Halaman rumahku memiliki pemandangan yang sangat indah yang aku desain sendiri. Aku mempekerjakan sekelompok arsitek terbaik dan menghabiskan waktu 4 tahun untuk menyelesaikan pembangunan rumah ini.
Di depan aku melihat sepetak taman bunga yang indah dengan tatanan hamparan bunga dan suara gemericik kolam ikan kesayangan, Reyna.
Kemudian, terdengar suara yang tak asing yang tiba-tiba muncul bersamaan dengan angin malam. Aku mengalihkan pandanganku dari sebuah kolam dan menuju ke arah sumber suara itu.
Nampak Keyla dengan seorang laki-laki. Laki-laki itu nampak tinggi dan gagah. Entah, siapa dia? Aku berjalan pelan mendekatinya. "Terimakasih, sudah mengantar makanan ke rumahku," ucap Keyla. Lalu aku pegang pundak kanan, Keyla. Dia nampak sangat terkejut oleh kehadiranku.
Sementara laki-laki yang bersama Keyla, sama halnya terkejutnya seperti, Keyla. Nampak di tangan kanan laki-laki itu memegang sebuah amplop coklat. Entah, apa isinya? Aku pun kurang jelas melihatnya di bawah remang sinar bulan. Laki-laki itu bergegas pergi meninggalkan aku dan Keyla.
"Mas Reyhan, sejak kapan ada di sini?" tanya Keyla yang terlihat masih sangat terkejut. Aku tidak menjawab dan hanya mengulas senyum.
"Siapa laki-laki itu? Kenapa malam-malam seperti ini ada di halaman rumah kita?" tanyaku pada Keyla dengan sorot mata tajam menghujam.
Keyla nampak gugup dan langsung mengangkat kantong plastik yang berisi makanan tersebut. "Em, ini di-a mengantar makanan! Di-a ojek online! Iya, dia ojek online." jawabnya gugup.
"Kalau dia hanya ojek online, kenapa wajah kamu nampak gugup seperti itu?" tanyaku yang melihat gelagat aneh dari wajahnya.
Sambil menatapku, Keyla tertawa dengan makna yang dalam. Meletakkan makanan yang ada di kantong plastik, di atas kursi taman. Dia menyilangkan lengannya dan berdiri tepat di hadapanku. Dengan sorot mata tajam dia menatapku. "Apa kamu takut, kalau aku berselingkuh? Seperti dengan apa yang kamu lakukan terhadap, Reyna?" pertanyaannya sungguh sangat mengena di dalam dadaku. Aku diam terpaku dan bertanya "Apa kamu bilang?"
Keyla bergegas masuk ke dalam rumah dan membiarkan makanan itu tetap ada di halaman rumah. Kemudian aku mengekorinya. Sesampainya di kamar dia langsung merebahkan tubuhnya yang mungil di atas tempat tidur.
"Sayang, maafin, Mas ya? Mas tadi cuma bercanda saja. Agar kamu lebih bisa menjaga perasaanku. Karena aku sangat mencintaimu dan tidak mau kehilanganmu," ujarku. Keyla masih membelakangiku. Segera aku pun memeluknya dari belakang.
"Sayang," bisikku.
Cup!
Aku kecup tengkuk lehernya hingga bulu-bulu kecilnya berdiri. Mungkin merinding. Aku sangat tahu kelemahan, Keyla.
"Ih, apa sih, Mas?" ucap Keyla. Lalu mendorong tubuhku.
"Besok, kita beli perhiasan. Aku beli buat kamu sebagai permintaan maafku. Aku betul-betul sayang sama kamu," ucapku. Keyla langsung membalikkan badan dan bergegas memelukku.
"Mas, tidak bohong kan?" tanya Keyla. Aku hanya tersenyum dan memeluknya kembali. Jujur aku kembali mengingat Reyna. 5 tahun aku bersamanya, dia tidak pernah marah dan mendiamkanku.
"Terimakasih, Mas," ucapnya sembari mempererat pelukannya. "Ayo, Mas, kita makan dulu! Makanan yang ada di luar tadi, sudah dibawa masuk?" tanya Keyla. Aku hanya menggeleng.
"Gimana sih, Mas! Sana ambil dulu!" cerocosnya sambil memanyunkan bibirnya, memang dia perempuan yang manja. Berbeda dengan Reyna, dia perempuan yang mandiri dan tidak pernah menyuruhku.
Aku pun perlahan bangun dan menuju ke halaman rumah, untuk mengambil makanan yang tadi ditinggalkan oleh, Keyla. Lalu membawanya ke ruang makan. Akhirnya aku dan Keyla menikmati makanan tersebut. Tidak ada percakapan antara aku dan Keyla. Hanya irama dentingan garpu dan sendok yang terdengar, mengiringi makan malam kami.
*******
POV KEYLA
Dreg! Dreg!
