sekelompok arsitek terbaik dan menghabiskan waktu 4 tahun untuk menyelesaikan pembangunan rumah ini.

Di depan aku melihat sepetak taman bunga yang indah dengan tatanan hamparan bunga dan suara gemericik kolam ikan kesayangan, Reyna.

Kemudian, terdengar suara yang tak asing yang tiba-tiba muncul bersamaan dengan angin malam. Aku mengalihkan pandanganku dari sebuah kolam dan menuju ke arah sumber suara itu.