Ponsel yang di atas nakas bergetar tanpa jeda. Segera aku meraih benda pipih tersebut. Jantungku berdetak tatkala membaca nama yang terpampang di layar ponsel. Segera aku menekan tombol hijau pada layar ponsel.
"Selamat pagi, sayang! Desahanmu di taman halaman rumah suamimu yang semalam, sungguh aku ingin mengulang dan mengulangnya bersamamu lagi," suara laki-laki dari balik ponsel tersebut mampu membuat jantungku seakan mau lepas dari tempatnya. Segera aku menoleh ke arah suamiku yang masih tertidur pulas. Karena hari ini adalah hari libur, jadi aku dan Reyhan bisa bangun sesuka hati. "Untung kamu belum bangun, Mas!" gumamku dalam hati sambil tangan kananku menekan dadaku yang berdetak sangat kencang.
"David, kamu tau kan ini hari libur? Aku dan suamiku masih bersama," jawabku dengan lirih.
"Aku juga masih ingin tidur bersamamu dan menikmati tubuhmu yang sangat menggairahkan itu, Sayang!" godanya membuat aku menginginkan sentuhannya kembali.
David adalah laki-laki yang mampu membuat hidupku kembali bersemangat, setelah sekian lama mati rasa karena dicampakkan oleh seseorang yang kini menghilang tak tau rimbanya.
Tepatnya delapan bulan yang lalu aku mengenal David, saat malam pesta ulang tahun temanku. Malam itu hujan turun sangat lebat dan dengan kebaikan David, ia mengantarku pulang. Kemudian saling kenal satu sama lain dan menjalin hubungan hingga sekarang.
"Sudah aku bilang sama kamu, jangan telepon aku ketika aku bersama suamiku. Kita akan bertemu nanti siang di hotel biasanya," ucapku. tanpa menunggu jawaban dari David, aku segera memutuskan panggilan tersebut.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10.00 pagi, aku bergegas bangun dan menuju ke kamar mandi. Sementara Reyhan masih tertidur pulas. Setelah kurang lebih 1 jam, aku pun selesai mandi. Aku memakai pakaian yang cantik dan terlihat sexi, aku poles wajah dan bibirku dengan warna yang menggoda.
"Mas Reyhan, bangun!" bisikku di telinganya sampai berkali-kali. Dia perlahan membuka mata dan menggeliat badannya. Saat sudah dalam kesadaran penuh, bola matanya membulat sempurna.
"Sayang, kamu sudah tampil cantik bak bidadari? Mau kemana?" tanyanya dengan mengucek kedua matanya. Aku tersenyum. Lalu, aku peluk pinggangnya dengan meninggalkan kecupan di bibirnya. Semua ini aku lakukan untuk merayunya, agar aku bisa bertemu dan bermesraan dengan David.
"Mau ketemu teman, Mas! Enggak apa-apa kan? Kalau aku keluar 3 sampai 4 jam?" tanyaku sambil mengelus dada bidang, Reyhan.
"Loh, hari ini kan kita mau pergi beli perhiasan?" ujar Reyhan selanjutnya.
"Em, belinya besok-besok saja ya, Mas. Soalnya aku enggak enak hati kalau harus menolak bertemu teman. Kan untuk sosialita!" kilahku.
"Iya, sudah hati-hati!" ucapnya. Lalu melepas tanganku yang sedari tadi memeluknya.
"I love you, Mas!" ujarku. Reyhan hanya mengangguk dan mengulas senyum. Lalu aku kecup kedua pipinya. Aku meraih tas ku yang sudah aku letakkan di atas nakas. Dan berjalan berlenggak lenggok di depan, Reyhan.
Aku melangkahkan kaki menuju pintu keluar. Sesampainya di dalam mobil, segera aku mengemudinya menuju tempat yang sudah aku janjikan. Tiba-tiba ponselku bergetar. Segera aku meraihnya dari dalam tas. Aku tekan warna hijau pada layar ponselku. "Iya, sayang! Ini aku sudah menuju arah hotel," jawabku sambil mengemudi mobil.
"Sayang, ketemu di kontrakan aku saja, ya? Biar lebih hemat," ucap David dari seberang sana. Aku pun balik arah menuju kontrakan milik, David.
20 menit aku pun sampai di kontrakan, David. Aku parkir mobilku di depan rumahnya. Ternyata dia sudah menungguku di teras depan. Nampak dia sangat tampan dengan baju santainya. Aku turun dari mobil, dia pun menyambutku dengan senyum lesung pipinya, lalu memelukku dengan penuh hangat.
Saat Kami bergandengan tangan hendak masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba ada seseorang yang memanggilku dari arah samping. Aku dan David menoleh ke arah suara tersebut. Aku dibuat tercekat oleh seseorang itu. Wajahku seketika berubah menjadi pias dengan kedua mataku membulat sempurna.